Kategori
Uncategorized

KEUTAMAAN HARI DAN PAÑCAWARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM: ANTARA DALIL SYAR’I DAN TRADISI JAWA

 Keutamaan Hari dan Pañcawara dalam Perspektif Islam: Antara Dalil Syar’i dan Tradisi Jawa
Assalamualaikum
Deskripsi Masalah:
Sistem penanggalan Jawa dengan siklus lima harian (Pañcawara: Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) masih digunakan masyarakat, seringkali dikombinasikan dengan hari dalam kalender Islam untuk menentukan waktu baik pelaksanaan acara. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai landasan syar’i keutamaan hari dan pandangan Islam terhadap praktik penggabungan tersebut.
Pertanyaan
1.Apakah ada dalil dalam ajaran Islam yang menjelaskan tentang keutamaan hari-hari tertentu, baik dalam kalender Islam maupun kaitannya dengan Pañcawara?
 
2.Bagaimana pandangan Islam terhadap penggunaan kombinasi hari dalam kalender Islam dan Pañcawara untuk menentukan waktu pelaksanaan acara?
 
Waalaikumsalam
 
Jawaban No. 1:
Tidak ada dalil khusus dalam ajaran Islam (Al-Qur’an maupun Hadis) yang secara spesifik menjelaskan tentang keutamaan hari-hari dalam siklus Pañcawara (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) sebagaimana yang disebutkan dalam deskripsi masalah. Akan tetapi kalau hari  dalam seminggu ada Keutamaannya berdasarkan  dalil dan sejarah pernikahan Para Nabi  serta kalender Hijriah, yaitu  hari Jumat  yang memiliki keutamaan yang jelas dalam banyak hadis Nabi Muhammad ﷺ. Meskipun demikian, keutamaan hari Jumat tersebut tidak dikaitkan dengan penamaan hari dalam sistem Pañcawara ( tanpa dikaitkan dengan jum’at legi/manis)
Keutamaan ini didasarkan pada peristiwa penting yang terjadi pada hari tersebut, amalan ibadah yang dianjurkan, atau keberkahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT. Beberapa hari yang memiliki keutamaan dalam Islam antara lain:
 Hari Jumat (Yaumul Jum’ah): Hari Jumat merupakan hari yang paling utama dalam sepekan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (Surah Al-Jumu’ah: 9-10) tentang kewajiban melaksanakan shalat Jumat dan larangan berdagang saat adzan dikumandangkan. Rasulullah SAW juga bersabda mengenai keutamaan hari Jumat, di antaranya:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا، وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ».  [صحيح] – [رواه مسلم] – [صحيح مسلم: ٨٥٤]
 

Sebaik-baik hari yang matahari terbit di dalamnya adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya. (HR. Muslim)


وَعَنْ سَلْمَانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَومَ الجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الجُمُعَةِ الأُخْرَى )) رَوَاهُ البُخَارِي


Salman radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat, bersuci semampunya, berminyak dari minyaknya, mengenakan wewangian dari rumahnya, kemudian ia keluar lalu tidak memisahkan antara dua orang yang sedang duduk, kemudian ia melakukan shalat sebagaimana yang telah ditetapkan untuknya, lalu diam ketika imam berbicara, melainkan diampuni baginya dosa-dosa yang ada di antara Jumat tersebut dan Jumat yang lain.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 883]
 
 Hari Senin dan Kamis: Rasulullah SAW sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab:


ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ, وَبُعِثْتُ فِيهِ, أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ


 “Hari Senin adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus (sebagai nabi).” (HR. Muslim)

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
 

“Amal-amal diperhadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka amalku diperhadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi)
 Hari-hari dalam Bulan Ramadhan: Seluruh hari dalam bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang agung karena merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, diwajibkannya puasa, dan dilipatgandakannya pahala ibadah. Terdapat pula malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.
 Hari-hari dalam Bulan Dzulhijjah (terutama 10 hari pertama): Rasulullah SAW bersabda:


مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام. يَعْنِي أَيَّامُ الْعُشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ. (رواه البخاري)


  “Tidak ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh (awal Dzulhijjah).” (HR. Bukhari)
 Hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah): Hari ini memiliki keutamaan yang sangat besar, terutama bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Puasa pada hari Arafah bagi yang tidak berhaji dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. (HR. Muslim)
 Hari ‘Asyura (10 Muharram): Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpuasa pada hari ‘Asyura dan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas keselamatan Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Fir’aun.
Penting untuk dicatat: Dalil-dalil dalam Islam hanya menyebutkan keutamaan hari-hari tertentu dalam kalender Islam (hijriyah). Tidak ada dalil dalam Al-Qur’an maupun Sunnah yang secara spesifik menyebutkan keutamaan hari-hari dalam sistem Pañcawara Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) atau mengaitkannya dengan keberkahan dalam Islam. Sistem Pañcawara merupakan warisan budaya yang berkembang di luar konteks ajaran Islam.


Jawaban .No.2
Pandangan Islam Terhadap Penggunaan Kombinasi Hari Islam dan Pañcawara untuk Menentukan Waktu Pelaksanaan Acara:
Dalam Islam, penentuan waktu pelaksanaan suatu acara, termasuk pernikahan atau hajatan, sebaiknya didasarkan pada kemudahan, ketersediaan, dan tidak bertentangan dengan syariat. Tidak ada larangan eksplisit dalam Islam untuk melaksanakan acara pada hari tertentu dalam kalender Jawa (misalnya Jumat Legi atau Kamis Kliwon) selama tidak ada keyakinan bahwa hari-hari tersebut memiliki kekuatan magis atau menentukan keberuntungan secara Islami.
Namun, beberapa hal perlu diperhatikan terkait praktik ini:
 1.Niat dan Keyakinan: Jika pemilihan hari berdasarkan kombinasi kalender Islam dan Pañcawara didasari oleh keyakinan bahwa hari-hari tertentu dalam Pañcawara memiliki kekuatan supranatural atau dapat membawa keberuntungan dan kesialan secara Islami, maka hal ini dapat mengarah pada tahayul dan khurafat yang dilarang dalam Islam. Seorang Muslim hendaknya meyakini bahwa segala ketentuan, keberuntungan, dan musibah datang dari Allah SWT, bukan dari perhitungan hari atau benda-benda lainnya.

2. Mengutamakan Hari yang Utama dalam Islam: Lebih baik jika umat Islam mengutamakan hari-hari yang memang memiliki keutamaan dalam Islam (seperti hari Jumat) untuk melaksanakan ibadah atau acara-acara penting, dengan tetap tidak meyakini adanya pengaruh buruk dari hari-hari lainnya.

3. Tidak Mengganggu Ibadah: Pemilihan waktu pelaksanaan acara hendaknya tidak sampai mengganggu pelaksanaan ibadah wajib, seperti shalat lima waktu atau shalat Jumat bagi laki-laki.


4.Menghindari Tasyabbuh (Menyerupai Tradisi yang Bertentangan dengan Islam): Jika pemilihan hari berdasarkan Pañcawara dilakukan dengan motivasi untuk mengikuti tradisi yang diyakini memiliki unsur-unsur kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid Islam, maka hal ini perlu dihindari.


Kesimpulan:
Islam mengakui adanya keutamaan pada hari-hari tertentu dalam kalender Islam berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Sementara itu, sistem Pañcawara adalah tradisi budaya Jawa yang tidak memiliki landasan dalam ajaran Islam. Menggabungkan hari dalam kalender Islam dengan Pañcawara untuk menentukan waktu pelaksanaan acara diperbolehkan selama tidak disertai dengan keyakinan yang menyimpang dari aqidah Islam, seperti mempercayai kekuatan magis atau pengaruh keberuntungan dan kesialan dari hari-hari dalam Pañcawara. Umat Islam hendaknya lebih mengutamakan hari-hari yang memiliki keutamaan dalam Islam dan senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT dalam segala urusan.

Referensi:


 
المكتبة الشاملة
الموسوعة الفقهية الكويتيه ج ٣٩ ص٢٢٣
 
وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ طُرُقٍ عَنْ عَدَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ذَكَرَ سَاعَةَ الإِْجَابَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْهَا مَا رَوَى أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَال: فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَل اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ. وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا (٢)
وَعَنْ أَبِي لُبَابَةَ الْبَدْرِيِّ أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال: إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الأَْيَّامِ وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ. . . فِيهِ خَمْسُ خِلاَلٍ فَذَكَرَ مِنْهُنَّ: وَفِيهِ سَاعَةٌ لاَ يَسْأَل اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ مَا لَمْ يَسْأَل – حَرَامًا (٣) .
وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ وَالْمُحَدِّثُونَ فِي تَعْيِينِ السَّاعَةِ الْمَذْكُورَةِ عَلَى أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ قَوْلاً عَدَّدَهَا الشَّوْكَانِيُّ (٤) وَنُقِل عَنِ الْمُحِبِّ الطَّبَرِيِّ أَنَّهُ قَال: أَصَحُّ الأَْحَادِيثِ فِي تَعْيِينِهَا


 
Kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Jilid 39, Halaman 223
Dan diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui beberapa jalur dari sejumlah sahabat radhiyallahu ‘anhum tentang penyebutan waktu mustajab pada hari Jumat. Di antaranya adalah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jumat, lalu bersabda: “Di dalamnya terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim bertepatan dengannya dalam keadaan berdiri shalat lalu memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, melainkan Allah akan memberinya apa yang dimohonkannya.” Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sedikitnya waktu tersebut. (2)
Dan dari Abu Lubabah Al-Badri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hari Jumat adalah penghulu hari dan hari yang paling agung di sisi Allah… Di dalamnya terdapat lima keistimewaan,” lalu beliau menyebutkan salah satunya: “Di dalamnya terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba memohon sesuatu kepada Allah di dalamnya melainkan Allah akan memberinya apa yang dimohonkannya, selama ia tidak memohon sesuatu yang haram.” (3)
Para fuqaha dan ahli hadis berbeda pendapat dalam menentukan waktu yang disebutkan tersebut lebih dari empat puluh pendapat, sebagaimana yang disebutkan oleh Asy-Syaukani. (4) Dan diriwayatkan dari Al-Muhib Ath-Thabari bahwa ia berkata: “Hadis-hadis yang paling sahih dalam menentukannya …”
 
Referensi


المكتبة الشاملة
الموسوعة الفقهية الكويتيه ج ٤٥ص٣٣٩
وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ فِي قَوْلٍ آخَرَ – وَهُوَ رَأْيُ بَعْضِ الْحَنَابِلَةِ – إِلَى أَنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَفْضَل الأَْيَّامِ، لأَِنَّ لَيْلَتَهَا أَفْضَل اللَّيَالِي لأَِنَّهَا تَابِعَةٌ لِمَا هُوَ أَفْضَل الأَْيَّامِ. (٢)
فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا: خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ (٣) .، وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال: إِنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال: سَيِّدُ الأَْيَّامِ يُومُ الْجُمُعَةِ (٤) .
وَجَمَعَ الزَّرْقَانِيُّ بَيْنَ الآْثَارِ الَّتِي وَرَدَتْ فِي أَفْضَلِيَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ وَيَوْمِ الْجُمُعَةِ وَقَال: يَوْمُ عَرَفَةَ أَفْضَل أَيَّامِ السَّنَةِ، وَيَوْمُ الْجُمُعَةَ أَفْضَل أَيَّامِ الأُْسْبُوعِ (٥) ، وَذَكَرَ الْبُجَيْرِمِيُّ نَحْوَهُ. (٦)


 
Menurut pendapat lain dari Mazhab Maliki—dan ini juga merupakan pendapat sebagian ulama Hanbali—hari Jumat adalah hari yang paling utama. Hal ini dikarenakan malam Jumat adalah malam yang paling utama karena mengikuti hari yang paling utama.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’: “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat.”
Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Penghulu hari adalah hari Jumat.'”
Az-Zarqani mengumpulkan antara riwayat-riwayat yang menyebutkan keutamaan hari Arafah dan hari Jumat, lalu beliau berkata: “Hari Arafah adalah hari yang paling utama dalam setahun, sedangkan hari Jumat adalah hari yang paling utama dalam seminggu.” Al-Bujairimi juga menyebutkan hal yang serupa.
 
