MIMPI KELUAR MANI TAPI SARUNG DAN CELANA DALAMNYA TIDAK BASAH
Assalamualaikum.
Deskripsi Masalah.
Terlah terjadi bagi seseorang ketika tidur dia mempi keluar mani, Namun setelah bangun dia lihat sarung dan celana dalamnya ( sempaknya ) tidak basah. Lalu dia tidur kembali setelah bangun dia merasa was was akhirnya dia melihat celana dalamnya ternyata ada warna putih setelah diraba telah kering lalu dia cium, namun tidak berbau sebagai mana mani ( tidak seperti putihnya telur atau adonan kue).
Pertanyaannya.
1. Apakah saya wajib adus sebagaimana kasus pertama dalam mimpi keluar mani namun tiada bukti setelah bangun tidur? Lalu bagaimana terkait kasus yang kedua apakah wajib adus?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Dalam kasus yang pertama tidak wajib adus karena tidak ada bukti begitu juga halnya kasus yang kedua. Dengan demikian maka orang yang bersangkutan tidak masuk dalam kategori hadas besar sehingga dia tidak wajib adus .
Referensi :
كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار الجزء ١ صح ٣٧
[فرع] :
لو تنبه من نومه فلم يجد إلا الثخانة والبياض فلا غسل لأن الودي شارك المني في الثخانة والبياض بل يتخير بين جعله ودياً أو منياً على المذهب ، ولو اغتسل ثم خرجت منه بقية وجب الغسل ثانياً بلا خلاف سواء خرجت قبل البول أو بعده ، ولو رأى المني في ثوبه أو في فراش لا ينام فيه غيره ولم يذكر احتلاماً لزمه الغسل على الصحيح المنصوص الذي قطع به الجمهور . وقال المارودي : لهذا إذا كان المني في باطن الثوب فإن كان في ظاهره فلا غسل عليه لاحتمال إصابته من غيره ولو أحس بانتقال المني ونزوله فأمسك ذكره فلم يخرج منه شيء في الحال ولا علم خروجه بعده فلا غسل عليه والله أعلم . ومنها الموت ، وهو يوجب الغسل ، لما روي عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال في المحرم الذي وقصته ناقته : اغسلوه بماء وسدر رواه الشيخان وظاهره الوجوب ، والرقص كسر العنق . الي ان فال وثلاثة تختص بها النساء وهي الحيض والنفاس والولادة من الأسباب الموجبة للغسل الحيض ، قال الله تعالى : ولا تقربوهن حتى يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الله نهى عن قربانهن إلى الغاية ، وعن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا أقبلت الحيضة فدعي الصلاة فإذا ذهب قدرها فاغسلي عنك الدم وصلي رواه الشيخان ،وفي رواية البخاري : ثم اغتسلي وصلي والنفاس كالحيض في ذلك ،وفي معظم الأحكام .
Referensi:
Kitab Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar, Jilid 1, halaman 37
[Cabang]: Jika seseorang terbangun dari tidurnya dan tidak menemukan apa pun kecuali cairan kental dan putih, maka tidak wajib mandi. Karena wadi (cairan yang keluar setelah buang air kecil) memiliki kesamaan dengan mani dalam kekentalan dan warna putihnya. Bahkan, ia boleh memilih apakah akan menganggapnya sebagai wadi atau mani, menurut pendapat yang dipegang. Jika ia telah mandi kemudian keluar sisa mani, maka wajib mandi lagi tanpa perbedaan pendapat, baik keluarnya sebelum atau setelah buang air kecil. Jika ia melihat mani di pakaiannya atau di tempat tidur yang tidak ditempati orang lain dan ia tidak ingat pernah bermimpi basah, maka ia wajib mandi menurut pendapat yang benar dan tegas yang dipegang oleh mayoritas ulama. Imam Al-Mawardi berkata: Oleh karena itu, jika mani berada di bagian dalam pakaian, maka jika berada di bagian luarnya, ia tidak wajib mandi karena kemungkinan terkena dari orang lain. Jika ia merasa perpindahan dan keluarnya mani lalu ia menahan kemaluannya sehingga tidak keluar apa pun saat itu dan ia tidak mengetahui keluarnya setelah itu, maka ia tidak wajib mandi. Allah Maha Mengetahui. Termasuk hal-hal yang mewajibkan mandi adalah kematian, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang yang sedang ihram yang jatuh dari untanya dan meninggal: Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Diriwayatkan oleh dua imam hadits (Bukhari dan Muslim), dan zhahirnya adalah wajib. Dan tarian mematahkan leher. Hingga ia berkata, dan tiga hal yang khusus bagi wanita adalah haid, nifas, dan melahirkan. Termasuk penyebab wajibnya mandi adalah haid. Allah Ta’ala berfirman: Janganlah kamu mendekati mereka (wanita haid) hingga mereka suci. Jika mereka telah suci, maka campurilah mereka sesuai dengan perintah Allah kepadamu. Ayat ini melarang mendekati mereka hingga batas kesucian. Dan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika haid datang, maka tinggalkanlah shalat. Jika telah selesai, maka cucilah darah darimu dan shalatlah. Diriwayatkan oleh dua imam hadits (Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat Bukhari: Kemudian mandilah dan shalatlah. Dan nifas sama dengan haid dalam hal itu, dan dalam sebagian besar hukum.”
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى الْمَرْأَةِ تَرَى فِى مَنَامِهَا مَايَرَى الرَّجُلُ – قَالَ : ( تَغْتَسِلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
زَادَ مُسْلِمٌ: فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْم ٍ ( وَهَلْ يَكُونُ هَذَاقَالَ: نَعَمْ فَمِنْ أَيْنَ يَكُونُ اَلشَّبَهُ)
Anas Radliyallahu ‘Anhu berkata: Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang perempuan yang bermimpi sebagaimana yang dimimpikan oleh laki-laki, maka sabdanya, “Ia wajib mandi.” Hadits riwayat Muttafaqun ‘Alaih
Imam Muslim menambahkan: Ummu Salamah bertanya: Adakah hal ini terjadi؟ Nabi menjawab: “Ya lalu darimana datangnya persamaan؟”
MAKNA HADITS :
Allah (s.w.t) membentuk rupa janin dalam rahim mengikut gambaran yang Dia kehendaki. Adakalanya anak itu mirip dengan ayahnya atau kakeknya dari sebelah ayahnya dan adakalanya pula mirip dengan ibunya atau neneknya dari sebelah ibunya. Air mani siapa diantara keduanya yang mampu mengalahkan yang lain, maka anak yang bakal dilahirkan akan mirip dengan mani yang menang
itu. Ini merupakan salah satu di antara mukjizat Nabi (s.a.w) kerana baginda mengetahui tentang fasa yang dialami oleh janin. Nabi (s.a.w) mewajibkan mandi kepada wanita yang mengeluarkan air mani dalam mimpi, sebagaimana ia juga diwajibkan kepada lelaki, kerana wanita pada hakekatnya merupakan belahan lelaki.
FIQH HADITS :
1. Wanitapun boleh bermimpi mengeluarkan air mani sama dengan kaum lelaki.
2. Wanita tidak diwajibkan mandi kecuali apabila dia melihat adanya air mani.
3. Pengakuan yang menyatakan bahwa anak itu adakalanya mirip dengan ayahnya atau mirip dengan ibunya. Jika air mani salah seorang di antara keduanya mendahului air mani yang lainnya, maka anaknya akan mirip dengan siapa yang mengeluarkan air mani terlebih dahulu itu.
4. Seorang wanita dibolehkan meminta fatwa mengenai perkara-perkara yang
dianggap musykil baginya dalam urusan agama.
5. Perhatian yang sangat luar biasa dimiliki oleh sahabat wanita untuk sentiasa memperdalam ilmu agama.
Wallahu a’lam bisshowab.