HADITS KE 346 : MENGIKUTI GERAKAN IMAM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 346 :

وَعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الصَّلَاةَ وَالْإِمَامُ عَلَى حَالٍ, فَلْيَصْنَعْ كَمَا يَصْنَعُ الْإِمَامُ ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ

Dari Ali Ibnu Abu Tholib Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang di antara kamu datang untuk melakukan sholat sedang imam berada dalam suatu keadaan, maka hendaklah ia mengerjakan sebagaimana yang tengah dikerjakan oleh imam.” Riwayat Tirmidzi dengan sanad yang lemah.

MAKNA HADITS :

Sesungguhnya imam itu dilantik hanya untuk diikuti. Oleh itu, makmum dianjurkan bergabung dengan imam dalam bagian manapun dari sholatnya, baik dalam keadaan berdiri, rukuk, atau sujud, untuk merealisasikan pengertian al-iqtida’ (mengikuti) dan mengamalkan apa yang disebutkan di dalam Sunnah. Jumlah rakaat yang telah dilakukan oleh imam adalah perkara lain. Oleh itu, seorang makmum tidak dianggap telah mendapat satu rakaat kecuali apabila makmum sempat menjumpai imam dalam rakaat yang dimaksudkan sebelum imam mengangkat kepalanya dari rukuk.

FIQH HADITS :

Seseorang yang menjumpai imam diwajibkan bergabung dengannya dalam bagian manapun imam itu ketika mengerjakan sholatnya. Jika imam sedang berdiri atau rukuk, maka makmum hendaklah mendapat hitungan rakaat sesuai dengan bagian sholat yang didapatinya bersama imam. Jika dia sempat menjumpai imam sedang duduk atau sujud, maka dia hendaklah terus mengikutinya, namun tidak mendapat hitungan rakaat itu, sehingga dia harus menyempurnakan apa yang tertinggal sesudah imam salam.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 345 : SYARAT MENJADI IMAM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 345 :

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( صَلُّوا عَلَى مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا الله, وَصَلُّوا خَلْفَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا الله ) رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sholatkanlah orang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah dan sholatlah di belakang orang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallaah.” Riwayat Daruquthni dengan sanad lemah.

MAKNA HADITS :

Memandang tujuan utama sholat jenazah ialah mendo’akan mayat dan memohonkan ampunan baginya, maka setiap orang yang telah mengucapkan dua kalimah syahadat termasuk kaum muslimin. Dengan kata lain, apabila mereka
mati, mereka berhak disholatkan jenazahnya sebagaimana lazimnya kaum muslimin, kecuali dalam keadaan tertentu seperti orang yang mati syahid di medan pertempuran.

Oleh karena sifat adil tidak termasuk syarat untuk membolehkan seseorang
imam sholat dan sahnya sholat, maka dibolehkan sholat sambil bermakmum di belakang orang yang pernah mengucapkan dua kalimah syahadat, sekalipun dia
adalah orang fasik.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan melakukan sholat jenazah bagi mayat kaum muslimin.

2. Barang siapa yang sah sholatnya, maka sah pula menjadi imam sholat.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 344 : ORANG BUTA MENJADI IMAM SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 344 :

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ; ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم اِسْتَخْلَفَ اِبْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ, يَؤُمُّ النَّاسَ, وَهُوَ أَعْمَى ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُد َ
وَنَحْوُهُ لِابْنِ حِبَّانَ: عَنْ عَائِشَة َ رَضِيَ الله عَنْهَا

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam meminta Ibnu Ummu Maktum untuk menggantikan beliau mengimami orang-orang, padahal ia seorang buta. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud.

Hadits serupa juga terdapat dalam riwayat Ibnu Hibban dari ‘Aisyah r.a.

MAKNA HADITS :

Orang buta boleh menjadi imam sholat dan tidak dimakruhkan selagi dia mampu menjaga dirinya dari najis dan memelihara etika serta faham hukum-hukum sholat Tetapi jika tidak mampu berbuat demikian, maka dia makruh menjadi imam
sholat.

Nabi (s.a.w) sering melantik Ibn Ummi Maktum menjadi penggantinya untuk mengurus kota Madinah sebanyak tiga belas kali. Ibn Ummi Maktum menjadi khalifah Nabi (s.a.w) dalam sholat dan dalam urusan-urusan yang lain.

