HADITS KE 162 : KEUTAMAAN DO’A SETELAH ADZAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 162 :

وَعَنْ جَابِرٍ- رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ اَلنِّدَاءَ : اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ اَلدَّعْوَةِ اَلتَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ اَلْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا اَلَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ ) أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ.

Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang ketika mendengar adzan berdoa: Allaahumma robba haadzihi da’watit taammati was sholaatil qooimati aati Muhammadanil washiliilata wal fadliilata wab ‘atshu maqooman mahmuudal ladzi wa’adtahu (artinya: Ya Allah Tuhan panggilan yang sempurna dan sholat yang ditegakkan berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan dan bangunkanlah beliau dalam tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan) maka dia akan memperoleh syafaat dariku pada hari Kiamat.” Dikeluarkan oleh Imam Empat.

MAKNA HADITS :

Rasulullah (s.a.w) memberitahukan tentang do’a yang boleh mendatangkan kebaikan berlimpah bagi orang yang senantiasa membacanya sesudah azan. Waktu sesudah azan merupakan antara waktu dimana do’a dimakbulkan dan rahmat turun dari langit kepada hamba-hamba Allah (s.w.t).

Memandangkan Nabi (s.a.w) adalah pembimbing agung kita yang seandainya tanpanya niscaya kita tidak tahu bagaimana kita mengerjakan sholat, maka baginda berhak memiliki keutamaan terbesar di atas jasanya ini. Oleh sebab itu, kita wajar mendo’akan baginda secara khusus berupa memohon wasilah, keutamaan, derajat yang tinggi, dan kedudukan yang terpuji untuk menunaikan hak kita ke atas tanggung jawab yang baginda lakukan ke atas kita.

Dengan demikian, makin
bertambahlah kesempurnaan baginda di atas kesempurnaan.

FIQH HADITS :

1. Dianjurkan berdo’a setelah azan dikumandangkan dengan kalimat-kalimat yang telah disebutkan dalam hadis tersebut. Membaca do’a itu boleh membawa kepada kebaikan yang besar dan kelak orang yang membacanya akan beroleh syafaat.

2. Berita gembira dengan husnul khatimah bagi orang yang gemar membaca do’a ma’tsur (yang dianjurkan oleh Nabi (s.a.w).

3. Disyari’atkan mendo’akan orang yang lebih utama agar orang yang
mendo’akannya turut memperoleh manfaat yang besar.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 161 : ANTARA ADZAN DAN IQAMAH ADALAH WAKTU ISTIJABAH

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 161 :

وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يُرَدُّ اَلدُّعَاءُ بَيْنَ اَلْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ ) رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Doa antara adzan dan iqomah itu tidak akan ditolak.” Riwayat Nasa’i dan dianggap lemah oleh Ibnu Khuzaimah.

MAKNA HADITS :

Doa mempunyai tempat dan waktu-waktu tertentu yang menjadi salah satu kunci do’a itu dikabulkan. Rasulullah (s.a.w) menekankan bahwa keadaan itu mesti diperhatikan untuk memastikan do’a dikabulkan.

Diantaranya adalah waktu antara
azan dengan iqamah yang merupakan waktu kerberkahan. Pada waktu itu semua pintu langit dibuka dan do’a dikabulkan serta rahmat Allah turun kepada hamba-hamba-Nya. Namun ketentuan do’a dikabulkan ini masih terikat, yaitu selagi seseorang tidak berdo’a untuk perbuatan dosa atau bertujuan memutuskan ikatan silaturrahim. Jika berdo’a untuk melakukan perbuatan dosa atau untuk memutuskan hubungan silaturrahim, maka do’anya tidak dikabulkan. Didalam Sunnah telah disebutkan hadis-hadis yang menunjukkan do’a-do’a yang mesti dibaca antara azan dan iqamah yang antara lain ialah:

“رضيت بالله ربا وبالاسلام دينا وبمحمد رسولا. قال النبي صلى الله عليه وسلم : إن من قال ذلك غفر له ذنبه”

Aku redha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Rasulku. Rusulullah (s.a.w) bersabda: “Barang siapa yang membaca do’a tersebut, niscaya dosanya diampuni.”

