Keutamaan Bulan Syawal dan Amalan Shalat Utaqo’
Deskripsi Bulan Syawal:
Jembatan Spiritual Setelah Ramadhan
Bulan Syawal hadir sebagai jembatan spiritual yang menghubungkan kesucian bulan Ramadhan dengan sebelas bulan berikutnya. Ia adalah babak baru dalam perjalanan ibadah seorang Muslim, menjadi penanda kemenangan setelah berjibaku melawan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan di bulan puasa.
Syawal bukan sekadar pergantian kalender, melainkan sebuah kesempatan emas untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas ibadah yang telah ditempa selama Ramadhan. Ia adalah ujian nyata atas kesungguhan dalam meraih predikat muttaqin (orang yang bertakwa). Apakah semangat ibadah akan surut seiring berakhirnya Ramadhan, atau justru semakin berkobar sebagai bukti cinta dan ketaatan yang hakiki?
Di awal Syawal, umat Islam merayakan Idul Fitri, sebuah hari kemenangan dan kebahagiaan setelah menunaikan ibadah puasa. Suara takbir berkumandang, saling bermaafan menjadi tradisi indah, dan silaturahmi antar keluarga dan kerabat dipererat. Suasana sukacita dan persaudaraan begitu terasa, mencerminkan keberhasilan dalam meraih ampunan dan kembali fitri (suci).
Namun, Syawal tidak berhenti pada perayaan Idul Fitri. Bulan ini juga menyimpan sunnah yang agung, yaitu puasa enam hari. Puasa Syawal bukan hanya sekadar ibadah tambahan, melainkan memiliki keutamaan yang luar biasa, menyamai pahala berpuasa selama setahun penuh. Ia menjadi bukti komitmen seorang Muslim untuk terus mendekatkan diri kepada Allah setelah Ramadhan berlalu.
Lebih dari itu, Syawal juga menjadi waktu yang baik untuk melangsungkan pernikahan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Hal ini menepis anggapan sebagian masyarakat jahiliyah yang menganggap bulan Syawal sebagai bulan yang tidak baik untuk menikah.
Secara keseluruhan, bulan Syawal adalah periode transisi yang penuh berkah. Ia adalah waktu untuk merefleksikan ibadah Ramadhan, mempertahankan semangat kebaikan, meningkatkan kualitas diri, dan mempererat tali persaudaraan. Syawal adalah peluang kedua setelah Ramadhan untuk membuktikan bahwa ibadah bukan hanya rutinitas musiman, melainkan gaya hidup seorang Muslim sejati. Ia adalah awal yang baik untuk mengarungi sebelas bulan ke depan dengan hati yang lebih bersih dan semangat ibadah yang lebih membara.
Pertanyaan.
1.Apa saja keutamaan dan amalan dibulan syawal selain puasa enam hari sebagaimana Deskripsi
2.Bagaimana tata cara shalat sunnah Utaqo’?
Keutamaan Bulan Syawal dan Amalan Shalat Utaqo’
Keutamaan Bulan Syawal:
Bulan Syawal memiliki beberapa keutamaan dalam Islam, di antaranya:
- Sebagai Bulan Peningkatan Ibadah Setelah Ramadhan: Syawal menjadi momentum untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas ibadah setelah menjalani ibadah puasa dan amalan lainnya di bulan Ramadhan. Ini adalah waktu untuk membuktikan keteguhan dalam beribadah dan tidak kembali kepada kebiasaan buruk sebelum Ramadhan.
- Disunnahkan Puasa Enam Hari: Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal. Keutamaan puasa enam hari ini sebagaimana sabda beliau:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ - Artinya: “Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka pahalanya seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
- Waktu Pernikahan yang Baik: Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ menikahinya di bulan Syawal dan mengadakan walimah (resepsi pernikahan) juga di bulan Syawal. Aisyah berkata:
- تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَائِهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي
- Artinya: “Rasulullah ﷺ menikahiku di bulan Syawal dan tinggal bersamaku (sebagai suami istri) juga di bulan Syawal. Maka istri beliau mana yang lebih beliau cintai daripadaku?” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa menikah di bulan Syawal adalah hal yang baik dan tidak ada larangan atau kesialan seperti yang dipercayai sebagian masyarakat jahiliyah. - Momentum Silaturahmi: Setelah merayakan Idul Fitri di awal Syawal, bulan ini menjadi waktu yang baik untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga, kerabat, dan teman.
- Amalan Shalat Utaqo’ (Shalat Orang-Orang yang Dimuliakan/Dimerdekakan):
Hadis mengenai “Shalat Utaqo'” yang disebutkan dalam pertanyaan sebelumnya (dan telah diterjemahkan) adalah hadis yang dhaif (lemah) menurut sebagian besar ulama hadis. Meskipun demikian, sebagian orang masih mengamalkannya dengan harapan mendapatkan keutamaan yang disebutkan di dalamnya, namun tanpa meyakini kepastiannya sebagai sunnah dari Rasulullah ﷺ.
Cara Melaksanakan Shalat Utaqo’ (berdasarkan hadis dhaif tersebut):
Berdasarkan hadis yang telah diterjemahkan, cara melaksanakan Shalat Utaqo’ adalah sebagai berikut: - Jumlah Rakaat: Delapan rakaat.
- Waktu Pelaksanaan: Dapat dilakukan pada malam hari atau siang hari di bulan Syawal.
- Bacaan Setiap Rakaat: Setelah membaca Surah Al-Fatihah, membaca Surah Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad) sebanyak lima belas kali.
- Setelah Salam (Selesai Shalat):
- Membaca tasbih (Subhanallah) sebanyak tujuh puluh kali.
- Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebanyak tujuh puluh kali.
Penting untuk diingat: - Hadis mengenai keutamaan dan tata cara Shalat Utaqo’ ini adalah dhaif (lemah). Oleh karena itu, mengamalkannya tidak bisa dianggap sebagai sunnah yang kuat dari Rasulullah ﷺ.
- Jika seseorang ingin mengamalkannya, hendaknya dengan niat beribadah secara umum dan mengharapkan kebaikan dari Allah, tanpa meyakini bahwa tata cara dan keutamaan yang disebutkan dalam hadis tersebut pasti berasal dari Nabi ﷺ.
- Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah lainnya di bulan Syawal yang memiliki dasar yang kuat dari hadis-hadis shahih, seperti puasa enam hari Syawal, shalat-shalat sunnah rawatib, shalat Dhuha, dan amalan kebaikan lainnya.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.
كتاب الغنية للشيخ عبد القادر بن أبي صالح الجيلاني ج٢ص٢٥٠
(فصل): في صلاة العتقاء في شوال
حدثنا أبو نصر بن البناء ووالده قالا: حدثنا أبو عبد الله الحسين بن عمر العلاف، قال: أخبرنا أبو القاسم الفاضلي، قال: حدثنا محمد بن أحمد بن صديق، قال: حدثنا يعقوب بن عبد الرحمن، قال: أنبأنا أبو بكر أحمد بن جعفر المروزي، قال: حدثنا علي ابن معروف، قال: حدثني محمد بن محمود، قال: أخبرنا يحيى بن شبيب، قال: حدثنا حميد عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ: “من صلى في شوال ثمان ركعات ليلاً كان أو نهاراً، يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب وخمس عشرة مرة ﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ﴾، فإذا فرغ من صلاته سبح سبعين مرة، وصلى على النبي ﷺ سبعين مرة، قال النبي ﷺ: والذي بعثني بالحق ما من عبد يصلي هذه الصلاة إلا أتبع الله له يتابع الحكمة في قلبه وأنطق بها لسانه وأراه داء الدنيا ودواءها، والذي بعثني بالحق من صلى هذه الصلاة كما وصفت لا يرفع رأسه من آخر سجدة حتى يغفر الله له، وإن مات مات شهيداً مغفوراً له، وما من عبد صلى هذه الصلاة في السفر إلا سهل الله عليه السير والذهاب إلى موضع مراده، وإن كان مديوناً قضى الله دينه، وإن كان ذا حاجة قضى الله حوائجه، والذي بعثني بالحق ما من عبد يصلي هذه الصلاة إلا أعطاه الله تعالى بكل حرف وبكل آية مخرقة في الجنة، قيل: وما المخرقة يا رسول الله؟ قال ﷺ: بساتين في الجنة يسير الراكب في ظل شجرة من أشجارها مائة سنة ثم لا يقطعها”.
(Fasal): Tentang shalat orang-orang yang dimerdekakan di bulan Syawal
Telah menceritakan kepada kami Abu Nashr bin al-Banna dan ayahnya, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah al-Husain bin Umar al-‘Allaf, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abul Qasim al-Fadhili, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Shadiq, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Abdurrahman, ia berkata: Telah memberitakan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Ja’far al-Marwazi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ma’ruf, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Mahmud, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Syabib, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Humaid dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa shalat di bulan Syawal delapan rakaat, baik malam maupun siang hari, ia membaca pada setiap rakaat Fatihatul Kitab dan lima belas kali (surat) Qul Huwallahu Ahad. Apabila ia selesai dari shalatnya, ia bertasbih tujuh puluh kali dan bershalawat kepada Nabi ﷺ tujuh puluh kali.” Nabi ﷺ bersabda: “Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, tidaklah seorang hamba pun shalat seperti shalat ini kecuali Allah akan mengikuti hatinya dengan hikmah, melisankannya, dan memperlihatkan kepadanya penyakit dunia dan obatnya. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, barangsiapa shalat seperti shalat ini sebagaimana yang aku sifatkan, ia tidak akan mengangkat kepalanya dari sujud terakhir hingga Allah mengampuninya, dan jika ia mati, ia mati dalam keadaan syahid dan diampuni. Tidaklah seorang hamba pun shalat seperti shalat ini dalam perjalanan kecuali Allah akan memudahkan baginya perjalanan dan kepergian menuju tempat yang ia inginkan. Jika ia memiliki hutang, Allah akan melunasi hutangnya, dan jika ia memiliki kebutuhan, Allah akan memenuhi kebutuhannya. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, tidaklah seorang hamba pun shalat seperti shalat ini kecuali Allah Ta’ala akan memberikannya dengan setiap huruf dan setiap ayat kemuliaan di surga.” Dikatakan: “Apa kemuliaan itu, wahai Rasulullah?” Beliau ﷺ bersabda: “Kebun-kebun di surga, seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu pohonnya selama seratus tahun kemudian tidak dapat melewatinya.”