HUKUM ALIH FUNGSI WAKAF UANG MENJADI BARANG YANG BERBEDA DALAM SATU TUJUAN
Masjid adalah baitullah yang dibangun sebagai sarana untuk ibadah shalat baca al-Qur’an zikir dll, maka seseorang yang bergerak membangun dan mewakafkan sebagian hartanya untuk pembangunanan Masjid tiadalah balasan kecuali Allah akan bangunkan baginya rumah disurga.
Di suatu daerah pedesaan dibangun Masjid At-Taqwa yang mana diperkirakan oleh para panitia dan juga Nadzir ( pengelola wakaf ) pembangunannya tersebut akan menelan biasanya 900 juta, maka dalam upaya untuk menyelesaikan pembangunan tersebut panitia menggalang sumbangan dana dari masyarakat setempat yang diantara mereka ada yang mendonasikan ( menyumbang ) uang agar dibelikan keramik ada semen dll.
Pertanyaan
Bolehkah sumbangan uang untuk keramik masjid tersebut dirubah kepada semen mengingat semen dibutuhkan terlebih dahulu?
Waalaikum salam .
Jawaban
Pertama yang perlu dipahami adalah hukum Wakaf uang dalam hal ini ulama berbeda pandang dikalang madzhab syafi’ie.
🅰️Pendapat pertama menyatakan bahwa wakaf uang (waqf an-nuqud) secara mutlak tidak diperbolehkan.
الفتاوى الهندية، بيروت-دار الفكر، ج، ٢، ص. ٣٦٢
وَأَمَّا وَقْفُ مَا لَا يُنْتَفَعُ بِهِ إلَّا بِالْإِتْلَافِ كَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمَأْكُولِ وَالْمَشْرُوبِ فَغَيْرُ جَائِزٍ فِي قَوْلِ عَامَّةِ الْفُقَهَاءِ ، وَالْمُرَادُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ الدَّرَاهِمُ وَالدَّنَانِيرُ وَمَا لَيْسَ بِحُلِيٍّ -الشيخ نظام وجماعة من علماء الهند،
“Adapun wakaf sesuatu yang tidak bisa diambil manfaatnya kecuali dengan melenyapkannya seperti emas, perak, makanan, dan minuman maka tidak boleh menurut mayoritas fuqaha. Yang dimaksud dengan emas dan perak adalah dinar dan dirham dan yang bukan dijadikan perhiasan”. (Syaikh Nizham dan para ulama India, al-Fatawa al-Hindiyah, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 2, h. 362)
🅱️ Pendapat kedua menyatakan bahwa wakaf uang diperbolehkan. Hal ini sebagaimana pandangan Ibnu Syihab az-Zuhri yang memperbolehkan wakaf dinar sebagaimana dikutip al-Bukhari.
رسالة فى جواز وفق النقود،ابو سعود محمد بن محمد مصطفى العمادي الأفندي الحنفي، بيروت-دار ابن حزم، الطبعة الأولى، ١٤١٧هـ/١٩٩٧م، ص. ٢٠-٢١)
وَقَدْ نُسِبَ الْقَوْلُ بِصِحَّةِ وَقْفِ الدَّنَانِيرِ إِلَى إبْنِ شِهَابٍ الزُّهْرِيِّ فِيمَا نَقَلَهُ الْإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ إِسَمَاعِيلَ البُخَارِيُّ فِى صَحِيحِهِ حَيْثُ قَالَ: قَالَ الزُّهْرِيُّ: فِيْمَنْ جَعَلَ أَلْفَ دِينَارٍ فِى سَبِيلِ اللهِ وَدَفَعَهَا إِلَى غُلَامٍ لَهُ تَاجِرٍ فَيَتَّجِرُ وَجَعَلَ رِبْحَهُ صَدَقَةً لِلْمَسَاكِينِ وَالْأَقْرَبِينَ وَهَلْ لِلرَّجُلِ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ رِبْحِ تِلْكَ الْأَلَفِ وَاِنْ لَمْ يَكُنْ جَعَلَ رِبْحَهَا صَدَقَةً لِلْمَسَاكِينِ قَالَ لَيْسَ لَهُ اَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا-
“Telah dinisbatkan pendapat yang mensahkan wakaf dinar kepada Ibnu Syihab az-Zuhri dalam riwayat yang telah dikutip Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari dalam kitab Shahihnya. Ia berkata, Ibnu Syihab az-Zuhri berkata mengenai seseorang yang menjadikan seribu dinar di jalan Allah (mewakafkan). Ia pun memberikan uang tersebut kepada budak laki-lakinya yang menjadi pedagang. Maka si budak pun mengelola uang tersebut untuk berdagang dan menjadikan keuntungannya sebagai sedekah kepada orang-orang miskin dan kerabat dekatnya. Lantas, apakah lelaki tersebut boleh memakan dari keuntungan seribu dinar tersebut jika ia tidak menjadikan keuntungannya sebagai sedekah kepada orang-orang miksin? Ibnu Syihab az-Zuhri berkata, ia tidak boleh memakan keuntungan dari seribu dinar tersebut” (Abu Su’ud Muhammad bin Muhammad Mushthafa al-‘Imadi al-Afandi al-Hanafi, Risalah fi Jawazi Waqf an-Nuqud, Bairut-Dar Ibn Hazm, cet ke-1, 1417 H/1997 M, h. 20-21).
Adapun cara kebolehan uang tunai bisa diwakafkan adalah bahwa hendaknya uang ditempatkan selayaknya, ain atau barang yang bisa disewakan.
Khilaf ini, sebagaimana telah disinngung oleh Iman Abu Ishaq az-Zirazi dalam kitabnya ,
إختلف أصحابنا فى الد راهيم والدنانير فإن أجاز إجارتها أجاز وقفها ومن لم يجز إجارتها لم يجز وقفها
Para Ash-Habus-Syafi’iy berbeda pendapat tentang dinar dan dirham, apabila keduanya bisa disewakan maka boleh dan sah diwakafkan, sebaliknya apabila keduanya tidak bisa disewakan maka tidak boleh dan tidak sah untuk diwakafkan. ( Abu Ishaq Az-Zirazi: Al-Muhadzzab fiy Fiqhil Imam As-Syafi’i Bairud : juz : 2: hal : 323)
Berdasar hal ini, maka uang ditempatkan posisinya layaknya perhiasan atau ( huliyyin ) yang bisa diambil manfaatnya untuk dijadikan hiasan sehingga Usulnya bisa ditahbis ( ditahan ).
Dengan demikian uang yang diwakafkan agar dibelikan keramik kemudian dialihkan ke semen atau yang lainnya sehingga menjadi bertahan dengan tujuan kemaslahatan yang kembali kepada Wakaf ( masjid ) maka hukumnya boleh . Ini berdasarkan sebuah kaidah :
الوسائل حكم المقاصد
Pelantara/ media menjadi hukum sebagima tujuan.artinya kerena niatan dan tujuan wakif adalah wakaf untuk masjid.
روضة الطالبين وعمدة المفتين ـ (ج ٥ / ص ٣٦١)
لا يجوز تغيير الوقف عن هيئته، فلا تجعل الدار بستانا، ولا حماما، ولا بالعكس، إلا إذا جعل الواقف إلى الناظر ما يرى فيه مصلحة للوقف، وفي فتاوى القفال : أنه يجوز أن يجعل حانوت القصارين للخبازين، فكأنه احتمل تغيير النوع دون الجنس.
نهاية المحتاج ـ (ج ٦ / ص ٣٩٦)
ولأهل الوقف المهايأة لا قسمته ولو إفرازا ولا تغييره كجعل البستان دارا وعكسه ما لم يشرط الواقف العمل بالمصلحة فيجوز تغييره بحسبها، قال السبكي : والذي أراه تغييره في غيره ولكن بثلاثة شروط : أن يكون يسيرا لا يغير مسماه، وأن لا يزيل شيئا من عينه بل ينقله من جانب إلى آخر، وأن يكون مصلحة وقف.
حاشية القليوبي ـ (ج ٣ / ص ١٠٨)
تنبيه : لا يجوز تغيير شئ من عين الوقف و لو لارفع منها فان شرط الواقف العمل بالمصلحة اتبع شرطه، و قال السبكي يجوز تغيير الوقف بشروط ثلاثة ان لا يغير مسماه، و ان يكون مصلحة له كزيادة ريعه، و ان لا تزال عبنه فلا يضر نقلها من جانب الى اخر .والله أعلم بالصواب .