FIQH HADITS :

Orang buta boleh menjadi imam sholat. Imam al-Syafi’i mengatakan bahwa dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara orang buta dengan orang sehat, karena masing-masing mereka memiliki keistimewaan tersendiri. Keutamaan orang buta
ialah tidak melihat perkara-perkara yang bisa membuat dirinya lalai sedangkan keutamaan orang sehat juga dapat menghindari diri dari terkena najis.

Jumhur ulama mengatakan bahwa orang yang melihat lebih diutamakan menjadi imam sholat, karena dia lebih mampu menghadap ke arah kiblat dengan cara berijtihad di samping mampu menjauhi dirinya daripada najis.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 343 : PEREMPUAN MENJADI IMAM SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 343 :

وَعَنْ أُمِّ وَرَقَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا, ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَمَرَهَا أَنْ تَؤُمَّ أَهْلَ دَارِهَا ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ

Dari Ummu Waraqah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyuruhnya untuk mengimami anggota keluarganya. Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

MAKNA HADITS :

Imam sholat memiliki kedudukan yang tinggi dan ia tidak patut dipegang kecuali kaum lelaki. Oleh itu, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah secara mutlak melarang wanita menjadi imam sholat. Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad membolehkan wanita menjadi imam sholat, tetapi hanya untuk kaum wanita saja, tidak boleh menjadi imam sholat bagi kaum lelaki.

Adapun, Abu Tsaur dan al-Tabari membolehkan wanita menjadi imam sholat bagi kalangan keluarganya sendiri, meskipun diantara mereka terdapat lelaki karena berpegang kepada hadis Ummu Waraqah ini.

FIQH HADITS :

1. Duduk (tinggal) di rumah bagi wanita lebih utama daripada keluar berjihad.

2. Disyariatkan melakukan akad tadbir.

3. Salah satu mukjizat Rasulullah (s.a.w) adalah baginda dapat memberitakan peristiwa sebelum kejadiannya. Baginda memberitakan bahwa kelak Ummu Waraqah akan mati syahid.

4. Sah apabila wanita mengimami sholat bagi anggota keluarganya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 342 : KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAAH BERSAMA ORANG BANYAK

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 342 :

وَعَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( صَلَاةُ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ, وَصَلَاتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ الرَّجُلِ, وَمَا كَانَ أَكْثَرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى الله عَزَّ وَجَلَّ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّان

Dari Ubay Ibnu Ka’ab Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sholat seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan jika lebih banyak lebih disukai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

MAKNA HADITS :

Sholat merupakan komunikasi antara seorang hamba dengan Allah. Jika sholat dilakukan dengan etika yang sempurna dan khusyuk, maka sholat itu lebih banyak pahalanya dan kemungkinan diterima di sisi-Nya adalah lebih besar. Rahmat Allah (s.w.t) telah menetapkan untuk tetap menerima sholat orang yang berlaku
sembrono ke dalam golongan orang yang sempurna sholatnya. Allah menerima juga sholat orang yang berbuat buruk terhadap sholatnya karena menghormati orang yang baik sholatnya dalam jamaah. Oleh itu, Nabi (s.a.w) menganjurkan sholat berjamaah dan memperbanyak melakukan, sebab sholat berjamaah diterima oleh Allah (s.w.t).

FIQH HADITS :

1. Jumlah paling sedikit bagi sholat berjamaah adalah terdiri dari seorang makmum dan imam.

2. Keutamaan sholat berjamaah berbeda-beda antara satu sama lain tergantung kepada jumlah orang yang mengikutinya; semakin banyak jumlah jamaah yang turut mengikutinya, maka semakin afdhal sholat mereka itu.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 341 : ANJURAN TENANG DAN BERWIBAWA MENUJU TEMPAT SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 341 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ, وَعَلَيْكُمْ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ, وَلَا تُسْرِعُوا, فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا, وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila engkau telah mendengar qomat, maka berjalanlah menuju sholat dengan tenang dan sabar, dan jangan terburu-buru. Apa yang engkau dapatkan (bersama imam) kerjakan dan apa yang tertinggal darimu sempurnakan.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.