Referensi:

كتاب السبعيات ص١٠٩-١١٦


 
 المجلس السابع في يوم الجمعة
قال الله تعالى :يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. وَرَوَى ابْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ مَالِكًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ ابْنَ الْأُسْتَاذِ الَّذِي ذَكَرْنَاهُ فِي الْمَجْلِسِ الْأَوَّلِ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَقَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ صِلَةٌ وَنِكَاحٌ وَقَالُوا كَيْفَ ذَٰلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِأَنَّ الْأَنْبِيَاءَ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانُوا يَنْكِحُونَ فِيهِ )بِسَاطُ الْمَجْلِسِ( قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ سَبْعُ أَنْكِحَةٍ حَصَلَتْ بَيْنَ سَبْعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُمْ آدَمُ وَحَوَّاءُ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ وَالثَّانِي يُوسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَزُلَيْخَا عَلَيْهَا السَّلَامُ وَالثَّالِثُ مُوسَىٰ وَصَفُّورَاءُ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ * وَالرَّابِعُ سُلَيْمَانُ وَبَلْقِيسُ عَلَيْهِمَا الرَّحْمَةُ وَالسَّلَامُ * وَالْخَامِسُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا * وَالسَّادِسُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا * وَالسَّابِعُ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَفَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَمَّا الْأَوَّلُ نِكَاحُ آدَمَ وَحَوَّاءَ حَصَلَ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ بِدَلِيلِ مَا رَوَىٰ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ قَالَ خَالَقَ اللَّهُ تَعَالَىٰ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَأَسْكَنَهُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَأَخْرَجَهُ مِنَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَتَابَ عَلَيْهِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ تَعَالَىٰ فِيهَا إِلَّا اسْتَجَابَ لَهُ وَقِصَّتُهُ أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَىٰ نَظَرَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَمْ يَرَ أَحَدًا مِنْ جِنْسِهِ لِيَسْتَأْنِسَ بِهِ كَمَا قِيلَ.


 
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila panggilan untuk salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Dan Ibnu Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Malik radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Ibnu al-Ustadz yang telah kami sebutkan pada majelis pertama, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang hari Jumat, maka beliau bersabda: “Hari Jumat adalah (hari) silaturahmi dan pernikahan.” Mereka bertanya: “Bagaimana bisa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Karena para nabi ‘alaihimush shalatu was salam dahulu menikah pada hari itu.” (Dalam majelis) Berkata sebagian ulama: Tujuh pernikahan terjadi antara tujuh nabi dan wali pada hari Jumat. Yang pertama adalah Adam dan Hawa ‘alaihimas salam, yang kedua adalah Yusuf ‘alaihis salam dan Zulaikha ‘alaihas salam, yang ketiga adalah Musa dan Shafura’ ‘alaihimas salam, yang keempat adalah Sulaiman dan Balqis ‘alaihimar rahmah was salam, yang kelima adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khadijah radhiyallahu ‘anha, yang keenam adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang ketujuh adalah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra’ radhiyallahu ‘anhuma. Adapun yang pertama, pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumat berdasarkan riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Allah Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihis salam pada hari Jumat, memasukkannya ke surga pada hari Jumat, mengeluarkannya dari surga pada hari Jumat, dan menerima tobatnya pada hari Jumat. Di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba muslim bertepatan dengannya lalu berdoa kepada Allah Ta’ala melainkan Dia akan mengabulkannya.” Dan kisahnya adalah bahwa Adam ‘alaihis salam ketika Allah Ta’ala menciptakannya, ia melihat ke langit dan bumi, ia tidak melihat seorang pun dari jenisnya untuk ia jadikan penenang, sebagaimana dikatakan.


طَيْرٌ يَطِيرُ مَعَ شَكْلِهِ فَاسْتَوْحَشَ وَاشْتَاقَ إِلَىٰ جِنْسِهِ وَكَانَ جَالِسًا فَغَشِيَهُ النُّعَاسُ وَكَانَ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ إِذَا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَىٰ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِأَنْ يُخْرِجَ ضِلْعًا مِنْ جَانِبِهِ الْأَيْسَرِ وَلَمْ يَتَأَلَّمْ مِنْهُ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَخَلَقَ اللَّهُ تَعَالَىٰ مِنْهَا حَوَّاءَ وَكُلُّ مَلَاحَةٍ وَجَمَالٍ وَحُسْنٍ وَظَرَافَةٍ يَكُونُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وُضِعَ فِيهَا وَكُلُّ طَرَافَةٍ وَنَزَاهَةٍ وَرَزَانَةٍ وُضِعَتْ فِيهَا وَكُلُّ شَوْقٍ وَعِشْقٍ وَمَحَبَّةٍ وَمَوَدَّةٍ وُضِعَتْ فِي قَلْبِ آدَمَ حَتَّىٰ صَارَتْ حَوَّاءُ أَحْسَنَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَصَارَ آدَمُ أَعْشَقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ أَلْبَسَهَا اللَّهُ تَعَالَىٰ سَبْعِينَ حُلَّةً مِنْ حُلَلِ الْجَنَّةِ وَتَوَّجَهَا وَأَجْلَسَهَا عَلَىٰ كُرْسِيٍّ مِنْ ذَهَبٍ ثُمَّ أَيْقَظَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَعَرَضَهَا عَلَيْهِ فَنَادَاهَا آدَمُ مَنْ أَنْتِ وَلِمَنْ أَنْتِ فَقَالَتْ حَوَّاءُ خَلَقَنِي اللَّهُ تَعَالَىٰ لِأَجْلِكَ فَقَالَ ائْتِينِي قَالَتْ بَلْ أَنْتَ فَقَالَ آدَمُ وَذَهَبَ إِلَيْهَا فَمِنْ ذَٰلِكَ الْوَقْتِ جَرَتِ الْعَادَةُ يَذْهَبُ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَلَمَّا قَرُبَ مِنْهَا أَرَادَ أَنْ يَمُدَّ يَدَهُ إِلَيْهَا سَمِعَ النِّدَاءَ يَا آدَمُ أَمْسِكْ فَإِنَّ صُحْبَتَكَ مَعَ حَوَّاءَ لَا يَحِلُّ إِلَّا بِالصَّدَاقِ وَالنِّكَاحِ ثُمَّ أَمَرَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ سُكَّانَ الْجَنَّةِ بِأَنْ يُزَيِّنُوهَا وَيُزَخْرِفُوهَا وَيُحْضِرُوا مَوَائِدَ النِّثَارِ وَأَطْبَاقَهَا ثُمَّ أَمَرَ مَلَائِكَةَ السَّمَاوَاتِ بِأَنْ يَجْتَمِعُوا تَحْتَ شَجَرَةِ طُوبَىٰ فَاجْتَمَعُوا ثُمَّ أَثْنَىٰ اللَّهُ تَعَالَىٰ بِنَفْسِهِ عَلَىٰ نَفْسِهِ وَزَوَّجَهَا آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ الْحَمْدُ ثَنَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْخَلْقُ كُلُّهُمْ عَبِيدِي إِمَائِي.


Seekor burung terbang bersama jenisnya, maka ia merasa sunyi dan rindu kepada jenisnya. Dan ia sedang duduk lalu kantuk mendatanginya, dan ia berada di antara tidur dan bangun, tiba-tiba Allah Ta’ala memerintahkan Jibril ‘alaihissalam untuk mengeluarkan tulang rusuk dari sisi kirinya, dan Adam ‘alaihissalam tidak merasakan sakit karenanya. Dan Allah Ta’ala menciptakan Hawa darinya, dan segala keelokan, keindahan, kebaikan, dan kejenakaan yang ada hingga hari kiamat diletakkan padanya, dan segala keunikan, kesucian, dan ketenangan diletakkan padanya, dan segala kerinduan, cinta, kasih sayang, dan kelembutan diletakkan di hati Adam hingga Hawa menjadi makhluk paling cantik di langit dan bumi, dan Adam menjadi makhluk yang paling jatuh cinta di langit dan bumi. Kemudian Allah Ta’ala memakaikannya tujuh puluh pakaian dari pakaian surga, memahkotainya, dan mendudukkannya di kursi dari emas. Kemudian Allah membangunkan Adam ‘alaihissalam dan memperlihatkannya kepadanya. Maka Adam memanggilnya: “Siapa engkau dan milik siapa engkau?” Hawa menjawab: “Allah Ta’ala menciptakan aku untukmu.” Adam berkata: “Datanglah kepadaku.” Hawa berkata: “Bahkan engkau (yang datang).” Adam pun pergi kepadanya. Maka sejak saat itu berlakulah kebiasaan seorang laki-laki pergi kepada seorang wanita. Ketika Adam mendekatinya dan hendak mengulurkan tangannya kepadanya, ia mendengar seruan: “Wahai Adam, tahanlah! Sesungguhnya kebersamaanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan pernikahan.” Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan penduduk surga untuk menghiasinya, memperindahnya, dan menghadirkan hidangan taburan dan piring-piringnya. Kemudian Dia memerintahkan para malaikat langit untuk berkumpul di bawah pohon Thuba, maka mereka berkumpul. Kemudian Allah Ta’ala memuji diri-Nya sendiri dan menikahkan Hawa dengan Adam ‘alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman: “Segala puji adalah sanjungan-Ku, keagungan adalah sarung-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku, dan seluruh makhluk adalah hamba-hamba laki-laki dan perempuan-Ku.”


 
أُشْهِدُ مَلَائِكَتِي وَسُكَّانَ سَمَوَاتِي زَوَّجْتُ حَوَّاءَ بِآدَمَ بَدِيْعِ فِطْرَتِي عَلَى صَدَاقٍ وَيُسَبِّحُنِي وَيُهَلِّلُنِي ثُمَّ نَثَرَ الْغِلْمَانُ وَالْمَلَائِكَةُ نِثَارَ اللُّؤْلُؤِ وَالْيَاقُوْتِ وَسَلَّمُوا حَوَّاءَ لِآدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَطَلَبَتْ حَوَّاءُ الصَّدَاقَ فَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلهِي أَيُّ شَيْءٍ أُعْطِيْهَا أَذَهَبًا أَمْ فِضَّةً أَمْ جَوْهَرًا فَقَالَ اللهُ تَعَالَى لَا فَقَالَ إِلَهِي أَصُوْمُ أَصْلِي أُسَبِّحُ لَكَ فَقَالَ لَا فَقَالَ إِلَهِي أَيُّ شَيْءٍ هُوَ فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ صَدَاقُ حَوَّاءَ أَنْ تُصَلِّيَ عَشَرَ مَرَّاتٍ عَلَى نَبِيِّي وَصَفِيِّي مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ.
نُكْتَةٌ: قَالَ اللهُ تَعَالَى لِآدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى أُحِلَّ لَكَ حَوَّاءَ وَقَالَ لِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا صَلُّوا عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى أُحَرِّمَ عَلَيْكُمُ النِّيْرَانَ وَسَلِّمُوا عَلَيْهِ حَتَّى أُحِلَّ لَكُمُ الْجِنَانَ.
وَالثَّانِي نِكَاحُ يُوْسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ زُلَيْخَا بِنْتُ مَلِكِ مِصْرَ وَيُسَمَّى عَزِيْزًا وَزُلَيْخَا صَارَتْ فَقِيْرَةً عَجُوْزًا عَمْيَاءَ وَمَعَ ذَلِكَ مَحَبَّةُ يُوْسُفَ وَعِشْقُهُ يَزْدَادُ فِي قَلْبِهَا كُلَّ يَوْمٍ فَلَمَّا عَيِيَ صَبْرُهَا وَاشْتَدَّ أَمْرُهَا وَهِيَ تَعْبُدُ الْوَثَنَ إِلَى ذَلِكَ الْيَوْمِ رُفِعَتْ وَثَنُهَا وَضُرِبَتْ بِهِ عَلَى الْأَرْضِ وَتَبَرَّأَتْ مِنْهُ وَآمَنَتْ بِاللَّهِ الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ وَنَاجَتْ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ بِمُنَاجَاةٍ كَثِيْرَةٍ وَقَالَتْ إِلهِي لَمْ يَبْقَ لِي مَالٌ وَلَا جَمَالٌ وَصِرْتُ عَجُوْزًا حَقِيْرَةً ذَلِيْلَةً فَقِيْرَةً وَابْتَلَيْتَنِي بِحُبِّ يُوْسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَعِشْقِهِ فَإِنْ أَوْصَلْتَنِي إِلَيْهِ فَارْجِعْ حُبَّهُ إِلَهَنَا وَسَيِّدَنَا إِنَّ زُلَيْخَا جَاءَتْ إِلَى سَيِّدِنَا.