Doa yang lain ialah bershalawat kepada Nabi (s.a.w) sesudah selesai menjawab azan.

FIQH HADITS :

1. Keistimewaan waktu antara adzan dan iqamah.

2. Dianjurkan berdo’a di antara azan dan iqamah kerana do’a pada waktu tersebut dikabulkan oleh Allah.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 160 : BEDA TUGAS MUADZIN DAN IMAM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 160 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اَلْمُؤَذِّنُ أَمْلَكُ بِالْأَذَانِ وَالْإِمَامُ أَمْلَكُ بِالْإِقَامَةِ ) رَوَاهُ اِبْنُ عَدِيٍّ وَضَعَّفَهُ

وَلِلْبَيْهَقِيِّ نَحْوُهُ : عَنْ عَلِيٍّ مِنْ قَوْلِهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Muadzin itu lebih berhak untuk adzan dan imam itu lebih berhak untuk qomat.” Diriwayatkan dan dianggap lemah oleh Ibnu Adiy.

Menurut riwayat Baihaqi ada hadits semisal dari Ali Radliyallaahu ‘anhu dari perkataannya sendiri.

MAKNA HADITS :

Antara keistimewaan Islam ialah segala sesuatu mesti diserahkan kepada orang
yang bertugas supaya ia dapat dilakukan dengan tepat dan terarah. Allah (s.w.t) berfirman:

….قد علم كل اناس مشربهم

“Sungguh setiap orang telah mengetahui tempat minumnya (masing masing).” (Surah al-Baqarah: 60)

Muazzin diberi kepercayaan memberitahukan masuknya waktu solat dan tugas ini sepenuhnya telah diserahkan kepadanya. Oleh sebab itu, Rasulullah (s.a.w)
menjadikannya lebih berkuasa terhadap azan. Iqamah juga memiliki kaitan erat dengan solat dan jamaah di mana solat berjamaah tidak dapat dilakukan tanpa kewujudan imam. Jadi, imam lebih menguasai iqamah. Seseorang tidak boleh beriqamah melainkan setelah mendapat isyarat dari imam. Di sinilah nampak kebijaksanaan syariat Islam dimana setiap tugas diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya dan memberikan tanggung jawab kepada mereka yang bersangkutan. Muazzin adalah orang yang diberi kepercayaan untuk memberikan masuknya waktu solat sedangkan imam adalah orang yang bertanggung jawab mengimami sholat.

FIQH HADITS :

1. Muazzin dipercaya untuk menjaga waktu solat dan oleh kerana itu, tugas untuk mengawasi waktu solat diserahkan kepadanya.

2. Solat tidak didirikan kecuali setelah mendapat isyarat dari imam atau dengan kehadirannya, tetapi tidak bergantung kepada izinnya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 159 : IQOMAH BOLEH DILAKUKAN OLEH SESEORANG YANG TIDAK MENGUMANDANGKAN ADZAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 159 :

وَلِأَبِي دَاوُدَ: فِي حَدِيثِ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ قَالَ : أَنَا رَأَيْتُهُ – يَعْنِي : اَلْأَذَان – وَأَنَا كُنْتُ أُرِيدُهُ . قَالَ : “فَأَقِمْ أَنْتَ ” وَفِيهِ ضَعْفٌ أَيْضًا

Menurut riwayat Abu Dawud dari hadits Abdullah Ibnu Zaid bahwa dia berkata: Aku telah memimpikannya yaitu mimpi beradzan dan aku menginginkannya. Maka Rasulullah saw bersabda: “Baik qomatlah engkau.” Hadits ini juga lemah.

