DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
Bahtsul Masail Muamalat Uncategorized

HUKUM MENERIMA DANA HIBAH DARI GEREJA UNTUK PENELITIAN KEISLAMAN

Hukum Menerima Dana Hibah dari Gereja untuk Penelitian Keislaman

 

Deskripsi Masalah

 

Persepuluhan adalah praktik yang umum dilakukan oleh umat Kristiani, di mana 10% dari penghasilan mereka disumbangkan kepada gereja sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Dana yang terkumpul dari persepuluhan ini dikelola oleh gereja untuk berbagai kepentingan, termasuk kegiatan keagamaan, sosial, dan akademik. Dalam konteks keagamaan, dana ini digunakan untuk mendukung pekerjaan keimaman, sementara dalam kegiatan sosial, dana tersebut digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan dalam bidang akademik, dana gereja sering dialokasikan untuk mendukung program pendidikan dan penelitian, yang tidak terbatas hanya pada umat Kristiani, tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum.

 

Topik penelitian yang dibiayai oleh dana gereja ini cukup beragam, meliputi isu-isu seperti perdamaian, lingkungan, sains, dan bahkan tema-tema keislaman. Hal ini membuat berbagai kalangan, termasuk dosen dan mahasiswa dari berbagai agama, tertarik untuk mengakses dana ini sebagai bagian dari pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi.

 

Pertanyaan

 

1. Bagaimana pandangan Islam mengenai seorang muslim yang menerima dana hibah penelitian dari gereja?

2. Secara khusus, bagaimana hukum menerima hibah tersebut apabila topik penelitian yang diusulkan adalah tentang kajian keislaman?

Waalaikum salam.

Jawaban kami satukan

Pandangan Islam mengenai seorang muslim yang menerima dana hibah penelitian dari gereja:

Dalam Islam, menerima dana dari non-muslim termasuk gereja dibolehkan selama dana tersebut berasal dari sumber halal, tidak disertai syarat yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan tidak mengancam aqidah penerimanya. Hal ini diperbolehkan jika tujuannya untuk kemaslahatan umum dan tidak ada unsur yang dapat merusak iman atau akhlakโ€‹โ€‹ sebagai bentuk penghormatan kepada mereka non muslim karena Nabi Muhammad SAW pernah menerima pemberian dari non Muslim.

Untuk lebih jelasnya maka penting kami jelaskan tentang definisi hadiyah atau hibah dan hukumnya menurut Imam madzhab yang empat sebagaimana berikut:

ุงู„ู…ูˆุณูˆุนุฉ ุงู„ูู‚ู‡ูŠุฉ ุงู„ูƒูˆูŠุชูŠุฉ.ุต ูขูงูฉูขูฃ-ูขูงูฉูขูฉ

ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŒ

ุงู„ุชูŽู‘ุนู’ุฑููŠูู:

ุฃ – ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู ูููŠ ุงู„ู„ูู‘ุบูŽุฉู: ู‡ููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃูุชู’ุญูููŽ ูˆูŽุฃูู‡ู’ุฏููŠูŽ ู„ุฃูŽูุญูŽุฏู ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู‹ุง ู„ูŽู‡ูุŒ ูŠูู‚ูŽุงู„: ุฃูŽู‡ู’ุฏูŽูŠู’ุชู ู„ูู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ ูƒูŽุฐูŽุง: ุจูŽุนูŽุซู’ุชู ุจูู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู‹ุงุŒ ููŽุงู„ู’ู…ูŽุงู„ ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŒ

ูˆูŽุงุตู’ุทูู„ุงูŽุญู‹ุง ุนูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ูŽุง ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽูููŠูŽู‘ุฉู ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง: ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒู ุนูŽูŠู’ู†ู ู…ูŽุฌูŽู‘ุงู†ู‹ุง.

ูˆูŽุนูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ููƒููŠูŽู‘ุฉู ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง: ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ุจูŽุฑูู‘ุนู ุฐูŽุงุชู‹ุง ุชูู†ู’ู‚ูŽู„ ุดูŽุฑู’ุนู‹ุง ุจูู„ุงูŽ ุนููˆูŽุถู ู„ุฃูŽูู‡ู’ู„ู ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽุง ูŠูŽุฏูู„ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุชูŽู‘ู…ู’ู„ููŠูƒู.

ูˆูŽุนูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ูŽุง ุงู„ุดูŽู‘ุงููุนููŠูŽู‘ุฉู ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง: ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒู ุนูŽูŠู’ู†ู ุจูู„ุงูŽ ุนููˆูŽุถู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ู‚ู’ู„ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู‡ููˆุจู ู„ูŽู‡ู ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู‹ุง.

ูˆูŽุนูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ูŽุง ุงู„ู’ุญูŽู†ูŽุงุจูู„ูŽุฉู ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง: ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒูŒ ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุนููˆูŽุถู

 

Hadiah

Definisi:

A. Hadiah dalam bahasa: Harta yang diberikan sebagai penghormatan kepada seseorang, dikatakan: “Aku memberikan hadiah kepada seseorang,” artinya mengirimkan sesuatu kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Maka, harta tersebut disebut hadiah.

Dalam istilah:

Hanafiyah mendefinisikannya sebagai: โ€œPemilikan suatu benda secara cuma-cuma.โ€

Malikiyah mendefinisikannya sebagai: โ€œPemilikan oleh seseorang yang memiliki wewenang untuk memberi secara sukarela, berupa sesuatu yang dapat dipindahkan secara syarโ€™i tanpa adanya pengganti (imbalan) kepada keluarga atau sesuatu yang menunjukkan kepemilikan.โ€

Syafiโ€™iyah mendefinisikannya sebagai: โ€œPemilikan suatu benda tanpa pengganti dengan memindahkannya ke tempat penerima sebagai bentuk penghormatan.โ€

Hanabilah mendefinisikannya sebagai: โ€œPemilikan dalam kehidupan tanpa pengganti.โ€

ย ุฃู„ู’ููŽุงุธู ุฐูŽุงุชู ุงู„ุตูู‘ู„ูŽุฉู

ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู

ุจ – ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู„ูู‘ุบูŽุฉู: ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ููุนู’ู„ ูˆูŽู‡ูŽุจูŽุŒ ูŠูู‚ูŽุงู„: ูˆูŽู‡ูŽุจู’ุชู ู„ูุฒูŽูŠู’ุฏู ู…ูŽุงู„ุงู‹ ุฃูŽู‡ูŽุจูู‡ู ู„ูŽู‡ู ู‡ูุจูŽุฉู‹: ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ู ุจูู„ุงูŽ ุนููˆูŽุถู

ูˆูŽู‡ููŠูŽ ูููŠ ุงู„ุงูุตู’ุทูู„ุงูŽุญู: ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒู ุนูŽูŠู’ู†ู ุจูู„ุงูŽ ุนููˆูŽุถู .

ููŽุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุนูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูุฑูู‘ ูŠูŽุฌู’ู…ูŽุนูู‡ูŽุง ุชูŽู…ู’ู„ููŠูƒู ุงู„ู’ุนูŽูŠู’ู†ู ุจูู„ุงูŽ ุนููˆูŽุถูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู…ูŽู„ูŽู‘ูƒูŽ ู…ูุญู’ุชูŽุงุฌู‹ุง ู„ูุทูŽู„ูŽุจู ุซูŽูˆูŽุงุจู ุงู„ุขู’ุฎูุฑูŽุฉู ููŽู‡ููŠูŽ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู†ูŽู‚ูŽู„ูŽู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู‡ููˆุจู ู„ูŽู‡ู ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู‹ุง ู„ูŽู‡ู ููŽู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู…ูŽู„ูŽู‘ูƒูŽู‡ู ุจูุฏููˆู†ู ุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ุซูŽู‘ูˆูŽุงุจู ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู†ู’ู‚ูู„ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู‡ููˆุจู ู„ูŽู‡ู ููŽู‡ูุจูŽุฉูŒ ู…ูŽุญู’ุถูŽุฉูŒ.

ูˆูŽุงู„ุตูู‘ู„ูŽุฉู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉูŽ ุฃูŽุนูŽู…ูู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉูุŒ ููŽูƒูู„ูŒู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉู ู‡ูุจูŽุฉูŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุนูŽูƒู’ุณูŽ

Lafaz yang Berkaitan:

Hibah:

B โ€“ Hibah dalam bahasa: Dari kata kerja wahaba, dikatakan: “Saya memberi harta kepada Zaidย  sebagai hibah,” artinya saya memberinya tanpa imbalan.

Dalam istilah: Memberikan kepemilikan atas sesuatu tanpa imbalan.

Maka, hibah, dan hadiah , dan sedekah adalah jenis-jenis kebaikan yang semuanya mencakup pemberian kepemilikan atas sesuatu tanpa imbalan. Jika pemberian itu diberikan kepada orang yang membutuhkan dengan niat untuk mencari pahala akhirat, maka itu adalah sedekah. Jika pemberian itu disampaikan untuk menghormati penerima, maka itu adalah hadiah. Dan jika pemberian itu diberikan tanpa tujuan mencari pahala dan tanpa dipindahkan ke tempat penerima untuk dihormati, maka itu adalah hibah/pemberian semata.

Adapun kesimpulan bahwa pemberian (ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู) lebih umum daripada hadiah dan sedekah, karena setiap hadiah dan sedekah adalah hibah/ pemberian, tetapi kebalikannya tidak berlaku.

Penjelasan dan Kesimpulan:

Pada dasarnya, istilah “Hibah” dalam konteks ini mencakup berbagai jenis pemberian, namun dengan perbedaan niat dan tujuannya:

1. Hibah (ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู): Pemberian sesuatu tanpa imbalan, baik itu karena niat tertentu atau tidak. Ini adalah bentuk pemberian umum yang tidak tergantung pada tujuan tertentu.

2. Sedekah (ุงู„ุตูŽู‘ุฏูŽู‚ูŽุฉู): Pemberian kepada yang membutuhkan dengan niat untuk mendapatkan pahala akhirat.

3. Hadiah (ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู): hadiah atau pemberian untuk menghormati atau menghargai penerima.

Kesimpulannya, istilah hadiah (ุงู„ู’ู‡ูุจูŽุฉู) mencakup semua jenis pemberian ini, namun dengan niat yang berbeda. Hadiah, sedekah, dan hibah adalah bentuk-bentuk pemberian yang berbeda, namun semuanya termasuk dalam kategori hibah yang diberikan tanpa imbalan. Dengan kata lainย hibah, hadiah, dan sedekah adalah jenis-jenis kebaikan yang kesemuanya mengandung pemilikan suatu benda tanpa pengganti. Jika diberikan kepada orang yang membutuhkan dengan tujuan memperoleh pahala akhirat, maka disebut sedekah. Jika dipindahkan ke tempat penerima sebagai penghormatan, maka disebut hadiah. Jika diberikan tanpa mengharapkan pahala dan tidak dipindahkan ke tempat penerima, maka disebut hibah murni.

Hubungannya adalah bahwa hibah lebih umum daripada hadiah dan sedekah. Jadi, setiap hadiah dan sedekah adalah hibah, tetapi tidak sebaliknya.

ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉู:

– ู„ุงูŽ ุฎูู„ุงูŽููŽ ุจูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกู ูููŠ ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูุŒ ุจูŽู„ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฎูู„ุงูŽููŽ ูููŠ ุงุณู’ุชูุญู’ุจูŽุงุจูู‡ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฃูŽู’ุตู’ู„ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู„ูุนูŽุงุฑูุถูุŒ ูˆูŽุฏูŽู„ููŠู„ ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนููŠูŽู‘ุชูู‡ูŽุง ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูุทูŽู‡ูŽู‘ุฑูŽุฉู ูˆูŽุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู†ูŽ.

ููŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: {ููŽุฅูู†ู’ ุทูุจู’ู†ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู†ู’ู‡ู ู†ูŽูู’ุณู‹ุง ููŽูƒูู„ููˆู‡ู ู‡ูŽู†ููŠุฆู‹ุง ู…ูŽุฑููŠุฆู‹ุง (ูก) } ุŒ ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุงุฆูู„ู: {ูˆูŽุขุชูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูุจูู‘ู‡ู ุฐูŽูˆููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽุชูŽุงู…ูŽู‰ (ูข) } ุงู„ุขู’ูŠูŽุฉูŽ. ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ููŠูŽู‘ุฉู ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ูŠูŽุง ู†ูุณูŽุงุกูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชูุŒ ู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ู‚ูุฑูŽู†ูŽู‘ ุฌูŽุงุฑูŽุฉูŒ ู„ูุฌูŽุงุฑูŽุชูู‡ูŽุง ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ููุฑู’ุณูู†ูŽ ุดูŽุงุฉู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ู„ูŽูˆู’ ุฏูุนููŠุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุฐูุฑูŽุงุนู ุฃูŽูˆู’ ูƒูุฑูŽุงุนู ู„ุฃูŽูŽุฌูŽุจู’ุชูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฃูู‡ู’ุฏููŠูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุฐูุฑูŽุงุนูŒ ุฃูŽูˆู’ ูƒูุฑูŽุงุนูŒ ู„ูŽู‚ูŽุจูู„ู’ุชู ุŒ ูˆูŽุฎูŽุจูŽุฑู: ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ู’ุจูŽู„ ุงู„ู’ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŽ ูˆูŽูŠูุซููŠุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุงู„ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู: ุชูŽู‡ูŽุงุฏููˆุง ุชูŽุญูŽุงุจูู‘ูˆุง .

Disyariatkannya Hadiah

Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai disyariatkannya memberikan hadiah. Bahkan, tidak ada perbedaan dalam menganjurkannya secara umum kecuali jika ada alasan tertentu. Dalil disyariatkannya hadiah terdapat dalam Al-Qurโ€™an, Sunnah yang suci, dan ijmaโ€™ (kesepakatan) kaum muslimin.

Dalil dari Al-Qurโ€™an: Firman Allah Ta’ala, โ€œJika mereka rela memberikan sebagian dari mahar itu kepadamu, maka terimalah dengan senang hati dan penuh kebahagiaanโ€ . Dan firman-Nya yang mulia, โ€œDan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat dan anak-anak yatimโ€ .

Dalil dari Sunnah Qauliyah (sabda Nabi): Nabi Muhammad SAW bersabda, โ€œWahai para wanita muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan pemberian kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambingโ€ . Beliau juga bersabda, โ€œJika aku diundang untuk makan daging atau kaki kambing, niscaya aku akan memenuhi undangan tersebut. Dan jika aku diberi hadiah daging atau kaki kambing, niscaya aku akan menerimanyaโ€ . Dan diriwayatkan pula bahwa Rasulullah SAW menerima hadiah dan membalasnya . Beliau juga bersabda, โ€œBerilah hadiah, maka kalian akan saling mencintaiโ€ .

Dalil dari Sunnah Amaliyah (perbuatan Nabi): Rasulullah SAW menerima hadiah.

ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ููŠูŽู‘ุฉู: ู‚ูŽุจููˆู„ูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŽ

ู„ู’ู…ูู‚ูŽูˆู’ู‚ูุณู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุจููˆู„ูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‡ูŽุฏููŠูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุฌูŽุงุดููŠูู‘ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ู ูˆูŽุชูŽุตูŽุฑูู‘ููู‡ู ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูู‡ูŽุงุฏูŽุงุชูู‡ู

ูˆูŽุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนูŽุชู ุงู„ุฃูู’ู…ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุดู’ุฑููˆุนููŠูŽู‘ุชูู‡ูŽุง ูˆูŽุงุณู’ุชูุญู’ุจูŽุงุจูู‡ูŽุง. ูˆูŽุตูŽุฑู’ููู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌููŠุฑูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ุฃูŽู’ู‚ูŽุงุฑูุจู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ ู…ูู†ู’ู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ู’.

ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุญู’ุชูŽู‚ูุฑู ุงู„ู’ู…ูู‡ู’ุฏููŠ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู‡ู’ุฏูŽู‰ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ููŠู„ุŒ ููŽูŠูŽู…ู’ุชูŽู†ูุนู ุงู„ุฃูŽู’ูˆูŽู‘ู„ ู…ูู†ู’ ุฅูู‡ู’ุฏูŽุงุฆูู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจููˆู„ูู‡ูุŸ ู„ูู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ุงู„ู’ู…ูุชูŽู‚ูŽุฏูู‘ู…ู .

Dalil dari Sunnah Amaliyah (Perbuatan Nabi)

Rasulullah SAW menerima hadiah dari Muqawqis yang merupakan seorang kafir dan juga menerima hadiah dari Najasyi, seorang muslim, serta mempergunakannya dan saling bertukar hadiah dengannya .

Ijma’ (kesepakatan) umat juga menunjukkan bahwa hadiah disyariatkan dan dianjurkan. Memberikan hadiah kepada tetangga dan kerabat lebih utama daripada kepada orang lain.

Tidak sepantasnya pemberi dan penerima hadiah meremehkan hadiah yang sedikit, sehingga pemberi menahan diri dari memberi dan penerima enggan menerimanya, sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya .

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู‚ูุจู’ุทููŠู‘ูŽุฉูŒ ุชูู‡ู’ุฏููŠ ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุงู…ูุŒ ูŠูŽูƒููˆู†ู ู„ูŽู‡ูŽุง ุฃูŽุทู’ูŠูŽุจู ุดูŽูŠู’ุกูุŒ ููŽูŠูุญูุจู‘ูู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู„ูู„ู†ู‘ูŽุงุณู: “ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽูƒูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ููŽู„ูŽุง ูŠูุจู’ุฏูู„ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู”.

Hadits ini diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari.

Nabi Muhammad SAW menerima hadiah dari non-Muslim.

Dalam riwayat Abu Hurairah RA:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฃูŽู‡ู’ุฏูŽู‰ ู…ูู‚ูŽูˆู’ู‚ูุณู ู…ูŽู„ููƒู ู…ูุตู’ุฑูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฌูŽุงุฑููŠูŽุฉู‹ ุชูุฏู’ุนูŽู‰ ู…ูŽุงุฑููŠูŽุฉูŽ ูˆูŽุฃูŽุฎูŽุงู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุจูŽุบู’ู„ูŽุฉู‹ ุชูุฏู’ุนูŽู‰ ุฏูู„ู’ุฏูู„ู‹ุงุŒ ูˆูŽุญูู„ู‘ูŽุฉู‹ยป.

โ€œAl-Muqawqis, Raja Mesir, mengirimkan hadiah kepada Rasulullah SAW berupa seorang budak wanita bernama Mariyah dan saudara lelakinya, seekor baghal bernama Duldul, dan sebuah pakaian.โ€ (HR. Muslim)

. Riwayat tentang Nabi SAW menerima hadiah dari Raja Heraclius:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซูƒูŽุงู†ูŽ ูƒูุณู’ุฑูŽู‰ ูˆูŽู‚ูŽูŠู’ุตูŽุฑู ูŠูู‡ู’ุฏููŠูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽูŠูŽู‚ู’ุจูŽู„ูู‡ูŽุงยป.

“Kisra dan Kaisar biasa memberi hadiah kepada Nabi SAW, dan beliau menerimanya.โ€ (HR. Al-Bukhari)

Riwayat-riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi SAW menerima hadiah dari penguasa non-Muslim, sebagai bagian dari hubungan baik tanpa memandang perbedaan agama.

ูุชุญ ุงู„ุจุงุฑูŠ ูค/ูคูกู  :

ู‚ูˆู„ู‡ : ( ุจุงุจ ุงู„ุดุฑุงุก ูˆุงู„ุจูŠุน ู…ุน ุงู„ู…ุดุฑูƒูŠู† ูˆุฃู‡ู„ ุงู„ุญุฑุจ ) ู‚ุงู„ ุงุจู† ุจุทุงู„ : ู…ุนุงู…ู„ุฉ ุงู„ูƒูุงุฑ ุฌุงุฆุฒุฉ ุŒ [ ุต: 479 ] ุฅู„ุง ุจูŠุน ู…ุง ูŠุณุชุนูŠู† ุจู‡ ุฃู‡ู„ ุงู„ุญุฑุจ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† . ูˆุงุฎุชู„ู ุงู„ุนู„ู…ุงุก ููŠ ู…ุจุงูŠุนุฉ ู…ู† ุบุงู„ุจ ู…ุงู„ู‡ ุงู„ุญุฑุงู… ุŒ ูˆุญุฌุฉ ู…ู† ุฑุฎุต ููŠู‡ ู‚ูˆู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู„ู„ู…ุดุฑูƒ : ” ุฃุจูŠุนุง ุฃู… ู‡ุจุฉ ” ุŸ

*ูˆููŠู‡ ุฌูˆุงุฒ ุจูŠุน ุงู„ูƒุงูุฑ ูˆุฅุซุจุงุช ู…ู„ูƒู‡ ุนู„ู‰ ู…ุง ููŠ ูŠุฏู‡ ุŒ ูˆุฌูˆุงุฒ ู‚ุจูˆู„ ุงู„ู‡ุฏูŠุฉ ู…ู†ู‡*

Ibnu Batthol berkata : ” Melakukan muamalah dengan orang kafir hukum nya boleh kecuali menjual perkara yang digunakan oleh kaum musyrik untuk memerangi kaum muslim. Dan ulama berbeda pendapat tentang hukum jual beli dengan orang yang hartanya secara umum dari penghasilan haram, Adapun dalil orang yang memperbolehkan nya ( karena ada ruhshoh dalam hal tersebut) adalah sabda Rosulullah yang bertanya kepada orang musyrik : ” Ini jual beli atau pemberian?.” Dalam hadits tersebut mengandung hukum kebolehan melakukan jual beli dengan orang kafir, dan tetap nya kepemilikan kafir atas harta yang ada ditangan nya, serta hukum kebolehan menerima hadiah dari orang kafir

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, Islam memperbolehkan seorang Muslim menerima hibah atau hadiah dari non-Muslim, termasuk dana penelitian dari gereja, selama dana tersebut bersumber dari sesuatu yang halal, tidak disertai syarat yang melanggar ajaran Islam, dan tidak membahayakan aqidah. Penggunaan dana tersebut diperbolehkan jika bertujuan untuk kebaikan bersama dan tidak ada unsur yang merusak iman atau akhlak. Dalam hal ini, hibah, hadiah, dan sedekah pada dasarnya adalah bentuk kebaikan yang sah untuk diterima dan digunakan.

Nabi Muhammad SAW pun tercatat pernah menerima hadiah dari non-Muslim seperti Muqawqis. Bahkan dalam syariat, hadiah dianjurkan dan diyakini dapat mempererat hubungan sosial, seperti yang disabdakan Nabi, โ€œBerilah hadiah, maka kalian akan saling mencintai.โ€ Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan hibah bukanlah tindakan tercela jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik dan tidak menimbulkan konflik dengan prinsip-prinsip Islam.

Secara khusus, jika topik penelitian yang dibiayai dana tersebut adalah tentang kajian keislaman, hukumnya tetap diperbolehkan selama tidak ada unsur yang bertentangan dengan ajaran Islam dalam pelaksanaannya. Bimbingan yang ketat dari pihak penerima dana diperlukan untuk memastikan penelitian tersebut membawa manfaat tanpa mengorbankan prinsip aqidah dan akhlak Islam. Wallahu a’lam bishawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *