HUKUM ORANG ISLAM MASUK GEREJA

Assalamualaikum:
Deskripsi Masalah:

Islam adalah agama yang membawa rahmat Lilalamin tidak sedikit orang muslim mempunyai teman Non Muslim yang akrab walau beda agama namun diantara mereka tetap saling menghargai dan menghormati antara yang satu dengan yang lain . Pada suatu hari bertepatan hari minggu pertama bulan januari katanlah Fulan orang Islam berteman dengan Fulin Non Muslim yang mana Fulin mengajak Fulan memasuki tempat ibadahnya Fulin yaitu Gereja walau hanya menigok keadaan suasana apa yang ada didalam gereja tersebut, dan pada satu bulan berikutnya Fulin mengajak lagi Namun ketika Fulan masuk kedua kalinya Fulan sempat melakukan sholat dhuhur digereja hal itu ia lakukan karena mipetnya waktu.

Pertanyaannya.
Bagaimanakah hukumnya orang Islam memasuki tempat Ibadahnya orang Kristen ( Gereja) jika hanya sebatas melihat keadaan didalamnya atau melakukan shalat sebagaimana deskripsi..?


Waalaikum salam.
Jawaban.
Memasuki tempat Ibadah Non Muslim hukumnya makruh menurut Ulama Madzhab Hanafi, dan boleh menurut mayoritas ulama dikalangan Maliki Syafi’i.

جواهر الإكليل ج ١ ص ٣٨٣

أى معبدها كنيسة أو بيعة ولزوجها المسلم دخوله معها

رد المختار على الدر المختار .ص ١ ص ٣٨٠
يكره للمسلم الدخول فى البيعة والكنيسة الظاهر انها تحريمية

Namun ada sebagian dikalangan madzhab Syafi’i berpendapat hukumnya memasuki Gereja tidak boleh kecuali ada idzin, artinya jika ada idzin maka hukumnya boleh , Syekh Muhammad bin Khatib as Syarbini menyebutkan:   

 لَا يَجُوْزُ لِلْمُسْلِمِ دُخُوْلُ كَنَائِسِ أَهْلِ الذِّمَّةِ إِلَّا بِإِذْنِهِمْ. وَمُقْتَضَى ذَلِكَ الْجَوَازُ بِالْإِذْنِ وَهُوَ مَحْمُوْلٌ عَلَى مَا إِذَا لَمْ تَكُنْ فِيْهَا صُوْرَةٌ

Artinya: Seorang muslim tidak diperkenankan memasuki gereja-gereja ahli dzimmah kecuali atas izin mereka. Artinya, hal itu diperbolehkan mana kala ada izin. Namun kebolehan melakukan hal itu, hanya jika di dalam gereja tersebut tidak terdapat gambar. (Lihat: Muhammad bin Khatib as-Syarbini, Mughnil Muhtaj, juz 4, halaman: 337).   

Syekh al-Qalyubi juga menuliskan sebagai berikut: 

   لَا يَجُوزُ لَنَا دُخُولُهَا إلَّا بِإِذْنِهِمْ وَإِنْ كَانَ فِيهَا تَصْوِيرٌ حَرُمَ مُطْلَقًا، وَكَذَا كُلُّ بَيْتٍ فِيهِ صُورَةٌ

Artinya: Kita tidak diperbolehkan memasuki gereja kecuali atas izin mereka, sedangkan jika di dalam gereja tersebut ada gambar maka hukum memasukinya haram secara mutlak. Begitu pula, haram memasuki setiap rumah yang ada gambarnya. (Lihat: Al-Qalyubi, Hasyiyatal Qalyubi wa Umairah, juz 4, halaman: 492).    

Adapun melakukan shalat ditempat gereja hukumnya makruh, alasan karena gereja adalah tempatnya banyak setan dan tidak sepi dari banyak gambar dan tempat fitnah dan keinginan yang dapat mencegah pada kekhusyu’an shalat.