MAKNA HADITS :

Melihat tujuan azan ialah memberitahukan masuknya waktu sholat bagi orang yang tinggal berjauhan dengan masjid, maka Nabi (s.a.w) menyuruh Abdullah ibn Zaid mengajarkan azan kepada Bilal, kerana Bilal mempunyai suara yang lebih kuat berbanding dirinya. Memandang tujuan iqamah untuk memberitahukan yang sholat tidak lama lagi akan dilaksanakan kepada orang yang sudah berada di dalam masjid, maka Rasulullah (s.a.w) menyuruh Abdullah ibn Zaid mengumandangkan iqamah untuk menghibur hatinya, kerana dialah yang bermimpi azan tersebut.

FIQH HADITS :

Iqamah boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak mengumandangkan azan.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 158 : IQAMAH ADALAH HAK BAGI ORANG YANG ADZAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 158 :

وَلَهُ : عَنْ زِيَادِ بْنِ اَلْحَارِثِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( وَمَنْ أَذَّنَ فَهُوَ يُقِيمُ ) وَضَعَّفَهُ أَيْضًا

Dalam riwayatnya yang lain dari Ziyad Ibnul Harits bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “barangsiapa yang telah adzan maka dia yang akan qomat.” Hadits ini juga dinilai lemah.

MAKNA HADITS :

Mengumandangkan iqamah adalah hak bagi orang yang mengumandangkan azan
dikarenakan dia telah menyeru orang yang jauh untuk mengerjakan solat dan oleh kerananya, seruannya kepada orang yang dekat adalah lebih diutamakan.

Walaupun, ini bukannya satu kewajiban, hingga apabila ditinggalkan mengakibatkan
iqamah batal, sebaliknya ia adalah sunat mu’akkad supaya dialah yang melakukan iqamah demi menghargai haknya sebagai muazzin. Jika iqamah dilakukan oleh orang lain, maka itu tetap diperbolehkan sebagaimana yang telah ditegaskan oleh hadis no. 159.

FIQH HADITS :

1. Iqamah adalah hak bagi orang yang azan.

2. Hak di sini mencakup wajib dan sunat muakkad. Namun makna yang dimaksudkan disini adalah sunat muakkad berdasarkan hadis yang akan disebutkan berikutnya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 157 : ANJURAN PUNYA WUDUK KETIKA ADZAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 157 :

وَلَهُ : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( لَا يُؤَذِّنُ إِلَّا مُتَوَضِّئٌ )  وَضَعَّفَهُ أَيْضًا 

Dalam riwayatnya pula dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak diperkenankan adzan kecuali orang yang telah berwudlu.” Hadits tersebut juga dinilai lemah.

MAKNA HADITS :

Azan adalah berzikir kepada Allah. Jadi, sepatutnya seseorang yang hendak mengumandangkannya berada dalam keadaan berwuduk. Walaupun ulama masih berselisih pendapat dalam masalah ia dianggap sebagai syarat ataupun tidak.

FIQH HADITS :

Disunatkan bersuci untuk mengumandangkan azan. Tetapi apabila azan atau iqamah itu dilakukan oleh orang yang hadas kecil atau hadas besar, maka ia tetap diperbolehkan, meskipun makruh hukumnya menurut jumhur ulama.

Imam Malik mengatakan bahwa azan boleh dilakukan meskipun dalam keadaan tidak berwuduk, tetapi iqamah tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang sudah berwuduk. Jika azan dilakukan oleh orang yang junub, maka ada dua riwayat menurut Imam Malik. Walaupun begitu, ia tetap memperbolehkan mengikuti pendapat mayoritas ulama.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 156 : PERBEDAAN TEMPO DALAM ADZAN DAN IQOMAH

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 156 :

وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِبِلَالٍ : ( إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ وَإِذَا أَقَمْتُ فَاحْدُرْ وَاجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ اَلْآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ) اَلْحَدِيثَ . رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ.

Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada Bilal: “Jika engkau menyeru adzan perlambatlah dan jika engkau qomat percepatlah dan jadikanlah antara adzan dan qomatmu itu kira-kira orang yang makan telah selesai dari makannya.” Hadits diriwayatkan dan dianggap lemah oleh Tirmidzi.

MAKNA HADITS :

Oleh kerana azan bertujuan memberitahukan masuknya solat kepada orang yang tinggal berjauhan dengan masjid, maka Rasulullah (s.a.w) menganjurkan azan supaya dilakukan secara tartil (perlahan-lahan) dan bukannya dikumandangkan dengan cara cepat, sebab cara tersebut lebih memungkinkan sampai kepada
mereka yang tinggal jauh dari masjid.

Oleh kerana iqamah bertujuan memberitahukan kepada para hadirin bahwa solat tidak lama lagi akan didirikan, maka ia dilakukan dengan cepat dengan tujuan segera melakukan hal yang paling utama, yaitu melaksanakan solat fardu.

Rasulullah (s.a.w) memerintahkan supaya dibuat jarak waktu antara azan dengan iqamah untuk memperbolehkan orang yang mendengarnya bersiap-siap untuk menghadiri solat secara berjamaah. Ini merupakan salah satu rahmat bagi kaum muslimin. Nabi (s.a.w) melarang mereka melakukan iqamah sebelum imam solat hadir di dalam masjid. Ini bertujuan jamaah tidak terlalu lama menunggu pelaksanaan solat dalam keadaan berdiri sekiranya ada halangan yang melambatkan kedatangan imam menunaikan solat secara berjamaah.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan tartil ketika mengumandangkan azan, yaitu tenang dan perlahan ketika menyampaikannya, kerana itu diharapkan mampu dapat didengar oleh mereka yang tinggal jauh dari masjid.

2. Disyariatkan cepat dalam melakukan iqamah, kerana iqamah ditujukan kepada orang yang telah hadir di dalam masjid. Jadi, ia lebih tepat jika dilakukan dengan cara yang cepat supaya dapat segera mengerjakan solat yang merupakan tujuan utama di sebalik iqamah itu.

3. Disunatkan memberikan jarak waktu antara azan dengan iqamah untuk bersiap-siap menghadiri solat berjamaah dan manfaat azan tidak disia-siakan.

4. Disyariatkan mengawasi tukang azan dan mengajarkan tatacara dalam mengumandangkan azan.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 155 : ANJURAN ADZAN SETIAP WAKTUNYA TIBA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 155 :

وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ لَنَا اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ( وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ . . . ) اَلْحَدِيثَ أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَةُ.

Dari Malik Ibnu Huwairits Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda pada kami: “Bila waktu shalat telah tiba maka hendaklah seseorang diantara kamu menyeru adzan untukmu sekalian.” Dikeluarkan oleh Imam Tujuh.

MAKNA HADITS :

Rasulullah (s.a.w) memerintahkan untuk mengumandangkan azan untuk setiap kali hendak mengerjakan solat fardu sebagai peringatan yang waktu solat telah tiba. Baginda menganjurkan azan supaya benar-benar diperhatikan dan menjelaskan bahwa kedudukan imam solat merupakan hak bagi orang yang lebih alim dan usianya lebih tua disamping membimbing mereka untuk mengetahui tatacara pelaksanaan solat menerusi perbuatannya karena pelajaran yang disampaikan secara praktikal lebih besar pengaruhnya. Dalam kaitan ini, baginda bersabda:

صلوا كما رأيتموني أصلي

“Solatlah kamu sebagaimana kamu melihatku mengerjakan solat.”

Ibn Hajar al-‘Asqalani sengaja meringkas hadis ini karena menyesuaikan dengan tuntutan bab ini sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para ahli hadis yang lain.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan azan untuk setiap kali hendak mengerjakan solat fardu ketika waktunya telah tiba.

2. Tidak ada suatu syarat bagi seseorang yang hendak menjadi muazzin selain beriman kepada Allah dan mengetahui waktu-waktu solat. Hal ini berlandaskan kepada sabda Rasulullah (s.a.w): “Seseorang di antara kamu,” (tanpa menyebutkan suatu persyaratan).

3. Solat berjamaah diperintahkan oleh syariat.

4. Keutamaan menjadi imam solat berbanding menjadi muazzin, kerana Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Hendaklah orang yang paling tua usianya diantara kamu menjadi imam solat bagi kamu.” Baginda tidak mengatakan: “Hendaklah orang yang paling tua usianya diantara kamu mengumandangkan azan buat kamu.” Adapun masalah memohon supaya dilantik menjadi imam masih diperdebatkan oleh ulama tentang keutamaannya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 154 : MEMUNGUT BAYARAN BAGI MUADZIN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 154 :

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ رضي الله عنه ( أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ اِجْعَلْنِي إِمَامَ قَوْمِي . قَالَ : “أَنْتَ إِمَامُهُمْ وَاقْتَدِ بِأَضْعَفِهِمْ وَاِتَّخِذْ مُؤَذِّنًا لَا يَأْخُذُ عَلَى أَذَانِهِ أَجْرًا ) أَخْرَجَهُ اَلْخَمْسَةُ وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ.

Utsman Ibnu Abul’Ash Radliyallaahu ‘anhu berkata: Wahai Rasulullah jadikanlah aku sebagai imam mereka perhatikanlah orang yang paling lemah dan angkatlah seorang muadzin yang tidak menuntut upah dari adzannya.” Dikeluarkan oleh Imam Lima. Hasan menurut Tirmidzi dan shahih menurut Hakim.

MAKNA HADITS :

Memohon untuk menjadi imam solat merupakan amalan yang terpuji, kerana menjadi imam itu besar pahalanya. Kedudukan ini pernah disebutkan di dalam do’a
hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah. Kisah mereka disebutkan di dalam al-Qur’an. Mereka berdoa seperti berikut:

(واجعلنا للمتقين إماما (الفرقان،٧٤

“… Dan jadikanlah kami menjadi imam bagi orang yang bertakwa.” (Surah al-
Furqan: 74)

Ini bukanlah permohonan untuk menjadi pemimpin yang dilarang oleh syari’at, yaitu kepimpinan yang bersifat duniawi. Seseorang yang memohon jabatan sebagai pemimpin duniawi tidak boleh dibantu mewujudkan keinginannya bahkan jabatan itu tidak boleh diberikan kepadanya.

FIQH HADITS :

1. Mengingatkan imam supaya senantiasa mengambil berat keadaan orang yang solat bermakmum di belakangnya.

2. Pemimpin masyarakat dianjurkan melantik seorang juru azan bagi menghimpun orang ramai untuk mengerjakan solat.

3. Seorang muazin dianjurkan untuk tidak menuntut bayaran ke atas azan yang dikumandangkannya.

Ulama berbeda pendapat sehubungan masalah ini.

Imam Abu Hanifah mengharamkannya apabila dia mensyaratkan upah untuk mengumandangkan azan. Dalilnya adalah hadis ini.

Mazhab Hanbali mengatakan tidak boleh mengambil upah selagi ada
seorang yang bersedia membayarnya. Jika tidak, maka juru azan mesti diberi upah yang diambil dari Baitul Mal. Bagi mereka, muazin boleh menerima upah di atas azan yang dikumandangkannya.

Menurut pendapat yang paling sahih di sisi mazbab Imam al-Syafi’i, imam boleh memberinya upah yang diambil dari Baitul Mal, dari hartanya sendiri, dari individu penduduk kampung, atau dari selain mereka.

Mazhab Maliki dalam masalah ini mempunyai dua pendapat; ada yang melarang menuntut upah azan dan ada yang membolehkannya. Ibn al-Arabi memilih pendapat yang membolehkannya, yakni boleh menerima upah.

4. Boleh memohon menjadi imam solat kerana ia merupakan amalan yang baik.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

HADITS KE 153 : TATA CARA MENJAWAB ADZAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ADZAN

HADITS KE 153 :

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا سَمِعْتُمْ اَلنِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ اَلْمُؤَذِّنُ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

وَلِلْبُخَارِيِّ: عَنْ مُعَاوِيَةَ

وَلِمُسْلِمٍ: ( عَنْ عُمَرَ فِي فَضْلِ اَلْقَوْلِ كَمَا يَقُولُ اَلْمُؤَذِّنُ كَلِمَةً كَلِمَةً سِوَى اَلْحَيْعَلَتَيْنِ فَيَقُولُ: “لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ” )

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila engkau sekalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.” Muttafaq Alaihi.

Dalam riwayat Bukhari dari Muawiyah Radliyallaahu ‘anhu terdapat hadits yang semisalnya.

Menurut Riwayat Muslim dari Umar Radliyallaahu ‘anhu tentang keutamaan mengucapkan kalimat per kalimat sebagaimana yang diucapkan oleh sang muadzin kecuali dua hai’alah (hayya ‘alash sholaah dan hayya ‘alal falaah) maka hendaknya mengucapkan la haula wala quwwata illa billah.

MAKNA HADITS :

Menjawab azan yang dilakukan oleh pendengar disebut hikayah al-azan (meniru bacaan azan), yaitu dengan cara meniru semua sebutan lafaz azan kecuali
حي على الصلاة “ dan “حي على الفلاح
maka jawaban kedua kalimat ini adalah membaca kalimat
“لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم”.

Hikmah menjawab azan yang dilakukan oleh orang yang mendengarnya adalah bersegera datang menuju ke tempat sholat. Ini berarti dia telah memenuhi
seruannya dengan ucapan sekaligus perbuatannya, yaitu berwuduk dan berangkat ke masjid untuk mengerjakan sholat berjamaah. Menjawab azan yang dilakukan oleh orang yang medengarnya tidak semata-mata bertujuan meniru suara azan yang kemudian menyeru umat manusia mengerjakan solat, sebaliknya ia bertujuan membangkitkan perasaan. Dengan membaca
لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم “
seseorang telah mengakui kelemahan yang ada pada dirinya sekaligus memohon pertolongan
kepada Allah untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini. Dengan demikian, orang yang mendengar azan itu mendapat ganjaran pahala setelah membaca hawqalah
“لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم “
(yang merupakan respon ke atas ucapan al-hay’alatain yang
dikumandangkan oleh juru azan.
Hukum menjawab azan ialah sunat, dan dianggap sudah memadai apabila azan yang dikumandangkan oleh seorang muazin telah dijawab meskipun di kawasan tersebut ramai orang yang mengumandangkan azan. Azan pertama untuk fajar
kadzib mesti dijawab, kerana Islam telah menyebutnya sebagai azan dan oleh kerananya, ia sunat untuk dijawab.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan menjawab azan yang dikumandangkan muazzin baik bagi orang yang dalam keadaam bersuci ataupun hadas, wanita yang haid
maupun yang junub, sebab jawaban itu merupakan berzikir kepada Allah dan diperbolehkan untuk melakukan dzikir. Namun menjawab azan tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang buang air dan orang yang sedang bersetubuh.

2. Hukum menjawab azan adalah sunat, kerana ulama telah sepakat
mengenainya. Kesepakatan inilah yang memalingkan pengertian wajib di dalam perintah yang terkandung di dalam sabda Rasulullah (s.a.w): “Maka ucapkanlah…”

3. Orang yang mendengar al-haya’alatain hendaklah menjawab dengan al-hawqalatain.

4. Keutamaan ikhlas di dalam setiap beramal. Amal yang diterima oleh Allah merupakan anugerah yang besar hingga seseorang yang melakukannya akan masuk ke dalam surga.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..