MAKNA HADITS :

Orang yang hendak pergi ke masjid untuk mengerjakan sholat diperintahkan agar berjalan dengan langkah yang tenang dan berwibawa serta tidak boleh terburu-buru dan menengok ke sana ke mari, karena secara hukum dia telah berada dalam sholat. Untuk itu, dia mesti mengamalkan etika sebagaimana etika orang yang sedang sholat supaya langkahnya bertambah banyak. Setiap langkah yang diayunkannya itu terdapat pahala satu derajat. Lain halnya seandainya berjalan dengan terburu-buru, maka tidaklah dia sampai ke dalam shaf, melainkan dalam keadaan sudah lelah, hingga akhirnya dia tidak mampu merenungi makna bacaan
sholat dengan khusyuk.

FIQH HADITS :

1. Dilarang berjalan terburu-buru menuju ke masjid untuk mengerjakan sholat.

2. Dianjurkan tenang dan berjalan berwibawa ketika datang menuju ke tempat sholat.

3. Memperoleh keutamaan berjamaah dengan mendapati bagian manapun dari sholat imam itu.

4. Makmum disyariatkan bergabung dengan imam dalam keadaan apapun dia mendapati imam sholatnya.

5. Apa yang didapati oleh makmum dari sholat imamnya, maka itulah permulaan sholat baginya.

6. Menyempurnakan bagian sholat yang terlewatkan oleh makmum sesudah imam menyelesaikan sholatnya agar sholatnya sempurna.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 340 : ANJURAN TIDAK SENDIRIAN DI SHAF TERAKHIR

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 340 :

وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ ]اَلْجُهَنِيِّ] رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( رَأَى رَجُلًا يُصَلِّي خَلْفَ اَلصَّفِّ وَحْدَهُ, فَأَمَرَهُ أَنْ يُعِيدَ اَلصَّلَاةَ. ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
وَلَهُ عَنْ طَلْق ٍ ( لَا صَلَاةَ لِمُنْفَرِدٍ خَلْفَ اَلصَّفِّ ) وَزَادَ اَلطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ وَابِصَةَ: ( أَلَا دَخَلْتَ مَعَهُمْ أَوْ اِجْتَرَرْتَ رَجُلًا؟

Dari Wabishoh Ibnu Ma’bad Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah melihat seseorang sholat di belakang shaf sendirian. Maka beliau menyuruhnya agar mengulangi sholatnya. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

Menurut riwayatnya dari Tholq Ibnu Ali r.a: “Tidak sempurna sholat seseorang yang sendirian di belakang shaf.” Thabrani menambahkan dalam hadits Wabishoh: “Mengapa engkau tidak masuk dalam shaf mereka atau engkau tarik seseorang?”

MAKNA HADITS :

Syaitan adalah musuh umat manusia. Jika ia melihat seorang manusia sholat sendirian, maka ia berusaha sekuat tenaga untuk memperdayanya. Ada pepatah
mengatakan, serigala itu hanya mau memangsa kambing jika ia jauh dari sekumpulan rekan-rekannya. Oleh itu, Nabi (s.a.w) melarang seseorang sholat seorang diri di belakang shaf dan baginda memerintahkan seseorang yang melakukannya agar mengulangi lagi sholatnya.

Makna dzahir hadis ini dijadikan pegangan oleh sesetengah ulama, tetapi jumhur ulama mengatakan bahwa sholat orang yang sendirian di belakang shaf tidak batal, karena status hadis ini dha’if. Dengan arti kata lain, tidak dapat dijadikan sebagai hujah atau dapat dijadikan hujah untuk meniadakan
kesempurnaan sholat, tetapi bukan menafikan sahnya sholat. Ini karena Nabi (s.a.w) sendiri pernah membenarkan sah sholat Abu Bakrah ketika dia bertakbir seorang diri di belakang shaf dan baginda tidak menyuruhnya mengulangi lagi sholatnya.

FIQH HADITS :

1. Orang yang sholat seorang diri di belakang shaf dianjurkan untuk mengulangi sholat. Hikmahnya adalah orang yang sholat seorang diri di belakang shaf dikuasai
oleh syaitan, sehingga dia tidak dapat melakukan khusyuk dengan sempurna. Lain halnya apabila dia berada di dalam barisan shaf yang berdekatan antara satu sama lain, maka syaitan tidak mempunyai kekuatan untuk menggodanya, karena di dalam hadis lain disebutkan pula bahwa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda:

يد الله مع الجماعة

“Tangan (kekuasaan) Allah ada bersama jamaah.”

2. Tidak sah sholat orang yang sholat seorang diri di belakang shaf.

3. Dianjurkan untuk menyempurnakan barisan shaf.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 339: TENTANG BERJALAN DALAM SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 339 :

وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه أَنَّهُ اِنْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ رَاكِعٌ, فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ, فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ( زَادَكَ الله حِرْصًا وَلَا تَعُدْ ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَزَادَ أَبُو دَاوُدَ فِيهِ: ( فَرَكَعَ دُونَ الصَّفِّ, ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّفِّ)

Dari Abu Bakrah Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam ketika beliau ruku’. Lalu ia ruku’ sebelum mencapai shof. Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda padanya: “Semoga Allah menambah keutamaanmu dan jangan mengulanginya.” Riwayat Bukhari. Abu Dawud menambahkan dalam hadits itu: Ia ruku’ di belakang shaf kemudian berjalan menuju shof.

MAKNA HADITS :

Pada suatu hari seorang sahabat bernama Abu Bakrah datang dengan langkah tergesa-gesa untuk mengerjakan sholat berjamaah, hingga akhirnya sampailah dia kepada Nabi (s.a.w). Ketika itu Nabi (s.a.w) sedang rukuk. Oleh kerana Abu Bakrah merasa kawatir tidak mendapat pahala sholat berjamaah dan pahala rukuk bersama Rasulullah (s.a.w), dia segera melakukan rukuk mengikuti Rasulullah (s.a.w) sebelum sampai pada shaf sholat. Kemudian dia berjalan sambil rukuk menuju shaf sholat bergabung dengan jamaah yang lain.

Ketika Rasulullah (s.a.w) selesai mengerjakan sholat, baginda menanyakan siapa orang yang melakukan perbuatan itu, lalu Abu Bakrah mengakui perbuatannya.
Nabi (s.a.w) menyetujui apa yang telah diperbuatnya itu, tetapi baginda memberinya petunjuk yang lebih afdhal untuk dia lakukan pada masa mendatang, supaya kelak Abu Bakrah berjalan pada ajaran yang sempurna. Inilah yang diungkapkan oleh Nabi (s.a.w) dalam suatu kalimat yang penuh dengan sopan: “Semoga Allah membuat kamu bertambah rajin, tetapi janganlah kamu ulangi lagi perbuatanmu itu.

FIQH HADITS :

1. Berjalan di dalam sholat untuk kemaslahatan sholat itu sendiri tidak membatalkannya. Ulama berbeda pendapat mengenai kadar langkah yang dimaafkan. Menurut mazhab Imam al-Syafi’i, kadarnya ialah satu langkah atau dua langkah secara berturut-turut, tidak boleh lebih dari itu. Jika langkah yang dilakukannya terputus-putus, maka itu dimaafkan, meskipun dilakukan hingga seratus langkah. Sebagian kalangan mazhab Hanafi membolehkannya hanya satu langkah, sedangkan menurut sebagian yang lain sampai batasan tempat sujud. Menurut mazhab Maliki, apabila melangkah untuk menutupi celah-celah shaf yang kosong, maka itu dimaafkan sebatas dua atau tiga shaf. Jika langkah yang dilakukan bukan untuk kedua tujuan itu seperti menolak orang yang lewat di hadapannya atau menangkap hewan kendaraan yang lari dan
lain-lain sebagainya, maka hitungan langkah itu hendaklah mengikut kepada tradisi yang berlaku. Apa yang dianggap sedikit oleh tradisi, maka itu dimaafkan, tetapi bila dinilai sebaliknya oleh tradisi, maka itu tidak dimaafkan.

2. Barang siapa yang mendapati imam sedang rukuk, maka orang itu tidak boleh memasuki sholat sebelum sampai pada safnya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 338: POSISI ANAK-ANAK KETIKA MENJADI MAKMUM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 338 :

وَعَنْ أَنَسٍ قَالَ: ( صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُمْتُ وَيَتِيمٌ خَلْفَهُ, وَأُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيّ ِ

Anas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sholat, lalu aku dan seorang anak yatim berdiri di belakangnya sedang Ummu Salamah berdiri di belakang kami. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.

MAKNA HADITS :

Nabi (s.a.w) seorang yang bersifat rendah hati, berakhlak mulia dan seorang guru yang bijaksana. Baginda sering memeriksa keadaan para sahabatnya dan pergi berkunjung ke rumah-rumah mereka, lalu melakukan sholat sunat di rumah mereka. Dengan sholatnya itu secara tidak langsung baginda mengajarkan mereka bagaimana cara mengerjakan sholat yang betul. Berita kunjungan itu menyebar kepada sahabat yang lain untuk kemudian dijadikan sebagai pelajaran dan sumber syariat.

Apa yang disebutkan di dalam hadis ini menjelaskan keutamaan mengerjakan sholat sunnah di dalam rumah dan tempat berdiri para makmum dari posisi berdiri
imam apabila mereka terdiri dari lelaki dan wanita dan sebagainya sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini.

FIQH HADITS :

1. Seorang pemimpin disyariatkan mengunjungi rumah sebagian orang yang dipimpinnya untuk menyenangkan hati mereka.

2. Rasulullah (s.a.w) senantiasa bersikap rendah hati dan berakhlak mulia.

3. Sholat sunat boleh dilakukan dengan cara berjamaah.

4. Ketentuan menetapkan tempat berdiri para makmum dari posisi berdiri imam apabila mereka terdiri dari kaum lelaki dan anak-anak.

5. Disyariatkan shaf wanita berada di belakang shaf lelaki. Wanita berdiri di belakang lelaki dengan membentuk shaf tersendiri jika dia tidak memiliki teman wanita yang lain yang mengerjakan sholat bersamanya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 337 : POSISI SHAF LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

kajian hadist ikaba 20180309_0216141181150331..jpg

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT

HADITS KE 336 :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا, وَشَرُّهَا آخِرُهَا, وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا, وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا ) رَوَاهُ مُسْلِم

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sebaik-baik shof laki-laki adalah yang pertama dan sejelek-jeleknya ialah yang terakhir. Dan sebaik-baik shof perempuan adalah yang terakhir dan sejelek-jeleknya ialah yang pertama.” Diriwayatkan oleh Muslim.

MAKNA HADITS :

Allah (s.w.t) beserta para malaikatNya mendoakan orang yang solat pada shaf yang pertama agar memperoleh rahmat. Ini disebabkan posisi mereka yang berdekatan dengan imam disamping menempati shaf yang pertama itu menjadikan seseorang itu lebih menentukan perhatian terhadap sholat yang dikerjakannya (khusyuk). Sekiranya saja orang tahu pahala dibalik mengerjakan sholat pada shaf yang pertama, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan cara merangkak. Apa yang dimaksudkan dengan shaf pertama adalah shaf yang berada di dekat imam. Seburuk-buruk shaf adalah shaf yang paling belakang, kerana shaf yang paling belakang itu sedikit pahalanya. Ini disebabkan orang yang berada pada shaf paling belakang tidak begitu jelas mendengar bacaan imam disamping posisi mereka berdekatan dengan shaf wanita. Dan adakalanya pula mereka mencuri-curi pandang ke arah shaf kaum wanita sekiranya dalam solat jemaah itu terdapat kaum wanita. orang yang berhak menempati shaf pertama dalam solat adalah lelaki yang cerdik dan pandai.

Shaf yang paling baik bagi kaum wanita adalah yang paling belakang karena jaraknya yang jauh dari shaf kaum lelaki. Demikian itu jika kaum wanita sholat berjemaah bersama kaum lelaki. Apabila kaum wanita sholat berjemaah bersama sesama kaum wanita, maka shaf mereka sama seperti shaf lelaki, yaitu shaf pertama adalah lebih utama berbanding shaf-shaf di belakangnya.

FIQH HADITS :

1. Anjuran berada di shaf pertama dan peringatan menjauhi shaf pertama.

2. Jika kaum wanita mengerjakan sholat berjamaah bersama kaum lelaki, shaf yang paling afdhal bagi mereka adalah shaf yang paling belakang. Dari sini dapat
disimpulkan bahawa shaf kaum wanita apabila berada di tempat yang lain, yakni tidak bergabung dengan shaf kaum lelaki sama dengan shaf kaum lelaki, dimana yang paling afdhal bagi mereka ialah shaf yang paling depan dan shaf yang paling sedikit pahalanya ialah shaf yang paling belakang.

3. Kaum wanita disyariatkan membuat shaf-shaf yang sama dengan shaf kaum lelaki.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..