Aku persaksikan para malaikat-Ku dan penduduk langit-Ku, Aku nikahkan Hawa dengan Adam, makhluk ciptaan-Ku yang pertama, dengan mahar berupa ia bertasbih dan bertahlil kepada-Ku. Kemudian para pemuda dan para malaikat menaburkan taburan mutiara dan yaqut, dan mereka menyerahkan Hawa kepada Adam ‘alaihissalam. Maka Hawa meminta mahar, lalu Adam ‘alaihissalam berkata: “Wahai Tuhanku, apa yang akan aku berikan kepadanya? Apakah emas, perak, atau permata?” Allah Ta’ala berfirman: “Tidak.” Adam berkata: “Wahai Tuhanku, apakah aku berpuasa, salat, bertasbih kepada-Mu?” Allah berfirman: “Tidak.” Adam berkata: “Wahai Tuhanku, lalu apa itu?” Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Mahar Hawa adalah engkau bersalat sepuluh kali atas nabi-Ku dan kekasih-Ku, Muhammad, penghulu para rasul dan penutup para nabi.”
(Sebuah catatan) Allah Ta’ala berfirman kepada Adam ‘alaihissalam: “Bersalatlah atas Muhammad hingga Aku halalkan Hawa bagimu.” Dan Dia berfirman kepada umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bersalat dan bersalamlah atasnya. Bersalatlah atas Muhammad hingga Aku haramkan neraka atas kalian, dan bersalamlah atasnya hingga Aku halalkan surga bagi kalian.”
Dan yang kedua adalah pernikahan Yusuf ‘alaihissalam dengan Zulaikha, putri raja Mesir yang juga disebut Aziz. Dan Zulaikha menjadi wanita miskin, tua, dan buta. Meskipun demikian, cinta dan kerinduan Yusuf bertambah di hatinya setiap hari. Ketika kesabarannya habis dan urusannya semakin sulit, dan ia masih menyembah berhala hingga hari itu, ia mengangkat berhalanya dan memukulkannya ke tanah, lalu ia berlepas diri darinya dan beriman kepada Allah Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Ia bermunajat pada malam Jumat dengan munajat yang banyak dan berkata: “Wahai Tuhanku, tidak tersisa bagiku harta maupun kecantikan, dan aku telah menjadi wanita tua yang hina, rendah, dan miskin, dan Engkau mengujiku dengan cinta dan kerinduan kepada Yusuf ‘alaihissalam. Maka jika Engkau mempertemukanku dengannya, kembalikanlah cintanya, wahai Tuhan dan junjunganku. Sesungguhnya Zulaikha datang kepada junjungan kita.”


أَنَّ زُلَيْخَا جَاءَتْ إِلَىٰ حَضْرَتِكَ تَدْعُوْكَ بِأَسْمَائِهَا وَإِخْلَاصِهَا فَأَجَابَهُمُ اللهُ تَعَالَىٰ يَا مَلَائِكَتِي قَدْ حَانَ وَقْتُ نَجَاتِهَا وَخَلَاصِهَا فَكَانَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَمُرُّ عَلَيْهَا فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مِنَ الْأَيَّامِ مَعَ خَدَمِهِ إِذْ خَرَجَتْ زُلَيْخَا فَلَمَّا قَرُبَ مِنْهَا نَادَتْ بِأَعْلَى صَوْتِهَا سُبْحَانَ مَنْ جَعَلَ الْعَبِيْدَ بِرَحْمَتِهِ مُلُوْكًا فَوْقَ يُوْسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ مَنْ أَنْتَ قَالَتْ أَنَا الَّتِي اشْتَرَيْتُكَ بِالْجَوَاهِرِ وَاللُّؤْلُؤِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمِسْكِ وَالْكَافُوْرِ أَنَا الَّتِي لَمْ أَشْبَعْ بَطْنِي مِنَ الطَّعَامِ مُنْذُ عِشْقِكَ وَلَا نِمْتُ لَيْلَةً كُلَّهَا مُنْذُ رَأَيْتُكَ فَقَالَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِمَلَكِ زُلَيْخَا فَقَالَتْ بَلَىٰ يَا يُوْسُفُ فَقَالَ أَيْنَ مَالُكِ وَجَمَالُكِ وَخَزَائِنُكِ فَقَالَتْ أَغَارَ عِشْقُكَ عَلَيْهَا كُلَّهَا فَقَالَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَيْفَ عِشْقُكِ قَالَتْ كَمَا كَانَ بَلْ يَزْدَادُ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ
نُكْتَةٌ : كَذَلِكَ حَالُ الْمُؤْمِنِ إِذَا وُضِعَ فِيْ قَبْرِهِ يَأْتِيْهِ مَلَكَانِ فَيَقُوْلَانِ لَهُ أَيْنَ مَالُكَ فَيَقُوْلُ ذَهَبَ بِهِ الْحُصَّاءُ فَيَقُوْلَانِ أَيْنَ ضِيَاعُكَ وَبَسَاتِيْنُكَ فَيَقُوْلُ ذَهَبَ بِهَا الْحُصَّاءُ فَيَقُوْلَانِ أَيْنَ دُوْرُكَ وَبُيُوْتُكَ فَيَقُوْلُ ذَهَبَ بِهَا الْبَنَاتُ وَالْأَبْنَاءُ فَيَقُوْلَانِ كَيْفَ مَعْرِفَتُكَ بِاللَّهِ تَعَالَىٰ فَيَقُوْلُ اللهُ رَبِّي وَالْإِسْلَامُ دِيْنِيْ وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّيْ. (رَجَعْنَا إِلَى الْقِصَّةِ) فَقَالَ لَهَا يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَا تُرِيْدِيْنَ يَا زُلَيْخَا فَقَالَتْ ثَلَاثَةَ أَشْيَاءَ أُرِيْدُ الْحَالَ وَالْمَالَ وَالْوِصَالَ فَقَصَدَ أَنْ يَمُرَّ فَأَوْحَىٰ اللهُ تَعَالَىٰ إِلَيْهِ يَا يُوْسُفُ قُلْتَ لِزُلَيْخَا مَا تُرِيْدِيْنَ فَلَمْ تُجِبْهَا إِلَىٰ مَا أَرَادَتْ فَاعْلَمْ بِأَنَّ اللهَ تَعَالَىٰ زَوَّجَ زُلَيْخَا بِكَ خَطَبَ بِنَفْسِهِ وَأَشْهَدَ مَلَائِكَتَهُ وَنَثَرَ الْحُوْرُ الْعِيْنُ النِّثَارَ فَقَالَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَا جِبْرِيْلُ لَيْسَ لِزُلَيْخَا مَالٌ وَلَا جَمَالٌ وَلَا شَبَابٌ فَقَالَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُوْلُ لَكَ اللهُ تَعَالَىٰ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا مَالٌ وَلَا جَمَالٌ فَلِيْ قُوَّةٌ وَجَلَالٌ وَنَوَالٌ وَقُدْرَةٌ وَفِعَالٌ فَوَهَبَهَا اللهُ تَعَالَىٰ شَبَابَهَا وَجَمَالَهَا حَتَّىٰ صَارَتْ أَحْسَنَ مَا كَانَتْ كَأَنَّهَا بِنْتُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً ثُمَّ أَلْقَىٰ اللهُ تَعَالَىٰ الْمَحَبَّةَ وَالْمَوَدَّةَ وَالْعِشْقَ فِيْ قَلْبِ يُوْسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَصَيَّرَ الْمَعْشُوْقَ عَاشِقًا وَالْعَاشِقَ مَعْشُوْقًا فَرَجَعَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَىٰ مَنْزِلِهِ وَأَرَادَ الْخَلْوَةَ مَعَ زُلَيْخَا وَقَدْ شَرَعَتْ فِي الصَّلَاةِ وَكَانَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَنْتَظِرُ كَثِيْرًا وَهِيَ لَا تُسَلِّمُ حَتَّىٰ فَرَغَ صَبْرُهُ وَنَادَىٰ يَا زُلَيْخَا أَلَسْتِ الَّتِيْ قَدَّدْتِ قَمِيْصِيْ حِيْنَ فَرَرْتُ مِنْكِ فَسَلَّمَتْ وَأَجَابَتْ أَنَا هِيَ لَكِنْ لَيْسَ قَلْبِيْ كَمَا كَانَ.


Sesungguhnya Zulaikha datang ke hadirat-Mu menyeru-Mu dengan nama-nama-Mu dan keikhlasannya, maka Allah Ta’ala menjawab mereka: “Wahai para malaikat-Ku, telah tiba waktu keselamatannya dan kebebasannya.” Dahulu Yusuf ‘alaihissalam lewat di hadapannya setiap hari bersama para pelayannya, ketika Zulaikha keluar. Ketika Yusuf mendekatinya, ia berseru dengan suara keras: “Maha Suci Allah yang menjadikan para hamba dengan rahmat-Nya sebagai raja di atas Yusuf ‘alaihissalam.” Yusuf bertanya: “Siapa engkau?” Ia menjawab: “Aku adalah orang yang membelimu dengan permata, mutiara, emas, perak, misk, dan kafur. Aku adalah orang yang tidak mengenyangkan perutku dengan makanan sejak aku mencintaimu, dan aku tidak tidur semalam penuh sejak aku melihatmu.” Maka Yusuf ‘alaihissalam berkata kepada (bekas) majikan Zulaikha, lalu Zulaikha menjawab: “Benar, wahai Yusuf.” Yusuf bertanya: “Di mana hartamu, kecantikanmu, dan perbendaharaanmu?” Ia menjawab: “Cintamu telah menghabiskan semuanya.” Yusuf ‘alaihissalam bertanya: “Bagaimana cintamu?” Ia menjawab: “Seperti dulu, bahkan bertambah setiap waktu dan saat.”
(Sebuah catatan) Demikianlah keadaan seorang mukmin ketika diletakkan di kuburnya, dua malaikat mendatanginya lalu berkata kepadanya: “Di mana hartamu?” Ia menjawab: “Telah dibawa oleh kerikil.” Mereka bertanya: “Di mana ladang-ladangmu dan kebun-kebunmu?” Ia menjawab: “Telah dibawa oleh kerikil.” Mereka bertanya: “Di mana rumah-rumahmu dan tempat tinggalmu?” Ia menjawab: “Telah dibawa oleh anak-anak perempuan dan laki-laki.” Mereka bertanya: “Bagaimana pengetahuanmu tentang Allah Ta’ala?” Ia menjawab: “Allah adalah Tuhanku, Islam adalah agamaku, dan Muhammad adalah nabiku.” (Kita kembali ke kisah) Yusuf ‘alaihissalam berkata kepadanya: “Apa yang engkau inginkan, wahai Zulaikha?” Ia menjawab: “Tiga hal yang aku inginkan: keadaan (baik), harta, dan pertemuan.” Yusuf bermaksud untuk berlalu, maka Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: “Wahai Yusuf, engkau bertanya kepada Zulaikha apa yang ia inginkan, namun engkau tidak mengabulkan apa yang ia inginkan. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah menikahkan Zulaikha denganmu, Dia sendiri yang melamarnya, mempersaksikan para malaikat-Nya, dan para bidadari menaburkan taburan (bunga).” Yusuf ‘alaihissalam berkata: “Wahai Jibril, Zulaikha tidak memiliki harta, tidak memiliki kecantikan, dan tidak memiliki kemudaan.” Maka Jibril ‘alaihissalam berkata: “Allah Ta’ala berfirman kepadamu: ‘Jika ia tidak memiliki harta dan tidak memiliki kecantikan, maka bagiku ada kekuatan, keagungan, pemberian, kekuasaan, dan perbuatan.'” Maka Allah Ta’ala menganugerahkan kepadanya kemudaan dan kecantikannya hingga ia menjadi lebih cantik dari sebelumnya, seolah-olah ia adalah gadis berusia empat belas tahun. Kemudian Allah Ta’ala menanamkan cinta, kasih sayang, dan kerinduan di hati Yusuf ‘alaihissalam, maka yang dicintai menjadi mencintai dan yang mencintai menjadi dicintai. Yusuf ‘alaihissalam kembali ke rumahnya dan ingin berduaan dengan Zulaikha, dan Zulaikha telah memulai salat. Yusuf ‘alaihissalam menunggu lama, namun Zulaikha tidak mengucapkan salam (mengakhiri salat) hingga kesabarannya habis dan ia berseru: “Wahai Zulaikha, bukankah engkau yang telah mengoyak bajuku ketika aku melarikan diri darimu?” Zulaikha mengucapkan salam dan menjawab: “Benar, aku orangnya, akan tetapi hatiku tidak seperti dulu lagi.”


حُكِيَ:   عَنِ الشِّبْلِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ أَنَّهُ حُمَّى فِي آخِرِ عُمُرِهِ فَدَخَلَ عَلَيْهِ الْجُنَيْدُ فِي لَيْلَةٍ فَرَآهُ يَدُوْرُ فِي بَيْتٍ مُظْلِمٍ وَهُوَ يَقُوْلُ شِعْرًا كُلُّ قَلْبٍ أَنْتَ سَاكِنُهُ غَيْرُمُحْتَاجٍ إِلَى السُّرُجِ وَوَجْهُكَ الْمَأْمُوْلُ حُجَّتُنَا يَوْمَ تَأْتِي النَّاسُ بِالْحُجَجِ لَا تَفْتَحِ اللَّهُ لِيْ فَرَجًا يَوْمَ أَدْعُوْكَ بِالْفَرَجِ. ثُمَّ قَامَتْ زُلَيْخَا وَشَرَعَتْ فِي الصَّلَاةِ فَأَخَذَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَمِيْصَهَا وَجَرَّهُ إِلَيْهِ فَتَخَرَّقَ قَمِيْصُهَا فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ يَا يُوْسُفُ قَمِيْصٌ يَقَمِيْصٌ فَارْفَعِ الْعِتَابَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ زُلَيْخَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا.


(Dikisahkan) dari Asy-Syibli rahimahullah ‘alaihi bahwa beliau demam di akhir umurnya. Lalu Al-Junaid masuk menemuinya pada suatu malam dan melihatnya berputar-putar di dalam rumah yang gelap sambil mengucapkan syair: Setiap hati yang Engkau tempati tidak membutuhkan lentera, dan wajah-Mu yang diharapkan adalah hujjah kami pada hari ketika manusia datang dengan hujjah-hujjah. Ya Allah, jangan bukakan bagiku kelapangan pada hari aku memohon kelapangan kepada-Mu.
Kemudian Zulaikha berdiri dan mulai salat. Lalu Yusuf ‘alaihissalam mengambil bajunya dan menariknya ke arahnya, maka robeklah baju Zulaikha. Kemudian turunlah Jibril ‘alaihissalam dan berkata: “Wahai Yusuf, baju demi baju, angkatlah celaan antara engkau dan Zulaikha radhiyallahu ‘anha.”


(وَالثَّالِثُ) نِكَاحُ مُوْسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَصَفُّوْرَاءَ بِنْتُ شُعَيْبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ اللهُ تَعَالَىٰ قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيَّ الْأَمِيْنَ وَهُوَ أَنَّ مُوْسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِمَا قَدَّمَ مِنْ مَدْيَنَ وَسَقَىٰ غَنَمَ شُعَيْبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَرَأَىٰ نَفْسَهُ فَقِيْرًا غَرِيْبًا جَائِعًا تَعْبَانًا فَقَالَ أَنَا الْمَرِيْضُ أَنَا الْغَرِيْبُ أَنَا الضَّعِيْفُ أَنَا الْفَقِيْرُ فَنُوْدِيَ فِيْ سِرِّهِ يَا مُوْسَىٰ الْمَرِيْضُ الَّذِيْ لَيْسَ لَهُ مِثْلِيْ طَبِيْبٌ وَالضَّعِيْفُ الَّذِيْ لَيْسَ لَهُ مِثْلِيْ رَقِيْبٌ وَالْفَقِيْرُ الَّذِيْ لَيْسَ لَهُ مِثْلِيْ نَصِيْبٌ وَالْغَرِيْبُ الَّذِيْ لَيْسَ لَهُ مِثْلِيْ حَبِيْبٌ فَرَجَعَتْ بِنْتَا شُعَيْبٍ وَقَصَّتَا عَلَىٰ أَبِيْهِمَا الْقِصَّةَ فَأَرْسَلَ إِلَىٰ مُوْسَىٰ أَحَدَهُمَا فَجَاءَتْهُ تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَاءٍ وَهِيَ صَفُّوْرَاءُ


(Dan yang ketiga) adalah pernikahan Musa ‘alaihissalam dengan Shafura’, putri Syuaib ‘alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman, salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai ayahku, ambillah ia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau ambil sebagai pekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” Dan itu adalah Musa ‘alaihissalam, karena apa yang telah ia lakukan di Madyan dan ia memberi minum kambing Syuaib ‘alaihissalam. Kemudian ia berpaling ke tempat yang teduh lalu melihat dirinya dalam keadaan miskin, asing, lapar, dan lelah. Maka ia berkata: “Aku adalah orang yang sakit, aku adalah orang yang asing, aku adalah orang yang lemah, aku adalah orang yang miskin.” Lalu diserukan dalam hatinya: “Wahai Musa, orang yang sakit yang tidak ada baginya dokter seperti Aku, dan orang yang lemah yang tidak ada baginya pengawas seperti Aku, dan orang yang miskin yang tidak ada baginya bagian seperti Aku, dan orang yang asing yang tidak ada baginya kekasih seperti Aku.” Lalu kedua putri Syuaib kembali dan menceritakan kisah itu kepada ayah mereka. Maka Syuaib mengutus salah seorang dari mereka kepada Musa, lalu datanglah kepadanya seorang wanita berjalan dengan malu-malu, dan dia adalah Shafura’.


(نُكْتَةٌ) أَنَّ مَشِيْئَةَ النِّسَاءِ عَلَى الاسْتِحْيَاء لَوْ لَمْ تَكُنْ مُرْضِيَةً عِنْدَ اللهِ لَمَا أُخْبِرَتْ بِمَشْيِهَا عَلَى الِاسْتِحْيَاءِ وَقَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَشُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَرْسَلَ بِنْتَهُ لِمُوْسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ تَدْعُوْهُ لِيَجْزِيَهُ أَجْرَ مَا سَقَىٰ لَهُ فَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَرْسَلَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَىٰ عِبَادِهِ يَدْعُوْهُمْ لِيَجْزِيَهُمْ أَجْرًا عَظِيْمًا.
فَقَالَتْ َفُّوْرَاءُ لِأَبِيْهَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيَّ الْأَمِيْنَ فَقَالَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَا رَأَيْتُ مِنْ قُوَّتِهِ وَأَمَانَتِهِ فَقَالَتْ إِنَّهُ رَفَعَ الْحَجَرَ الَّذِيْ عَلَىٰ رَأْسِ الْبِئْرِ وَحْدَهُ وَلَا يَرْفَعُهُ إِلَّا أَرْبَعُوْنَ رَجُلًا وَكُنْتُ أَمْشِيْ قُدَّامَهُ فِي الطَّرِيْقِ فَقَالَ تَأَخَّرِيْ حَتَّىٰ لَا يَقَعَ بَصَرِيْ عَلَىٰ أَعْضَائِكِ فَلَمَّا سَمِعَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ رَغِبَ فِيْهِ وَقَالَ لِمُوْسَىٰ إِنِّيْ أُرِيْدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَىٰ ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ فَقَالَ مُوْسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِنِّيْ فَقِيْرٌ غَرِيْبٌ لَيْسَ لِيْ قُدْرَةٌ عَلَى الصِّدْقِ فَقَالَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَىٰ أَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ ثُمَّ جَمَعَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَهْلَ بَلَدِهِ وَعَقَدَ النِّكَاحَ وَسَلَّمَهَا إِلَيْهِ وَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ


(Sebuah catatan) Bahwa jalannya kaum wanita dengan rasa malu, seandainya tidak diridhai di sisi Allah, niscaya tidak dikabarkan tentang jalannya dengan rasa malu. Dan (salah seorang wanita itu) berkata: “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberimu balasan atas (kebaikanmu) memberi minum (ternak) kami.” Maka Syuaib ‘alaihissalam mengutus putrinya kepada Musa ‘alaihissalam untuk memanggilnya agar memberinya balasan atas (kebaikan) Musa memberi minum (ternak) mereka. Maka Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada hamba-hamba-Nya menyeru mereka agar Dia memberi mereka balasan yang agung.
Maka Shafura’ berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, ambillah ia sebagai pekerja, sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau ambil sebagai pekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” Maka Syuaib ‘alaihissalam berkata: “Aku tidak melihat (tanda-tanda) kekuatan dan amanahnya.” Maka Shafura’ berkata: “Sesungguhnya ia telah mengangkat batu besar yang ada di atas sumur seorang diri, padahal tidaklah dapat mengangkatnya kecuali empat puluh orang laki-laki.
Dan aku berjalan di depannya di jalan, lalu ia berkata: “Mundurlah agar pandanganku tidak jatuh pada anggota tubuhmu.” Maka ketika Syuaib ‘alaihissalam mendengar (hal itu), ia menyukainya dan berkata kepada Musa: “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua putriku ini.” Maka Musa ‘alaihissalam berkata: “Sesungguhnya aku adalah orang miskin dan asing, aku tidak memiliki kemampuan untuk (memberikan) mahar.” Maka Syuaib ‘alaihissalam berkata: “Dengan syarat engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya menjadi sepuluh tahun, maka itu adalah kebaikan darimu.” Kemudian Syuaib ‘alaihissalam mengumpulkan penduduk negerinya dan melangsungkan akad nikah serta menyerahkannya (putrinya) kepada Musa, dan itu terjadi pada hari Jumat .


(نُكْتَةٌ) أَنَّ شُعَيْبًا لَمَّا رَأَىٰ أَمَانَةَ مُوْسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَدِيَانَتَهُ أَسْرَعُ إِلَىٰ صِلَتِهِ وَقَالَ إِنِّيْ أُرِيْدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ الْآيَةَ فَاللَّهُ تَعَالَىٰ لَمَّا عَلِمَ مِنْ صَلَاحِ عِبَادِهِ وَإِيْمَانِهِمْ وَتَقْوَاهُمْ وَدُعَائِهِمْ أَضَافَهُمْ إِلَىٰ نَفْسِهِ فَقَالَ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ وَقَالَ تَعَالَىٰ إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ. قَالَ السُّدِّيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ أَنَّ مَلَكًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ أَتَىٰ شُعَيْبًا عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَىٰ صُوْرَةِ آدَمِيٍّ وَوَضَعَ عِنْدَهُ الْعَصَا وَدِيْعَةً.


(Sebuah catatan) Bahwa Syuaib ketika melihat amanah Musa ‘alaihissalam dan kesalehannya, ia segera berhubungan dengannya dan berkata: “Sesungguhnya aku ingin menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua putriku ini.” Ayat ini (menjelaskan bahwa) Allah Ta’ala ketika mengetahui kesalehan hamba-hamba-Nya, keimanan, ketakwaan, dan doa mereka, Dia menyandarkan mereka kepada diri-Nya, maka Dia berfirman: “Bukankah Aku Tuhanmu?” Dan Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” Berkata As-Suddi rahimahullah ‘alaihi bahwa seorang malaikat dari para malaikat datang kepada Syuaib ‘alaihissalam dalam rupa seorang manusia dan meletakkan tongkat di sisinya sebagai titipan.


 
وَكَانَتِ الْعَصَا مِنْ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ نَزَلَ بِهَا آدَمُ مِنَ الْجَنَّةِ، فَلَمَّا تُوُفِّيَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَخَذَهَا جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَىٰ وَقْتِ شُعَيْبٍ، ثُمَّ نَزَلَ بِهَا إِلَىٰ شُعَيْبٍ لِأَجْلِ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَلَمَّا عُقِدَ النِّكَاحُ قَالَ لِمُوسَىٰ: ادْخُلْ فِي الْبَيْتِ وَخُذْ لَكَ الْعَصَا مِنْ بَيْنِ الْعِصِيِّ وَاذْهَبْ نَحْوَ الْغَنَمِ. فَدَخَلَ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَخَرَجَ بِالْعَصَا، فَرَآهَا شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ: هَٰذِهِ أَمَانَةٌ رُدَّهَا إِلَىٰ مَوْضِعِهَا وَخُذْ غَيْرَهَا. فَرَجَعَ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَىٰ الْبَيْتِ وَوَضَعَهَا وَأَرَادَ أَنْ يَأْخُذَ غَيْرَهَا فَدَخَلَتْ هَٰذِهِ الْعَصَا فِي يَدِهِ، وَكُلَّمَا جَهَدَ أَنْ يَأْخُذَ غَيْرَهَا لَمْ يَقْدِرْ. فَأَخَذَ تِلْكَ الْعَصَا وَذَهَبَ نَحْوَ الْغَنَمِ، فَتَبِعَهُ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ: إِنَّهُ ذَهَبَ بِأَمَانَةِ الْغَيْرِ. فَلَحِقَهُ وَاسْتَرَدَّهَا مِنْهُ. فَأَدْرَكَ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ: أَعْطِنِي الْعَصَا. فَأَبَىٰ مُوسَىٰ فَتَنَازَعَا وَاتَّفَقَا عَلَىٰ أَنْ يُحَكِّمَ بَيْنَهُمَا مَنْ لَقِيَاهُ أَوَّلًا. فَلَقِيَا مَلَكًا عَلَىٰ صُورَةِ آدَمِيٍّ فَقَالَا لَهُ: احْكُمْ بَيْنَنَا. فَحَكَمَ فَقَالَ لِمُوسَىٰ: ضَعِ الْعَصَا عَلَى الْأَرْضِ، فَإِنْ قَدِرْتَ أَنْ تَرْفَعَهَا فَهِيَ لَكَ وَإِنْ قَدِرَ هُوَ أَنْ يَرْفَعَهَا فَهِيَ لَهُ. فَوَضَعَ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى الْأَرْضِ، فَجَهَدَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنْ يَرْفَعَهَا مِنَ الْأَرْضِ فَمَا قَدِرَ أَنْ يُحَرِّكَهَا لَبِنَةً، فَتَنَاوَلَ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ الْعَصَا فَرَفَعَهَا مِنَ الْأَرْضِ، ثُمَّ ظَهَرَتْ مِنْهَا مُعْجِزَاتٌ كَثِيرَةٌ حَتَّىٰ أَنَّ مُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ


Dan  ada  tongkat itu dari Sidratul Muntaha, dengannya Adam turun dari surga. Ketika Adam ‘alaihis salam wafat, Jibril ‘alaihis salam mengambilnya hingga masa Syuaib. Kemudian Jibril turun membawanya kepada Syuaib demi Musa ‘alaihis salam. Ketika akad nikah telah dilaksanakan, Syuaib berkata kepada Musa, “Masuklah ke dalam rumah dan ambillah tongkat untukmu dari antara tongkat-tongkat itu, lalu pergilah menuju kambing-kambing.” Maka Musa ‘alaihis salam masuk dan keluar membawa tongkat itu. Syuaib ‘alaihis salam melihatnya lalu berkata, “Ini adalah amanah, kembalikanlah ke tempatnya dan ambillah yang lain.” Musa ‘alaihis salam kembali ke rumah dan meletakkannya. Ketika ia hendak mengambil yang lain, tongkat ini masuk ke tangannya, dan setiap kali ia berusaha mengambil yang lain, ia tidak mampu. Lalu ia mengambil tongkat itu dan pergi menuju kambing-kambing. Syuaib ‘alaihis salam mengikutinya dan berkata, “Sesungguhnya ia telah membawa amanah orang lain.” Lalu Syuaib menyusulnya dan mengambil kembali tongkat itu darinya. Musa ‘alaihis salam menyusul dan berkata, “Berikan kepadaku tongkat itu.” Musa menolak, lalu keduanya berselisih dan sepakat untuk meminta keputusan kepada orang pertama yang mereka temui. Mereka bertemu dengan seorang malaikat dalam wujud manusia, lalu mereka berkata kepadanya, “Berilah keputusan di antara kami.” Malaikat itu memutuskan dan berkata kepada Musa, “Letakkan tongkat itu di tanah. Jika engkau mampu mengangkatnya, maka itu milikmu, dan jika ia (Syuaib) mampu mengangkatnya, maka itu miliknya.” Musa ‘alaihis salam meletakkannya di tanah, lalu Syuaib ‘alaihis salam berusaha keras mengangkatnya dari tanah, namun ia tidak mampu menggerakkannya sedikit pun. Kemudian Musa ‘alaihis salam meraih tongkat itu dan mengangkatnya dari tanah. Kemudian dari tongkat itu tampak mukjizat-mukjizat yang banyak, hingga Musa ‘alaihis salam.


كَانَ إِذَا تَعِبَ رَكِبَ عَلَيْهَا فَكَانَتْ تَمْشِي بِهِ كَالْفَرَسِ الْجَوَادِ، وَكَانَ إِذَا اشْتَهَى طَعَامًا ضَرَبَهَا عَلَى الْأَرْضِ فَيَظْهَرُ أَنْوَاعٌ مِنَ الْأَطْعِمَةِ، وَإِذَا اشْتَهَى مَاءً خَرَجَتْ مِنْهَا عَيْنُ مَاءٍ، وَإِذَا أَظْلَمَ اللَّيْلُ سَطَعَ مِنْهَا النُّوْرُ كَأَنَّهَا الشَّمْسُ، وَإِذَا ضَاقَ صَدْرُهُ وَاسْتَوْحَشَ صَارَتْ لَهُ مُؤْنِسَةً وَمُحَدِّثَةً. إِذَا أَلْقَاهَا نَحْوَ عَدُوٍّ صَارَتْ ثُعْبَانًا يَظْهَرُ مِنْ عَيْنَيْهِ وَمِنْخَرَيْهِ النَّارُ وَتَصِيْحُ كَالرَّعْدِ الْقَاصِفِ. وَمِمَّا قِيْلَ فِيْهَا مِنَ اللُّغْزِ شِعْرٌ:
وَمَاشِيَةٌ لَهَا وَرَقٌ وَظِلٌّ، لَحْمٌ نَاعِمٌ وَلَهَا عِظَامٌ. لَهَا عَيْنَانِ تَقَشَّعُ مِنْ بَرَاهَا، وَتَبْسِمُ مَا يُقَالُ مِنَ الْكَلَامِ. ثُمَّ أَتَمَّ ثَمَانَ حِجَجٍ قَالَ شُعَيْبٌ: يَا مُوسَى، كُلَّمَا وَلَدَتْ حَامِلٌ أُنْثَى فَهِيَ لَكَ فِي هَذِهِ السَّنَةِ. وَكَانَ مُوسَى يَرْعَى الْأَغْنَامَ، فَإِذَا سَقَاهَا أَلْقَى عَصَاهُ فِي الْمَاءِ يَسْقِيْهَا، فَوَلَدَتْ نِعَاجُهُ كُلُّهَا إِنَاثًا فِي تِلْكَ السَّنَةِ. وَقَالَ شُعَيْبٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ: فِي السَّنَةِ الْعَاشِرَةِ كُلَّمَا وَلَدَتْ حَامِلٌ ذَكَرًا فَهُوَ لَكَ. فَوَلَدَتْ فِي تِلْكَ السَّنَةِ نِعَاجُهُ كُلُّهَا ذُكُوْرًا فَاجْتَمَعَ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ أَغْنَامٌ كَثِيْرَةٌ. فَرَجَعَ مَعَ أَهْلِهِ فَآنَسَ فِي الطَّرِيْقِ نَارًا كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي آنَسْتُ نَارًا الْآيَةُ.
(الرَّابِعُ)

نِكَاحُ سُلَيْمَانَ ابْنِ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ بِبِلْقِيْسَ، وَهُوَ حِيْنَ أَتَتْ إِلَى سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَعَ عَرْشِهَا بِدُعَاءِ آصَفَ بْنِ بَرْخِيَا. (يُرْوَى) أَنَّهُ كَانَ لَهُ سَبْعُوْنَ قَائِدًا عِنْدَ كُلِّ قَائِدٍ أَلْفُ رَجُلٍ فَارِسٍ. وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: عِنْدَ كُلِّ قَائِدٍ خَمْسُمِائَةِ فَارِسٍ. وَبِلْقِيْسُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَتْ ذَاتَ جَمَالٍ وَكَمَالٍ فَحَسَدَتْهَا الْجِنُّ وَقَالَتْ أَنَّ لَهَا عَيْبَيْنِ أَحَدُهُمَا نَاقِصَةُ الطَّوْلِ، وَالثَّانِي أَنَّ سَاقَهَا مِثْلُ سَاقِ الْجِمَالِ. فَأَمَرَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَتَتْ بِأَنْ يُنْكَرَ وَأَعْرَشَهَا فَنَكَّرُوْهُ ثُمَّ أَمَرَ بِأَنْ يَعْمَلُوا صَرْحًا مِنْ زُجَاجٍ.


Dahulu, jika Musa merasa lelah, ia menungganginya, maka tongkat itu berjalan bersamanya seperti kuda yang sangat cepat. Jika ia menginginkan makanan, ia memukulkannya ke tanah, lalu muncullah berbagai macam makanan. Jika ia menginginkan air, keluarlah mata air darinya. Jika malam menjadi gelap, memancarlah darinya cahaya seolah-olah matahari. Jika dadanya sesak dan merasa kesepian, tongkat itu menjadi penghibur dan teman bicaranya. Jika ia melemparkannya ke arah musuh, tongkat itu berubah menjadi ular yang dari kedua mata dan hidungnya keluar api, dan berteriak seperti guruh yang dahsyat. Di antara teka-teki tentangnya terdapat syair:
Dan sesuatu yang berjalan, memiliki daun dan naungan, daging yang lembut, dan memiliki tulang. Ia memiliki dua mata yang sinarnya memancar dari keindahannya, dan ia mendengar apa yang dikatakan dari perkataan. Kemudian Musa menyempurnakan delapan tahun, Syuaib berkata, “Wahai Musa, setiap kali ada hewan betina hamil melahirkan betina, maka itu menjadi milikmu pada tahun ini.” Dan Musa menggembalakan kambing, maka ketika ia memberinya minum, ia melemparkan tongkatnya ke dalam air untuk diminumkannya, lalu seluruh kambing betinanya melahirkan betina pada tahun itu. Dan Syuaib ‘alaihis salam berkata, “Pada tahun kesepuluh, setiap kali ada hewan betina hamil melahirkan jantan, maka itu menjadi milikmu.” Maka pada tahun itu seluruh kambing betinanya melahirkan jantan, lalu terkumpullah bagi Musa ‘alaihis salam kambing yang banyak. Lalu ia kembali bersama keluarganya, dan ia melihat api di jalan, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya aku melihat api,” ayat.
(Yang keempat) Pernikahan Sulaiman bin Daud ‘alaihimas salam dengan Balqis, yaitu ketika ia datang kepada Sulaiman ‘alaihis salam bersama singgasananya dengan doa Ashif bin Barkhiya. (Diriwayatkan) bahwa Sulaiman memiliki tujuh puluh panglima, dan di bawah setiap panglima terdapat seribu prajurit berkuda. Dan Muhammad bin Ishaq berkata, “Di bawah setiap panglima terdapat lima ratus prajurit berkuda.” Dan Balqis radhiyallahu ‘anha adalah seorang wanita yang memiliki kecantikan dan kesempurnaan, lalu jin menghasudnya dan berkata bahwa ia memiliki dua cacat, salah satunya adalah kurang tinggi, dan yang kedua adalah betisnya seperti betis unta. Maka Sulaiman ‘alaihis salam memerintahkan agar singgasananya disamarkan dan ditinggikan, lalu mereka menyamarkannya, kemudian ia memerintahkan agar dibuatkan istana dari kaca.


وَيَجْرِي مِنْ تَحْتِهِ وَحَوَالَيْهِ نَهْرًا وَيَجْعَلُوا فِيْهِ السَّمَكَ وَالضَّفَادِعَ وَأُمِرَ بِأَنْ يَتَّخِذُوا عَلَى رَأْسِ الْمَاءِ قَنْطَرَةً مِنْ زُجَاجٍ فَفَعَلُوا مَا أُمِرَ ثُمَّ سَأَلَهَا سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَلَمْ تَقُلْ نَعَمْ لِأَنَّهُ مُغَيَّرٌ وَلَمْ تَقُلْ لَا لِأَنَّهَا كَانَتْ تَرَى بَعْضَ عَلَامَاتِ عَرْشِهَا فَعَلِمَ سُلَيْمَانُ بِهَذَا الْقَوْلِ أَنَّهَا عَاقِلَةٌ ثُمَّ أَمَرَهَا بِأَنْ تَدْخُلَ الصَّرْحَ وَعَزَمَتْ عَلَى الدُّخُوْلِ فَرَأَتِ الزُّجَاجَ عَلَى الْمَاءِ فَحَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا فَرَأَى سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنْ لَيْسَ فِيْهَا شَيْءٌ مِنَ الْعُيُوْبِ وَالْمَنْقَصَةِ قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيْرَ أَيْ زُجَاجٍ فَلَمَّا رَأَتْ بِلْقِيْسُ هَذِهِ الْعَلَامَةَ تَفَكَّرَتْ فِي نَفْسِهَا أَنَّهُ مَعَ عِظَمِ عَرْشِي وَكَثْرَةِ جُنُوْدِي وَحَشَمِي وَسِعَةِ بَلَدِي وَقَلَاعِي وَبُعْدِ الْمَسَافَةِ بَيْنِي وَبَيْنَ سُلَيْمَانَ وَأُحْضِرُ فِي سَاعَةٍ وَاحِدَةٍ مَا لَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ الْمَلِكُ الْمُتَعَالِي وَقَالَتْ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ثُمَّ تَزَوَّجَهَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ فَمَنْ يَقْدِرُ أَنْ يَصِفَ عَرْشَ رَسُوْلِ اللَّهِ سُلَيْمَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي كَانَتِ الرِّيْحُ مَرْكَبَهُ وَالْإِنْسُ وَالْجِنُّ جُنُوْدَهُ وَالطَّيْرُ مُعِيْنَهُ مُحَدِّثَهُ وَالْوَحْشُ مُسَخَّرَةٌ وَالْمَلَائِكَةُ رُسُلُهُ وَكَانَ لَهُ مَيْدَانٌ لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَكَانَ مُدُّ عَسْكَرِهِ مِائَةَ فَرْسَخٍ وَكَانَ مَنْزِلُهُ شَهْرًا وَكَانَتِ الْجِنُّ نَسَجَتْ لَهُ بِسَاطًا مِنْ ذَهَبٍ وَمِنْ فِضَّةٍ فِيْهِ اثْنَا عَشَرَ أَلْفَ مِحْرَابٍ فِي كُلِّ مِحْرَابٍ كُرْسِيٌّ مِنْ ذَهَبٍ وَفِضَّةٍ عَلَى كُلِّ كُرْسِيٍّ عَالِمٌ مِنْ عُلَمَاءِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ وَكَانَ يُطْبَخُ فِي كُلِّ يَوْمٍ أَلْفُ جَزُوْرٍ وَأَرْبَعَةُ آلَافِ بَقَرَةٍ وَأَرْبَعُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْغَنَم


Dan mengalir dari bawahnya dan sekelilingnya sungai, dan mereka membuat di dalamnya ikan-ikan dan katak-katak. Dan diperintahkan untuk membuat di atas permukaan air jembatan dari kaca, maka mereka melakukannya sesuai perintah. Kemudian Sulaiman alaihissalam bertanya kepadanya, “Apakah seperti ini singgasanamu?” Dia menjawab, “Seakan-akan itu dia.” Dia tidak mengatakan “ya” karena ia telah diubah, dan tidak pula mengatakan “tidak” karena ia melihat sebagian tanda-tanda singgasananya. Maka Sulaiman mengetahui dari perkataan ini bahwa dia berakal. Kemudian dia memerintahkannya untuk memasuki istana. Dan dia bertekad untuk masuk, maka dia melihat kaca di atas air, lalu dia menyangkanya genangan air dan menyingkapkan
kedua betisnya. Maka Sulaiman  alaihissalam melihat bahwa tidak ada sesuatu pun yang cacat dan kurang padanya. Dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah istana yang licin terbuat dari kaca,” yaitu kaca. Maka ketika Bilqis melihat tanda ini, dia berpikir dalam dirinya, bahwa meskipun singgasanaku agung, tentaraku dan pengawalku banyak, negeriku luas, benteng-bentengku kokoh, dan jarak antara aku dan Sulaiman jauh, namun singgasanaku dihadirkan dalam satu jam.
Apa yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun kecuali Allah, Raja Yang Maha Tinggi. Dan dia (Bilqis) berkata sebagaimana yang dia katakan, “Ya Tuhanku,sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” Kemudian Sulaiman bin Daud  alaihimasdalam menikahinya. Maka siapakah yang mampu menggambarkan singgasana Rasulullah Sulaiman shallallahu alaihi wasallam yang angin menjadi kendaraannya, manusia dan jin menjadi tentaranya, burung-burung menjadi pembantu dan pemberi kabar baginya, binatang buas tunduk kepadanya, dan malaikat menjadi utusannya? Dan dia memiliki lapangan (atau bangunan) yang satu batanya terbuat dari perak. Dan luas perkemahannya seratus farsakh, dan jarak perjalanannya sebulan. Dan jin telah menenun untuknya permadani dari emas dan perak yang di dalamnya terdapat dua belas ribu mihrab, di setiap mihrab terdapat kursi dari emas dan perak, dan di setiap kursi terdapat seorang alim dari ulama Bani Israil. Dan dimasak setiap hari seribu ekor unta, empat ribu ekor sapi, dan empat puluh ribu ekor kambing.


(نُكْتَةُ) الرَّاهِبُ نَظَرَ إِلَى خَاتَمِ النُّبُوَّةِ مَرَّةً وَاحِدَةً فَأَكْرَمَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِالْإِيمَانِ وَأَنْقَذَهُ مِنْ عَذَابِهِ، فَالْمُؤْمِنُ الَّذِي يَنْظُرُ إِلَى قَلْبِهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ الرَّؤُوفِ الْمَنَّانِ ثَلَاثَمِائَةٍ وَسِتِّينَ نَظْرَةً فَيَرَى فِيهِ التَّوْحِيدَ وَالصَّفَاءَ وَالْإِحْسَانَ وَالنَّدَامَةَ عَلَى عِصْيَانِهِ، أَفَلَا يُنْقِذُهُ مِنَ النِّيْرَانِ (وَ) يُوجِبُ الْجِنَانَ وَيُزَوِّجُهُ بِالْحُوْرِ الْحِسَانِ الَّذِي لَمْ يَطْمَثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ؟ وَكَيْفَ لَا يَطْمَعُهُ مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ؟ بَلْ يُشَرِّفُهُ وَيُفَضِّلُ عَلَيْهِ بِرُؤْيَتِهِ وَهُوَ الرَّحِيمُ الرَّحْمَانُ.
فَلَمَّا وَصَلَ الْعِيْرُ إِلَى الشَّامِ وَاتَّجَرُوا فِيْهِ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَمَيْسَرَةُ خَرَجُوا إِلَى عِيْدٍ لِلْيَهُوْدِ لِلنَّظَارَةِ، فَلَمَّا وَصَلُوا إِلَى مُصَلَّاهُمْ دَخَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ إِلَى بَيْعَتِهِمْ فَنَظَرَ إِلَى الْقَنَادِيْلِ الَّتِي كَانَتْ مُعَلَّقَةً بِالسَّلَاسِلِ فَتَقَطَّعَتْ سَلَاسِلُهَا جَمِيْعًا، فَخَافَتِ الْيَهُوْدُ وَقَالَتْ لِعُلَمَائِهِمْ: مَا هَذِهِ الْعَلَامَةُ الَّتِيْ ظَهَرَتْ؟ قَالُوا: نَجِدُ فِي التَّوْرَاةِ أَنَّ مُحَمَّدًا نَبِيٌّ آخِرِ الزَّمَانِ إِذَا حَضَرَ فِيْ عِيْدِ الْيَهُوْدِ تَظْهَرُ هَذِهِ الْعَلَامَةُ فَلَعَلَّهُ قَدْ حَضَرَ الْيَوْمَ، فَطَلَبُوْهُ وَقَالُوا: لَوْ وَجَدْنَاهُ لَقَتَلْنَاهُ وَدَفَعْنَا شَرَّهُ. فَلَمَّا سَمِعَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَمَيْسَرَةُ هَذَا الْقَوْلَ تَبَادَرُوا لِلرُّجُوْعِ إِلَى مَكَّةَ فَرَجَعُوا. وَكَانَ مَيْسَرَةُ إِذَا دَنَا مِنْ مَكَّةَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ يُرْسِلُ أَحَدًا إِلَى خَدِيْجَةَ يُبَشِّرُهَا بِقُدُوْمِهِ، فَقَالَ لِمُحَمَّدٍ ﷺ: لَوْ أَرْسَلْتُكَ بَشِيْرًا هَلْ تَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ أَقْدِرُ. فَأَرْسَلَ مَيْسَرَةُ نَاقَةً وَزَيَّنَهَا بِأَنْوَاعِ الْحَرِيْرِ وَأَرْكَبَ عَلَيْهَا رَسُوْلَ اللَّهِ وَوَجَّهَهُ نَحْوَ مَكَّةَ، وَكَتَبَ كِتَابًا وَقَالَ فِيْهِ: يَا سَيِّدَةَ قُرَيْشٍ إِنَّ التِّجَارَةَ فِيْ هَذِهِ السَّنَةِ أَرْبَحُ تِجَارَاتِيْ فِيْ سَائِرِ السَّنِيْنَ. فَسَاقَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ النَّاقَةَ وَغَابَ عَنْ أَعْيُنِهِمْ، فَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنْ أَطْوِ الْأَرْضَ تَحْتَ أَقْدَامِ نَاقَةِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم.


(Sebuah catatan) Seorang rahib melihat cincin kenabian hanya sekali, maka Allah Ta’ala memuliakannya dengan keimanan dan menyelamatkannya dari azab-Nya. Maka seorang mukmin yang melihat ke dalam hatinya, kepada Raja Yang Maha Menghakimi, Maha Penyayang, Maha Pemberi karunia, sebanyak tiga ratus enam puluh kali, lalu dia melihat di dalamnya tauhid, kejernihan, kebaikan, dan penyesalan atas kemaksiatannya, bukankah Dia akan menyelamatkannya dari neraka? Dan mewajibkan baginya surga, dan menikahkannya dengan para bidadari yang cantik jelita yang belum pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelum mereka? Dan bagaimana mungkin Dia tidak memberikannya harapan dari setiap buah sepasang-sepasang? Bahkan Dia memuliakannya dan melebihkannya dengan melihat-Nya, dan Dia adalah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
Maka tatkala kafilah itu sampai ke Syam dan mereka berdagang di sana, dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Maisarah keluar menuju hari raya orang-orang Yahudi untuk melihat-lihat. Tatkala mereka sampai ke tempat salat mereka, Rasulullah ﷺ masuk ke gereja mereka, lalu beliau melihat lentera-lentera yang tergantung dengan rantai, maka terputuslah semua rantainya. Orang-orang Yahudi pun ketakutan dan berkata kepada para ulama mereka, “Apa tanda yang telah tampak ini?” Mereka menjawab, “Kami dapati dalam Taurat bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman, jika dia hadir pada hari raya orang-orang Yahudi, maka tanda ini akan tampak. Barangkali dia telah hadir hari ini.” Maka mereka mencarinya dan berkata, “Seandainya kami menemukannya, pasti kami akan membunuhnya dan menyingkirkan kejahatannya.” Tatkala Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Maisarah mendengar perkataan ini, mereka bersegera untuk kembali ke Mekah, maka mereka pun kembali. Dan adalah Maisarah, jika dia mendekati Mekah tujuh hari lamanya, dia akan mengirim seseorang kepada Khadijah untuk memberikan kabar gembira tentang kedatangannya. Maka dia berkata kepada Muhammad ﷺ, “Seandainya aku mengutusmu sebagai pembawa kabar gembira, apakah engkau sanggup melakukan itu?” Beliau menjawab, “Ya, aku sanggup.” Maka Maisarah mengirim seekor unta dan menghiasinya dengan berbagai macam sutra, dan menaikkan Rasulullah di atasnya serta menghadapkannya ke arah Mekah. Dan dia menulis surat yang berbunyi, “Wahai pemimpin wanita Quraisy, sesungguhnya perniagaan pada tahun ini adalah perniagaanku yang paling menguntungkan di seluruh tahun-tahun yang lain.” Maka Rasulullah ﷺ menuntun unta itu dan menghilang dari pandangan mereka. Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Jibril ‘alaihissalam untuk melipat bumi di bawah kaki unta Muhammad SAW


وَيَا إِسْرَافِيلُ أَحْفَظُهُ عَنْ يَمِينِهِ وَيَا مِيكَائِيلُ أَحْفَظُهُ عَنْ يَسَارِهِ وَيَا سَحَابُ أَظِلَّهُ فَأَلْقَى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ النَّوْمَ فَنَامَ فَأَوْصَلَهُ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ إِلَى مَكَّةَ وَكَانَتْ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا جَالِسَةً عَلَى الرُّوَاقِ وَنَظَرَتْ نَحْوَ الشَّامِ فَرَأَتْهُ رَاكِبًا يُقْبِلُ وَالسَّحَابُ عَلَى رَأْسِهِ يُظَلِّلُهَا كَانَ حَوْلَهَا حَوَارٌ كَثِيرَةٌ فَقَالَتْ هَلْ تَعْرِفْنَ ذَلِكَ الرَّاكِبَ الَّذِي يَجِيءُ؟ فَقَالَتْ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ يُشْبِهُ مُحَمَّدًا الْأَمِينَ فَقَالَتْ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا إِنْ كَانَ هُوَ مُحَمَّدًا الْأَمِينَ فَقَدْ أَعْتَقْتُكُنَّ جَمِيعَكُنَّ لِقُدُومِهِ فَوَصَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَابَ دَارِهَا فَاسْتَقْبَلَتْهُ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَأَكْرَمَتْهُ وَبَجَّلَتْهُ وَقَالَتْ وَهَبْتُ لَكَ النَّاقَةَ الَّتِي رَكِبْتَ بِمَا عَلَيْهَا ثُمَّ ذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى بَيْتِ عَمِّهِ وَمَرَّتْ أَيَّامٌ فَجَاءَ يَوْمًا إِلَى دَارِ خَدِيجَةَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا يَا مُحَمَّدُ تَكَلَّمْ وَأَخْبِرْنِي بِمَا تُرِيدُ فَقَالَ إِنَّ عَمِّي وَعَمَّتِي أَرْسَلَانِي بِأَنْ أَسْأَلَ الْأُجْرَةَ الْأُسْرَةِ يُرِيدَانِ أَنْ يُزَوِّجَانِي وَقَالَ هَذَا الْقَوْلَ وَاسْتَحَى وَنَكَّسَ رَأْسَهُ فَقَالَتْ خَدِيجَةُ يَا مُحَمَّدُ إِنَّ الْأَجْرَ قَلِيلٌ فَلَا يَحْصُلُ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَكِنْ أُزَوِّجُكَ زَوْجَةً مِنْ أَشْرَافِ الْعَرَبِ وَأَحْسَنِهَا حَالًا وَأَكْثَرِهَا مَالًا وَهِيَ تَرْغَبُ فِيهَا مُلُوكُ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ فَلَمْ تَقْبَلْ وَأَنَا أَسْعَى فِي تَزْوِيجِهَا لَكَ وَلَكِنْ فِيهَا عَيْبٌ وَهُوَ أَنَّهُ كَانَ لَهَا زَوْجٌ قَبْلَكَ فَإِنْ قَبِلْتَ فَهِيَ خَادِمَتُكَ وَجَارِيَتُكَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عِنْدِهَا وَلَمْ يُكَلِّمْ بِشَيْءٍ وَأَتَى بَيْتَ عَمِّي وَعَمَّتِهِ وَقَالَ إِنَّ خَدِيجَةَ قَدْ سَحَرَتْ بِي وَقَالَتْ لِي كَيْتَ وَكَيْتَ فَقَالَتْ عَاتِكَةُ إِنْ كَانَ مَا قَالَتْ حَقًّا فَأُنَازِعُ مَعَهَا فَأَتَتِ الْبُهَا وَقَالَتْ يَا خَدِيجَةُ إِنْ كَانَ لَكِ مَالٌ وَنَسَبٌ فَلَنَا حَسَبٌ وَنَسَبٌ فَلِمَاذَا تَسْحَرِينَ بِابْنِ أَخِي مُحَمَّدٍ فَقَامَتْ وَاعْتَذَرَتْ وَقَالَتْ مَنْ يُطِيقُ أَنْ يَسْحَرَ مِنْ أَنْسَابِكُمْ وَلَكِنِّي عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنْ قَبِلَنِي تَزَوَّجْتُ بِهِ وَإِنْ لَمْ يَقْبَلْ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَحَدًا إِلَى أَنْ أَمُوتَ فَقَالَتْ عَاتِكَةُ هَلْ عَلِمَ بِهَذَا الْقَوْلِ عَمُّكِ وَرَقَةُ بْنُ نَوْفَلٍ فَقَالَتْ لَا وَلَكِنْ قَوْلِي لِأَخِيكِ أَبِي طَالِبٍ أَنْ يَتَّخِذَ ضِيَافَةً وَيَدْعُوَ عَمِّي وَرَقَةَ ابْنَ نَوْفَلٍ وَيَسْقِيَهُ مِنَ الْأَشْرِبَةِ وَيَخْطُبَنِي مِنْهُ فَرَجَعَتْ عَاتِكَةُ وَأَخْبَرَتْ أَخَاهَا بِقَوْلِ خَدِيجَةَ فَاتَّخَذَ ضِيَافَةً وَدَعَا وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلٍ وَأَشْرَافَ الْعَرَبِ وَخَطَبَ خَدِيجَةَ فَقَالَ قَبِلْتُ إِلَّا أَنِّي أُشَاوِرُهَا وَذَهَبَ إِلَى بَيْتِ خُدَيْجَةَ فَشَاوَرَهَا فَقَالَتْ يَا عَمِّي كَيْفَ أَرُدُّ خِطْبَةَ مُحَمَّدٍ وَلَهُ أَمَانَةٌ وَصِيَانَةٌ وَحَسَبٌ وَأَصَالَةٌ فَقَالَ وَرَقَةُ نَعَمْ إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ لَهُ مَالٌ فَقَالَتْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَالٌ فَلِي مَالٌ بِلَا حَدٍّ وَلَا حَاجَةَ لِي فِي الْمَالِ مُرَادِي الرِّجَالُ فَقَدْ وَكَّلْتُكَ يَا عَمِّي بِتَزْوِيجِي إِيَّاهُ فَرَجَعَ وَرَقَةُ بْنُ نَوْفَلٍ إِلَى دَارِ أَبِي طَالِبٍ وَعَقَدَ النِّكَاحَ وَخَطَبَ بِنَفْسِهِ خُطْبَةً بَلِيغَةً فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُرِيدُ أَنْ تَذْهَبَ مَعِي إِلَى دَارِ خَدِيجَةَ فَقَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حُبًّا وَكَرَامَةً ثُمَّ أَتَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِدَارِعَةٍ مِصْرِيَّةٍ وَعِمَامَةٍ وَأَلْبَسَهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَا إِلَى دَارِ خَدِيجَةَ وَكَانَتْ خَدِيجَةُ أَقَامَتْ مِائَةَ غُلَامٍ عَلَى يَمِينِ بَابِهَا بِيَدِ كُلِّ وَاحِدٍ طَبَقٌ مَمْلُوءٌ مِنْ دُرٍّ وَيَاقُوتٍ وَزَبَرْجَدٍ فَلَمَّا حَضَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَثَرَ الْغِلْمَانُ الْجَوَاهِرَ كُلَّهَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَارَهَا وَقَدَّمَتْ مَوَائِدَ عَلَيْهَا أَلْوَانُ الْأَطْعِمَةِ فَأَكَلَ ثُمَّ رَجَعَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى مَنْزِلِهِ فَكَلَّمَتْ خَدِيجَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَقَالَتْ يَا مُحَمَّدُ وَالْعَبِيدُ وَالطَّارِفُ وَالتَّالِدُ كُلُّهَا لَكَ فَلِذَلِكَ نَزَلَ قَوْلُهُ تَعَالَى وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى يَعْنِي عَالَ خَدِيجَةَ وَيُقَالُ إِنَّ خَدِيجَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَاشَتْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعًا وَعِشْرِينَ سَنَةً وَخَمْسَةَ أَشْهُرٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ مِنْهَا خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً قَبْلَ الْوَحْيِ وَالْبَاقِي بَعْدَ الْوَحْيِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ تَزَوَّجَهَا ابْنَ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ سَنَةً فَوَلَدَتْ مِنْهُ سَبْعَةَ أَوْلَادٍ ثَلَاثَةً ذُكُورًا الْقَاسِمَ وَالطَّاهِرَ وَالْمُطَهَّرَ كُلُّهُمْ مَاتُوا فِي الصِّغَرِ وَأَرْبَعًا إِنَاثًا فَاطِمَةَ وَزَيْنَبَ وَرُقَيَّةَ وَأُمَّ كُلْثُومٍ فَزَوَّجَ فَاطِمَةَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَزَيْنَبَ بِأَبِي الْعَاصِ بْنِ الرَّبِيعِ وَأُمَّ كُلْثُومٍ بِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَمَاتَتْ عِنْدَهُ ثُمَّ زَوَّجَهُ بِرُقَيَّةَ وَكَانَتِ الْأَنْكِحَةُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ.


“Wahai Israfil, jagalah dia dari kanannya. Wahai Mikail, jagalah dia dari kirinya. Wahai awan, naungilah dia.” Maka Allah Ta’ala menimpakan tidur kepadanya, lalu ia tidur. Kemudian Allah membawanya pada saat itu juga ke Makkah. Dan Khadijah radhiyallahu ‘anha sedang duduk di beranda, lalu ia melihat ke arah Syam dan melihatnya datang berkendara, awan di atas kepalanya menaunginya. Di sekelilingnya banyak wanita, lalu ia bertanya, “Apakah kalian mengenali pengendara yang datang itu?” Salah seorang dari mereka berkata, “Ia mirip Muhammad Al-Amin.” Khadijah radhiyallahu ‘anha berkata, “Jika benar ia adalah Muhammad Al-Amin, maka aku bebaskan kalian semua karena kedatangannya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di depan pintu rumahnya, lalu Khadijah radhiyallahu ‘anha menyambutnya, memuliakannya, dan mengagungkannya. Ia berkata, “Aku hibahkan kepadamu unta yang engkau tunggangi beserta apa yang ada di atasnya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke rumah pamannya. Beberapa hari berlalu, lalu suatu hari beliau datang ke rumah Khadijah. Khadijah radhiyallahu ‘anha berkata kepadanya, “Wahai Muhammad, bicaralah dan beritahukan kepadaku apa yang engkau inginkan.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya pamanku dan bibiku mengutusku untuk meminta upah keluarga, mereka ingin menikahkan aku.” Beliau mengatakan perkataan ini dengan malu dan menundukkan kepalanya.
Khadijah berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya upah itu sedikit dan tidak menghasilkan apa-apa. Akan tetapi, aku akan menikahkanmu dengan seorang wanita dari bangsawan Arab, yang paling baik keadaannya, paling banyak hartanya, dan raja-raja Arab dan ‘Ajam (non-Arab) menginginkannya. Ia tidak menerimanya, dan aku berusaha untuk menikahkannya denganmu. Akan tetapi, ada satu aib padanya, yaitu ia pernah memiliki suami sebelummu. Jika engkau menerimanya, maka ia adalah pelayan dan sahayamu.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari sisinya dan tidak berkata apa pun. Beliau pergi ke rumah paman dan bibinya dan berkata, “Sesungguhnya Khadijah telah menyihirku dan mengatakan kepadaku begini dan begitu.” ‘Atikah berkata, “Jika apa yang ia katakan benar, maka aku akan berselisih dengannya.” Lalu ia datang kepada Khadijah dan berkata, “Wahai Khadijah, jika engkau memiliki harta dan nasab, maka kami juga memiliki kemuliaan dan nasab. Mengapa engkau menyihir keponakanku, Muhammad?” Khadijah berdiri dan meminta maaf, seraya berkata, “Siapa yang sanggup menyihir dari keturunan kalian? Akan tetapi, aku menawarkan diriku kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ia menerimaku, aku akan menikah dengannya. Jika ia tidak menerimaku, aku tidak akan menikah dengan siapa pun sampai aku mati.”
‘Atikah berkata, “Apakah pamanmu, Waraqah bin Naufal, mengetahui perkataan ini?” Khadijah menjawab, “Tidak. Akan tetapi, katakan kepada saudaramu, Abu Thalib, untuk mengadakan jamuan makan, mengundang pamanku, Waraqah bin Naufal, memberinya minuman, dan meminangku darinya.” Maka ‘Atikah kembali dan memberitahukan saudaranya tentang perkataan Khadijah. Abu Thalib mengadakan jamuan makan, mengundang Waraqah bin Naufal dan para bangsawan Arab, dan meminang Khadijah. Waraqah berkata, “Aku terima, hanya saja aku akan bermusyawarah dengannya.” Lalu ia pergi ke rumah Khadijah dan bermusyawarah dengannya. Khadijah berkata, “Wahai pamanku, bagaimana aku menolak pinangan Muhammad, sedangkan ia memiliki amanah, penjagaan diri, kemuliaan, dan keaslian nasab?” Waraqah berkata, “Benar, hanya saja ia tidak memiliki harta.” Khadijah berkata, “Jika ia tidak memiliki harta, maka aku memiliki harta yang tak terbatas dan aku tidak membutuhkan harta. Tujuanku adalah laki-laki itu. Aku telah mewakilkan kepadamu, wahai pamanku, untuk menikahkanku dengannya.”
Maka Waraqah bin Naufal kembali ke rumah Abu Thalib dan melaksanakan akad nikah serta berkhutbah dengan khutbah yang fasih. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, “Aku ingin engkau pergi bersamaku ke rumah Khadijah.” Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Dengan senang hati dan penghormatan.” Kemudian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu datang dengan membawa baju gamis Mesir dan surban, lalu memakaikannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berdua pergi ke rumah Khadijah. Khadijah telah menyiapkan seratus budak laki-laki di sebelah kanan pintu rumahnya, di tangan masing-masing terdapat nampan yang penuh dengan mutiara, yaqut, dan zamrud. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir, para budak laki-laki itu menaburkan seluruh permata itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahnya, dan Khadijah telah menyiapkan hidangan dengan berbagai macam makanan, lalu beliau makan. Kemudian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu kembali ke rumahnya.
Lalu Khadijah radhiyallahu ‘anha berbicara dan berkata, “Wahai Muhammad, semua budak, harta baru, dan harta warisan adalah milikmu.”
“Maka karena itulah turun firman Allah Ta’ala: ‘Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.’ (Ad-Dhuha: 8) Yakni, kekurangan karena Khadijah. Dikatakan bahwa Khadijah radhiyallahu ‘anha hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama dua puluh empat tahun, lima bulan, dan delapan hari. Lima belas tahun di antaranya sebelum wahyu, dan sisanya setelah wahyu. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menikahinya berusia dua puluh lima tahun. Khadijah melahirkan tujuh orang anak dari beliau, tiga laki-laki yaitu Al-Qasim, At-Thahir, dan Al-Muthahhar, mereka semua meninggal di usia kecil. Dan empat perempuan yaitu Fatimah, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum. Rasulullah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Zainab dengan Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’, dan Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhuma, lalu Ummu Kultsum meninggal di sisi Utsman. Kemudian beliau menikahkan Utsman dengan Ruqayyah. Dan pernikahan-pernikahan itu terjadi pada hari Jumat.”

Referensi

 
هَدِيَّةُ الْأَحْيَاءِ إِلَى الْأَمْوَاتِ وَمَا يَصِلُ إِلَيْهِمْ لِلْبُخَارِيِّ ١/١٧٤ :
ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ يَأْتُونَ كُلَّ جُمُعَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقِفُونَ بِحِذَاءِ دُورِهِمْ وَبُيُوتِهِمْ فَيُنَادِي كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ بِصَوْتٍ حَزِينٍ: يَا أَهْلِي وَوُلْدِي وَأَهْلَ بَيْتِي وَقَرَابَاتِي، اعْطِفُوا عَلَيْنَا بِشَيْءٍ، رَحِمَكُمُ اللَّهُ، وَاذْكُرُونَا وَلَا تَنْسَوْنَا، وَارْحَمُوا غُرْبَتَنَا، وَقِلَّةَ حِيلَتِنَا، وَمَا نَحْنُ فِيهِ، فَإِنَّا قَدْ بَقِينَا فِي سِجْنٍ وَضَيِّقٍ، وَغَمٍّ طَوِيلٍ، وَوَهْنٍ شَدِيدٍ، فَارْحَمُونَا رَحِمَكُمُ اللَّهُ، وَلَا تَبْخَلُوا عَلَيْنَا بِدُعَاءٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ تَسْبِيحٍ، لَعَلَّ اللَّهَ يَرْحَمُنَا قَبْلَ أَنْ تَكُونُوا أَمْثَالَنَا، فَيَا حَسْرَتَاهُ وَانْدَامَاهُ يَا عِبَادَ اللَّهِ، اسْمَعُوا كَلَامَنَا، وَلَا تَنْسَوْنَا، فَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ أَنَّ هَذِهِ الْفُضُولَ الَّتِي فِي أَيْدِيكُمْ كَانَتْ فِي أَيْدِينَا، وَكُنَّا لَمْ نُنْفِقْ فِي طَاعَةِ اللَّهِ، وَمَنَعْنَاهَا عَنِ الْحَقِّ فَصَارَ وَبَالًا عَلَيْنَا وَمَنْفَعَتُهُ لِغَيْرِنَا وَالْحِسَابُ عَلَيْنَا .


Hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang yang mati dan apa yang sampai kepada mereka (diriwayatkan) oleh Bukhari 1/174:
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ruh-ruh orang mukmin datang setiap malam Jumat ke langit dunia, lalu mereka berdiri di dekat rumah-rumah dan tempat tinggal mereka. Kemudian setiap satu dari mereka memanggil dengan suara sedih: ‘Wahai keluargaku, anak-anakku, ahli baitku, dan kerabatku, berilah kami sesuatu, semoga Allah merahmati kalian. Ingatlah kami dan jangan lupakan kami, kasihanilah keterasingan kami dan sedikitnya daya upaya kami serta keadaan kami. Sesungguhnya kami telah tinggal di penjara dan kesempitan, serta kesedihan yang panjang dan kelemahan yang parah. Maka kasihanilah kami, semoga Allah merahmati kalian. Janganlah kalian kikir kepada kami dengan doa, sedekah, atau tasbih, semoga Allah merahmati kami sebelum kalian menjadi seperti kami. Maka alangkah menyesalnya dan alangkah ruginya kami! Wahai hamba-hamba Allah, dengarkanlah perkataan kami dan janganlah kalian melupakan kami. Sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kelebihan harta yang ada di tangan kalian dahulu ada di tangan kami, dan kami tidak menginfakkannya dalam ketaatan kepada Allah, dan kami menahannya dari kebenaran, maka ia menjadi bencana atas kami dan manfaatnya untuk orang lain, sedangkan hisabnya (perhitungannya) atas kami.'”


البجيرمي على الخطيب ٢/٣٠١
قوله: (ويندب الزيارة القبور) فرع: روح المؤمن لها ارتباط بقبره لا تفارقه أبداً، لكنها أشد ارتباطاً به من عصر الخميس إلى شمس السبت؛ ولذلك اعتاد الناس الزيارة يوم الجمعة وفي عصر يوم الخميس وأما زيارته – صلى الله عليه وسلم – لشهداء أحد يوم السبت فلقضاء يوم الجمعة عما يطلب فيه من الأعمال مع بعدهم عن المدينة. اهـ. ق ل على المحلي وقال – صلى الله عليه وسلم -: “إن أرواح المؤمنين يأتون في كل ليلة إلى سماء الدنيا ويقفون بحذاء بيوتهم وينادي كل واحد بصوت حزين ألف مرة يا أهلي وأقاربي وولدي يا من سكنوا بيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا أموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويفكرنا في غربتنا ونحن في سجن طويل وحضن شديد؟ فارحمونا يرحمكم الله ولا تبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا يا عباد الله إن الفضل الذي في أيديكم كان في أيدينا وكنا لا ننفق منه في سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا؛ فإن لم تنصرف أي الأرواح بشيء فينصرفون بالحسرة والحرمان”. اهـ من الجامع الكبير


Al-Bujairami ‘ala al-Khatib 2/301
Perkataannya: (Disunnahkan menziarahi kubur) Cabang: Ruh seorang mukmin memiliki keterikatan dengan kuburnya yang tidak pernah berpisah selamanya, akan tetapi keterikatannya lebih kuat dari waktu Ashar hari Kamis hingga terbit matahari hari Sabtu; oleh karena itu orang-orang terbiasa berziarah pada hari Jumat dan pada waktu Ashar hari Kamis. Adapun ziarah beliau – shallallahu ‘alaihi wa sallam – kepada syuhada Uhud pada hari Sabtu adalah untuk mengqadha’ (mengganti) amalan hari Jumat yang diminta untuk dikerjakan meskipun mereka jauh dari Madinah. Selesai. Q.L. mengutip dari Al-Mahalli dan bersabda – shallallahu ‘alaihi wa sallam -: “Sesungguhnya ruh-ruh orang mukmin datang pada setiap malam ke langit dunia dan mereka berdiri di dekat rumah-rumah mereka. Kemudian setiap satu dari mereka memanggil dengan suara sedih seribu kali: ‘Wahai keluargaku, kerabatku, dan anak-anakku, wahai orang-orang yang mendiami rumah-rumah kami, mengenakan pakaian kami, dan membagi-bagi harta kami, adakah di antara kalian yang mengingat kami dan memikirkan keterasingan kami, padahal kami berada di penjara yang panjang dan pelukan yang sempit? Kasihanilah kami, semoga Allah mengasihi kalian. Janganlah kalian kikir kepada kami sebelum kalian menjadi seperti kami, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya kelebihan harta yang ada di tangan kalian dahulu ada di tangan kami, dan kami tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka perhitungannya dan akibat buruknya menimpa kami, sedangkan manfaatnya untuk orang lain; maka jika ruh-ruh itu tidak kembali dengan sesuatu (pahala), maka mereka kembali dengan penyesalan dan kerugian.'” Selesai dari Al-Jami’ Al-Kabir.


غاية تلخيص المراد بهامش بغية المسترشدين ص : ٢٠٦ دار الفكر
(مسألة) إذا سأل رجل آخر هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو النقلة فلا يحتاج إلى جواب لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر المنجم زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا كذا، والمؤثر هو الله عز وجل. فهذا عندي لا بأس فيه وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات. وأفتى الزملكاني بالتحريم مطلقا وأفتى ابن الصلاح بتحريم الضرب بالرمل والحصى ونحوها قال حسين الأهدل وما يوجد من التعاليق في الكتب من ذلك فمن خرافات بعض المنجمين والمتخذلقين وترهاتهم لا يحل اعتقاد ذلك وهو من الاستقسام بالأزلام ومن جملة الطيرة المنهى عنها وقد نهى عنه علي وابن عباس رضي الله عنهما.


Tujuan: Ringkasan dari maksud catatan kaki kitab Bughyatul Mustarsyidin hal. 206 Darul Fikr
(Masalah) Jika seseorang bertanya kepada orang lain, “Apakah malam ini atau hari ini baik untuk akad nikah atau pindah rumah?”, maka tidak perlu dijawab, karena syariat melarang meyakini hal itu, dan ahli nujum dicela dengan celaan yang keras, maka tidak ada nilai bagi orang yang melakukannya. Ibnu Al-Farqah meriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa jika ahli nujum mengatakan dan meyakini bahwa tidak ada yang memberi pengaruh kecuali Allah, tetapi Allah telah menetapkan kebiasaan bahwa akan terjadi demikian demikian, dan Yang Maha Memberi Pengaruh adalah Allah Azza wa Jalla. Maka menurutku ini tidak mengapa. Dan di mana ada celaan, maka itu ditujukan kepada orang yang meyakini pengaruh bintang-bintang dan makhluk lainnya. Az-Zarkasyi memberi fatwa haram secara mutlak, dan Ibnu Ash-Shalah memberi fatwa haram terhadap praktik meramal dengan pasir, kerikil, dan sejenisnya. Husain Al-Ahdal berkata, “Dan apa yang terdapat dalam catatan-catatan di kitab-kitab dari hal itu, maka itu termasuk khurafat sebagian ahli nujum dan orang-orang yang sok tahu serta omong kosong mereka. Tidak halal meyakini hal itu, dan itu termasuk istiqsam bil azlam (mengundi nasib dengan anak panah). Dan termasuk bagian dari thiyarah (merasa bernasib sial karena sesuatu) yang dilarang, dan Ali serta Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma telah melarangnya.” Wallahu a’lam bishawab