الفقه الإسلامي و أدلته – ٩٣٩/٧٧٢٢

٥ – الكنيسة (معبد النصارى) والبيعة (معبد اليهود) ونحوهما من أماكن الكفر: تكره الصلاة فيها عند الجمهور وابن عباس، مطلقا عامرة أو دارسة؛ إلا لضرورة كحر أو برد أو مطر، أو خوف عدو أو سبع، فلا كراهة.
وحكمة الكراهة: أنها مأوى الشياطين، لأنها لا تخلو من التماثيل والصور، ولأنها موضع فتنة وأهواء، مما يمنع الخشوع.
وقالت الحنابلة: لا بأس بالصلاة في الكنيسة النظيفة، وقد رخص فيها الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز والشعبي والأوزاعي وسعيد بن عبد العزيز، وروي أيضا عن عمر وأبي موسى الأشعري. واستدلوا: بأن النبي صلى الله عليه وسلم صلى في الكعبة وفيها صور (١)، وهي داخلة في عموم قوله عليه السلام: «فأينما أدركتك الصلاة، فصل، فإنه مسجد».
قال النووي في المجموع: وتكره الصلاة في مأوى الشياطين كالخمارة وموضع المكس ونحو ذلك من المعاصي الفاحشة.

المجموع شرح المهذب – ١٢٩١/٩٧٩٢

(فرع)
تكره الصلاة في الكنيسة والبيعة حكاه ابن المنذر عن عمر بن الخطاب وابن عباس ومالك رضي الله عنهم ونقل الترخيص فيها عن أبي موسى والحسن والشعبي والنخعي وعمر بن
عبد العزيز والأوزاعي وسعيد بن عبد العزيز وهي رواية عن ابن عباس واختاره ابن المنذر. والله أعلم بالصواب

Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu – 7722/939

5. Gereja (tempat ibadah Nasrani) dan bi’ah (tempat ibadah Yahudi) serta tempat sejenisnya yang merupakan tempat kekufuran: Makruh melakukan shalat di tempat-tempat tersebut menurut mayoritas ulama dan Ibnu Abbas, baik dalam keadaan terawat atau tidak terawat, kecuali dalam kondisi darurat, seperti panas, dingin, hujan, atau ketakutan terhadap musuh atau binatang buas, maka tidak ada kemakruhan.

Hikmah dari kemakruhan tersebut adalah karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya setan, karena biasanya terdapat patung dan gambar di dalamnya, serta menjadi tempat fitnah dan hawa nafsu, yang dapat menghalangi kekhusyukan.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa tidak masalah melakukan shalat di gereja yang bersih. Hasan Al-Bashri, Umar bin Abdul Aziz, Asy-Sya’bi, Al-Auza’i, dan Sa’id bin Abdul Aziz memberikan keringanan untuk melakukan shalat di dalamnya, dan juga diriwayatkan dari Umar dan Abu Musa Al-Asy’ari. Dalil mereka adalah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم pernah shalat di dalam Ka’bah yang di dalamnya terdapat gambar (1), dan hal ini masuk dalam keumuman sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: “Di mana pun kamu mendapati waktu shalat, maka shalatlah, karena tempat itu adalah masjid.”

Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ menyatakan bahwa makruh shalat di tempat yang menjadi tempat tinggal setan, seperti tempat minuman keras, tempat pajak yang zalim, dan tempat kemaksiatan lainnya yang keji.

Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab – 9792/1291

(Cabang)

Makruh melakukan shalat di gereja dan bi’ah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mundzir dari Umar bin Khattab, Ibnu Abbas, dan Imam Malik radhiyallahu ‘anhum. Dan diriwayatkan bahwa ada keringanan untuk melakukannya dari Abu Musa, Hasan, Asy-Sya’bi, An-Nakha’i, Umar bin Abdul Aziz, Al-Auza’i, dan Sa’id bin Abdul Aziz. Ini juga merupakan riwayat dari Ibnu Abbas dan dipilih oleh Ibnu Mundzir. Hanya Allah yang Maha Mengetahui kebenaran.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *