![](https://i0.wp.com/ikaba.id/wp-content/uploads/2023/12/Screenshot_20231201-133809_Gallery.jpg?resize=720%2C355&ssl=1)
Assalamualaikum ustadz dan ustadzah🙏🏽
Izin untuk bertanya perihal wajibnya menjawab salam
RUMUSAN MASALAH.
Saya mempunyai kenalan orang kristen tapi dia sangat toleransi banget sampai dia ” ngontrak bareng, pada suatu hari dia mengucapkan salam sebelum masuk ke kontrakan.
pernyataannya:
- Bagaimana terkait salam tersebut apakah dijawab apakah tidak.?
- Dan apabila dijawab apakah saya ada dampak apa bagaimana.? Mohon bantuan jawan para Kiyai ustadz dan ustadzah🙏🏽
Waalaikum salam
Inilah jawaban no.1 berasarkan QS. Surah an-Nisaa’Ayat 85 – 87 dan juga hadits serta pendapat para ulama’ secara rinci atau detail sebagaimana saya kutip dari Tafsir munir Az-Zuhailiy .Jili 3: halaman 183-190
SYAFAAT YANG BAIK, MEMBALAS SALAM DAN MENEGASKAN KEJADIAN HARI KEBANGKITAN DAN JUGA MEMPERTEGAS AJARAN TAUHID .
Surah an-Nisaa’Ayat 85 – 87
من يشفع شفاعة حسنة يكن له نصيب منها ومن يشفع شفاعة يكن له كفل منها وكان الله على كل شيئ حسيبا (٧٥) وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها ، إن الله كان علي كل شيئ حسيبا (٧٦) الله لاإله إلا هو ليجمعنكم إلى يوم القيامة لا يباع فيه، ومن أحدث من الله حديثا (٨٧)
Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Dan apabiln kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (an-Nisad: ayat :8 5- 87)
🔅 Qiraa’aat
Kata ( أصدق) oleh Hamzah dan al-Kisa’i dibaca dengan cara meng-isymam-kan huruf shad kepada suara za. l’raab Huruf lam dalam kalimat { ليجمعنكم } merupakan lam untuk membuka sumpah. Lafal { الله} berada pada posisi mubtada’.Sedangkan kalimat { لاإله إلاهو} menjadi khabar. Kalimat { ليجمعنكم }merupakan sumpah. Setiap huruf laam yang disusul dengan nunnya yang di tasydiid maka ia merupakan laam qasam.
🔅 MufradatuI Lughawiyyah
Maksud { من يشفع } adalah orang yang menjadi penolong. Arti dari { نصيب } adalah bagian dari pahala. Maksud dari ( كفل ) adalah bagian dosa yang dibebankan. Arti { مقيتا } adalah mengawasi dan menilai, kemudian membalas sesuai dengan amal perbuatan. Arti { تحية } pada asalnya adalah mendoakan supaya hidup. Kemudian menjadi ucapan selamat baik pada waktu pagi atau sore. Sementara itu, dalam syari’at Islam ucapan selamat yang di-masyru’kan adalah ‘assalaamu’alaikumi. Arti { حسيبا } adalah mengawasi dan menghitung amal, lalu membalasnya. Maksud dari { لاريب فيه } adalah tidak ada keraguan di dalamnya. Maksud dari ( ومن أصدق من الله حديثا ) adalah tidak ada seorang pun yang lebih benar ucapannya selain Allah.
🔅 Keserasian Antar Ayat
Setelah Allah memerintahkan kaum Mukminin untuk berjihad, di sini Allah menerangkan bahwa jika kaum Mukminin benar-benar mau taat kepadamu [wahai Muhammad), mereka akan mendapatkan kebaikan yang besar, dan kamu juga akan mendapatkan bagian dari kebaikan itu, karena kamu telah bersungguhsungguh mendorong mereka untuk berjihad. Mujahid berkata, ‘Ayat ini turun berkenaan dengan pertolongan yang diberikan oleh satu orang ke yang lain.”
🔅 Tafsir dan Penjelasan
Barangsiapa melakukan sesuatu, kemudian timbul konsekuensi- konsekuensi positif, orang tersebut akan mendapatkan pahala kebaikan dari konsekuensi-konsekuensi positif tersebut. Umpamanya orang yang berjuang menegakkan kebenaran dan membasmi kebatilan, dia akan mendapat pahala di dunia seperti kehormatan dan harta dan juga mendapat pahala di akhirat. Barangsiapa melakukan perbuatan jeleh dia akan mendapat dosa akibat perbuatan dan niatnya tersebut. Hal ini sebagaimana yang diterangkan dalam hadits shahih,
إشفعوا- أى فى الخير – تؤجروا ويقضي الله على لسان نبيه ماشاء
“Berilah bantuan dalam kebaikan, maka kamu akan mendapat pahala, dan Allah akan menetapkan dengan lisan Nabi-Nya apa yang Dia kehendaki.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasa’i, ad-Darimi dari Abu Musa)
Syafaat ada dua macam, yaitu syafaat yang baik dan syafaat yang buruk. Syafaat yang baik adalah satu bentuk pertolongan yang memerhatikan hak-hak seorang Muslim, yaitu dengan cara melindunginya dari mara bahaya atau mengusahakan kebaikan untuknya. Semua ini dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT. Pertolongan ini dilakukan bukan karena sogokan (risywah) dan harus berada dalam koridor yang dibenarkan oleh agama. Tidak boleh menolong orang untuk meringankan hukuman hadd atalu yang mengakibatkan hak orang lain dilanggar. Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan syafa’at yang baik adalah berdoa untuk kebaikan saudaranya yang Muslim, karena yang demikian termasuk bentuk menolong seseorang karena Allah. Nabi Muhammad saw.bersabda,
من دعالأخيه المسلم بظهر الغيب أستجيب له وقال له الملك ولك مثل ذلك
“Barang siapa secara diam-diam mendoakan saudaranya Muslim, maka doanya akan dikabulkan oleh Allah. Dan Malaikat pun berkata,’kamu juga mendapatkan bagian seperti yang diberikan kepada orang yang kamu doakan.”‘(HR Muslim dan Abu Dawud dari Abu Darda).
Adapun mendoakan saudara Muslim supaya mendapat musibah atau kecelakaan tidak dibenarkan dan berdosa. Yang dimaksud dengan syafa’at yang buruk adalah kebalikan syafa’at yang baik Yang banyak berlaku sekarang adalah perantara, syafa’at atau saling menolong dalam masalah kejelekan seperti menyogok dengan harta kekayaan supaya dibantu dalam usaha merampas hak orang lain atau menguasai harta orang lain. Imam Masruq pernah membatu seseorang, kemudian orang tersebut memberi hadiah seorang budak perempuan kepadanya namun Imam Masruq marah dan mengembalikan hadiah tersebut, dia pun berkata, “Kalau kamu tahu apa yang ada di hatimu maka kamu tidak akan [ mampu ]mengatakan hajatmu, dan saya juga tidak (sanggup) mengungkapkan yang lebih dari itu.”³⁸
Maksud kata { مقيتا} pada ayat { وكان الله على كل شيء مقيتا } adalah Yang Menjaga dan Yang Menjadi Saksi. Ada jugayangmengatakan bahwa artinya adalah Yang Berkuasa atau Yang Mengganjar. Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati orangorang yang memberi pertolongan. Dia akan memberi pahala kepada setiap orang sesuai dengan niatnya, berkuasa memberi pahala yang setimpal karena dalam sunnatullah pahala selalu dikaitkan dengan amal perbuatan. Kemudian Allah SWT mengajarkan cara memberi salam ltahiyyah) dan adab-adabnya. Fungsi memberi salam adalah sama dengan memberi pertolongan dalam kebaikan (syafaa’ah hasanah), yaitu dapat mempererat hubungan di antara manusia. Dan syafaa’ah hasanah juga dianggap sebagai tahiyyah [penghormatan]. Arti asal < التحية> adalah mendoakan semoga diberi kehidupan. Adapun arti { التحيات لله } adalah kata- kata yang menunjukkan kepada keagungan, kemuliaan dan kehebatan. Sedangkan yang dimaksud dengan { التحية } pada ayat ini adalah mengucapkan salam. Dalilnya adalah firman Allah SWT “Dan apabila mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukm u.” (al-Muiaadilah: 8)
Apabila ada seorang Muslim mengucapkan salam kepadamu,hendaklah kamu menjawabnya dengan jawaban yang lebih baik atau yang sepadan. Memberi jawaban yang sepadan adalah wajib, adapun menambah jawaban dengan yang lebih baik adalah sunah.” Apabila seseorang berkata kepadamu, ‘السلام عليكم “, hendaklah kamu menjawab, “وعليكم السلام ” atau “وعليكم السلام ورحمة “. Dan apabila ditambah lagi sehingga menjadi ” وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته “adalah lebih baik. Setiap satu kalimat dicatat sebagai sepuluh amal kebajikan. Yang terbaik adalah membalas salam dengan muka yang ceria, gembira, dan penuh suka cita. Ibnu farir meriwayatkan dari Salman alFarisi yang menceritakan bahwa ada seorang Iaki-laki datang menghadap Rasul. Orang itu berkata,’ السلام عليكم يارسول الله “.Nabi menjawab,” وعليكم السلام ورحمة الله .” Kemudian datang orang lain dan berkata,’ السلام عليكم يارسول الله ورحمة الله “. Nabi menjawab,” وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.” Kemudian datang lagi seorang yang lain dan dia berkata,’ السلام عليك يارسول الله وبركاته ” Nabi menjawab, ‘ وعليك (dan kamu juga mendapatkan sama seperti yang kamu ucapkan. Kemudian orang yang datang terakhir itu bertanya kepada Nabi, ‘Wahai Nabi Allah. Sebelum ini datang dua orang yang mengucapkan salam kepadamu, dan kamu membalas salamnya dengan balasan yang lebih banyak dari apa yang mereka ucapkan,sedangkan kepadaku, kamu tidak menjawab lebih dari yang aku ucapkan.” Nabi menjawab, “Kamu tidak menyisakan lagi (kata-kata salam) untukku. Allah SWT berfirman, Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih bail<, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya.” (an-Nisaa’: 86)
Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu, sehingga Dia akan memberi pahala atas setiap ucapan salam dan perbuatan- perbuatan baik lainnya. Ini merupakan penegasan dan anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan wajibnya menjawab salam. Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
والذي نفسي بيده لاتدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولاتؤمنوا حتى تحابوا أفلا أدلكم على أمر إذا فعلتمواه تحاببتم أفشوا السلام بينكم
“Demi Zat yang diriku b erada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian salingkasih mengasihi. Tidak inginkah kalian saya beritahu tentang perkara yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mengasihi: Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HRAbu Dawud).
Kemudian Allah menerangkan bahwa mereka akan mendapatkan pahala atas tahiyyah, jihad, amal-amal kebajikan dan pertolongan [syafa’at) yang mereka lakukan. Allah juga menegaskan bahwa manusia nantinya akan kembali kepada Allah SWT Ditegaskan pula bahwa hari kebangkitan dan pembalasan amal di akhirat adalah perkara yang pasti terjadi.
Ayat ini menegaskan dua dasar penting dalam agama yaitu pertama, menetapkan ajaran tauhid; keesaan Allah yang merupakan Tuhan semua makhluk di jagad raya, yaitu dalam firman-Nya,( الله لاإله إلا هو). Kedua, menetapkan bahwa hari kebangkitan dan hari pembalasan di akhirat pasti terjadi, yaitu dalam firman Allah { ليجمعنكم إلى يوم القيامة لاريب فيه} , maksudnya ³⁹ adalah Allah akan mengumpulkan orang- orang terdahulu dan orang-orang setelahnya yang telah mati, kemudian membangkitkan mereka semua di satu padang yang luas, kemudian Allah akan membalas semua amal yang mereka lakukan. Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang ragu tentang terjadinya hari kebangkitan.
Adapun maksud firman Allah SWT ; { ومن أصدق من الله حديثا } adalah tidak ada pembicaraan,informasi, janji dan ancaman yang lebih benar selain pembicaraan, informasi, janji, dan ancaman Allah SWT. Tidak ada Tuhan selain Allah. Semua kalam Allah berdasarkan kepada ilmu-Nya yang Mahaluas melingkupi semua alam raya, sebagaimana ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an, “Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa.” (Thaahaa:52)
🔅 Fiqih Kehidupan atau Hukum-hukum
Rangkaian ayat di atas mengandung beberapa ajaran tentang hukum dan akhlak.
1.Dibolehkannya menolong dalam masalah kebaikan dan kebenaran (as-Syafaa’ah al-hasanah), tidak dikotori dengan praktik risywah. Sedangkan menolong dalam masalah kejelekan, kebatilan, permusuhan, dosa atau menolong untuk membatalkan hukuman hadd atau yang menyebabkan hak-hak orang lain teraniaya, atau pertolongan yang dikotori dengan praktik risywah, yang semuanya itu diistilahkan dengan asy-syafaa’ah as-sayyi’ah adalah haram hukumnya. Yang dimaksud dengan kebaikan [al- hasanah) adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan diakui oleh syara’ seperti perilaku kebajikan dan ketaatan. Adapun waktu itu manusia bangkit (yaquumuuna) dari kuburnya, sebagaimana firman Allah, “(yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat.” (al-Ma’aarii: 43) kejelekan (as-sayyi’ah) adalah semua perkara yang tidak disukai dan diharamkan oleh syara’ seperti kemaksiatan.
2.Mendorong dan menganjurkan supaya menghormati dan memberi salam kepada orang yang sudah dikenal maupun kepada yang belum dikenal. An-Nakha’i berkata, “Mengucapkan salam adalah sunah, sedangkan menjawabnya adalah wajib’ ) Jika bentuk jawaban salam lebih baik dari bentuk salam yang diucapkan, pahala jawaban itu akan lebih besar.Ucapan salam saja mendapatkan pahala sepuluh kebajikan. fika ditambah dengan permohonan rahmat dari Allah, menjadi dua puluh kebajikan, dan jika ditambah lagi dengan permohonan berkah kepada Allah, pahalanya berlipat menjadi tiga puluh kebajikan sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari Imran bin Hushain. Ibnu Abbas juga berkata, “Menjawab salam adalah wajib. Apabila ada seseorang melewati sekumpulan kaum Muslimin, kemudian dia memberi salam kepada mereka, namun mereka tidak mau menjawabnya, maka ruh alquds (ruh yang suci) akan dicabut dari diri mereka, dan yang meniawab salam orang tersebut adalah malaikat. Ibnu farir menceritakan dari lbnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,
من أسلم عليك من خلق الله فاردد عليه وإن كان مجوسيا لقول الله، وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها إن الله كان علي كل شيئ حسيبا
“Barangsiapa saja makhluk Allah yang mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah salamnya, meskipun dia adalah orang majusi, karena Allah SWT berfirman,”Dan apabila kamu dihormati dengan suatu(salam)penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya.” (an-Nisaa’: 36) (HR Ibnu farir) .Barangsiapa mengucapkan salam kepada musuhnya, dia telah melindungi dirinya sendiri.Orang yang baru datang dan orang yang naik tunggangan disunahkan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan. Orang yang berjalan disunahkan mengucapkan salam kepada orang yang duduk. Kumpulan yang sedikit disunahkan mengucapkan salam kepada kumpulan yang lebih banyak jumlahnya. Orang yang lebih muda disunahkan mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua, karena orang tua harus dihormati. Seorang lakilaki tidak dibenarkan mengucapkan salam kepada perempuan yang bukan mahramnya. Seorang laki-laki dibenarkan mengucapkan salam kepada istrinya. Dalam kitab ash-Shahihqin disebutkan bahwa Rasul bersabda,
يسلم الراكب على الماشى والماشى على الراكب والقليل على الكثير
“Orang yang naik, kendaraan hendaklah memberi salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan kaki hendaklah memberi salam kepada orang yang duduk, kelompok yang sedikit hendaklah memberi salam kepada kelompok yang banyak.” (HR.Bukhari dan Muslim) Diriwayatkan juga bahwa Nabi Muhammad saw pernah melewati anakanak kecil dan beliau mengucapkan salam kepada mereka. At-Tirmidzi menceritakan bahwa Rasulullah saw. melewati seorang perempuan dan beliau mengisyaratkan tangannya sebagai tanda salam. Dalam kitab ash-Shahihain disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
إن أفضل الإسلام وخيره إطعام الطعام وأن تقرء السلام على من عرفت ومن لم تعرف.
“Islam yang paling utama dan paling baik adalah memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan kepada orang yang tidak kamu kenal”. (HR Bukhari dan Muslim) Al-Hakim menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
أفشوا السلام تسلموا
“Sebarkanlah salam maka kalian selamat.” (HR al-Hakim) akan tetapi Madzhab Maliki membolehkan mengucapkan salam kepada kaum perempuan kecuali kepada perempuan yang masih muda karena takut timbul godaan untuk berbincang dengannya dengan dorongan setan dan juga pandangan yang diikuti hawa nafsu. Madzhab hanafi tidak membolehkan mengucapkan salam kepada kaum perempuan jika memang mereka bukan mahram. Mereka berkata, “jika perempuan tidak diperintahkan azan, iqamah, membaca Al-Qur’an dengan suara keras sewaktu shalag maka mereka juga tidak wajib menjawab salam, dan mereka juga tidak boleh diberi salam.” Pendapat yang tepat adalah pendapat madzhab Maliki karena ada dalil yang kuat dalam kitab .Shahlh Bukhari yang menyatakan bahwa para sahabat mengucapkan salam kepada perempuan-perempuan tua semasa di Madinah.
As-Suyuthi menerangkan bahwa dalam sunnah disebutkan tidak wajib menjawab salam yang diucapkan oleh orang-orang kafir ahli bid’ah, orang fasik, orang yang sedang buang air, orang yang ada di dalam kamar mandi dan orang yang sedang makan. Hukum menjawab salam tersebut adalah makruh kecuali kepada orang yang sedang makan. Cara yang dibolehkan untuk menjawab salam orang kafir adalah dengan mengucapkan, “وعليكم .” Nabi Muhammad saw. bersabda,’ Apabila Ahlul Kitab memberi salam kepadamu maka jawablah,’وعليكم “‘ Maksudnya adalah ”dan semoga kamu juga mendapatkan sama seperti yang telah kamu ucapkan‘. Hal ini karena salam yang diucapkan Ahlul Kitab adalah “as-saamu ‘alaikum.” yang berarti semoga kematian menghampirimu. Dalam suatu riwayat disebutkan, ‘Janganlah kamu memulai memberi salam kepada orang Yahudi. Jika dia mulai memberi salam, maka jawablah, وعليك! Ini adalah pendapat Mayoritas ulama. Ucapan salam juga tidak wajib dibalas apabila diucapkan sewaktu khutbah, membaca Al-Qur’an dengan keras, meriwayatkan hadits, sedang belajaq, adzan dan iqamah. Begitu juga tidak boleh mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat. Apabila orang yang sedang shalat diberi ucapan salam, dia boleh memilih: membalas salam itu dengan isyarat jarinya atau menunggu hingga selesai shalat kemudian baru membalas ucapan salam tersebut.
Abu Yusuf berkata, “Tidak boleh mengucapkan salam kepda orang yang sedang main dadu dan catur begitu juga kepada penyanyi, orang yang sedang buang air, orang yang telanjang tanpa uzur baik di dalam kamar mandi atau di tempat lainnya.”⁴⁰
Ath-Thahawi berkata, “Disunahkan membalas salam dalam keadaan suci, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bertayamum dulu sebelum menjawab salam.” Abu Hanifah berkata, “Menjawab salam tidak boleh dengan suara yang sangat keras.” Hasan al-Bashri membolehkan seorang Mukmin mengucapkan salam kepada orang kafir dengan berkata, وعليكم السلام.” Namun tidak boleh menambah, “ورحمة الله.” karena yang demikian berarti memintakan ampun kepada Allah untuk dosa-dosa mereka. Asy-Sya’bi pernah menjawab salam orang Nasrani dengan berkata, “وعليكم السلام ورحمة الله .” Kemudian dia ditanya mengenai penggunaan kata ” ورحمة الله “, dia menjawab, “Bukankah dengan rahmat Allah mereka bisa hidup?” Sebagian ulama membuat keringanan hukum dalam masalah salam, yaitu boleh memulai mengucapkan salam kepada ahli adz-Dzimmah jika memang keadaan menuntut sikap seperti itu. Diriwayatkan bahwa an-Nakha’i mempunyai pendapat yang seperti itu.
تفسير المنير الزحيلي ص ١٥٤٤
ثم علّم الله الناس التحية وآدابها، وهي كالشفاعة الحسنة من أسباب التواصل والتقارب بين الناس، وعدت من التحية. وأصل التحية: الدعاء بالحياة، والتحيات لله: أي الألفاظ التي تدل على الملك، ويكنى بها عنه لله تعالى، والصحيح أن التحية هاهنا: السلام، لقوله تعالى: {وَإِذا جاؤُكَ حَيَّوْكَ بِما لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللهُ} [المجادلة ٨/ ٥٨].
فإذا سلم عليكم المسلم فالواجب الرد عليه بأفضل مما سلم، أو الرد عليه بمثل ما سلم، فالزيادة مندوبة، والمماثلة مفروضة. فإذا قال الشخص: السلام عليكم، أجاب المسلّم عليه إما بقوله: وعليكم السلام، أو وعليكم السلام ورحمة الله، وإذا زاد: «وبركاته» كان أفضل، وفي كل كلمة عشر حسنات. والأولى أن يكون الرد ببشاشة وسرور وحسن استقبال.
روى ابن جرير عن سلمان الفارسي قال: جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم، فقال السلام عليك يا رسول الله، فقال: «وعليك السلام ورحمة الله» ثم جاء آخر فقال: السلام عليك يا رسول الله ورحمة الله، فقال له رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: «وعليك
السلام ورحمة الله وبركاته» ثم جاء آخر فقال: السلام عليك يا رسول الله ورحمة الله وبركاته، فقال له: «وعليك» فقال له الرجل: يا نبي الله، بأبي أنت وأمي، أتاك فلان وفلان، فسلما عليك، فرددت عليهما أكثر مما رددت علي، فقال: «إنك لم تدع لنا شيئا» قال الله تعالى: {وَإِذا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ، فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْها أَوْ رُدُّوها} فرددناها عليك».
{إِنَّ اللهَ كانَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً} أي يحاسبكم على كل شيء من التحية وغيرها، وهذا تأكيد لإشاعة السلام ووجوب رد التحية على من سلّم.
روى أبو داود عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: «والذي نفسي بيده لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أفلا أدلكم على أمر إذا فعلتموه تحاببتم: أفشوا السلام بينكم».
ثم بيّن الله تعالى أنهم مجزيون على التحية والجهاد وأعمال الخير والشفاعة، فقرر أن المرجع والمصير إلى الله الواحد الأحد، وأن البعث والجزاء في الدار الآخرة ثابت. وهذه الآية تقرر ركنين أساسيين للدين وهما: إثبات التوحيد وإخباره تعالى بتفرده بالألوهية لجميع المخلوقات بقوله: {اللهُ لا إِلهَ إِلاّ هُوَ}.
وإثبات البعث والجزاء في الآخرة بالقسم الذي أقسمه: {لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ ١ لا رَيْبَ فِيهِ} أي أنه سيجمع الأولين والآخرين في الموت وتحت الأرض ثم يبعثهم في صعيد واحد، فيجازي كل عامل بعمله. وقد نزلت في الذين شكوا في البعث، فأقسم الله تعالى بنفسه.
وقوله: {وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيثاً} معناه: لا أحد أصدق منه عز
(١) سميت القيامة؛ لأن الناس يقومون فيه لرب العالمين جل وعز، قال الله تعالى: أَلا يَظُنُّ أُولئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ، يَوْمَ يَقُومُ النّاسُ لِرَبِّ الْعالَمِينَ [المطففين ٤/ ٨٣ – ٥]. وقيل: لأن الناس يقومون من قبورهم إليها: يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْداثِ سِراعاً [المعارج ٤٣/ ٧٠].
وجل في حديثه وخبره، ووعده ووعيده، فلا إله إلا هو، ولا رب سواه؛ إذ كلامه تعالى عن علم محيط بسائر الكائنات، كما قال: {لا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسى} [طه ٥٢/ ٢٠].
فقه الحياة أو الأحكام:
تضمنت الآيات آدابا وأحكاما مهمة هي:
١ – إباحة الشفاعة الحسنة، أي الموصلة إلى الحق، غير المقترنة بالرشوة، وتحريم الشفاعة السيئة، أي التي فيها التعاون على الباطل أو الإثم والعدوان، أو المسقطة لحد من حدود الله، أو المضيعة لحق من الحقوق، أو المصحوبة بالرشوة.
والحسنة فيما استحسنه الشرع ورضيه أي في البر والطاعة، والسيئة فيما كرهه الشرع أو حرمه أي في المعاصي.
٢ – الترغيب في التحية والسلام على من عرفت ومن لم تعرف،
وعن النخعي: «السلام سنة، والرد فريضة» وكلما كان الرد أفضل كان الثواب أكثر،
فالسلام وحده من المسلّم والمجيب له من الأجر عشر حسنات، وضم الرحمة إليه: له عشرون حسنة، وضم: «وبركاته» له ثلاثون حسنة كما روى النسائي عن عمران بن حصين. وعن ابن عباس: «الرد واجب، وما من رجل يمر على قوم مسلمين، فيسلم عليهم ولا يردون عليه، إلا نزع عنهم روح القدس، وردت عليه الملائكة»
وروى ابن جرير عن ابن عباس أيضا عن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال: «من سلم عليك من خلق الله فاردد عليه، وإن كان مجوسيا، فإن الله يقول: {وَإِذا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْها أَوْ رُدُّوها} [النساء ٨٦/ ٤].
ومن قال لخصمه: السلام عليكم، فقد أمنه على نفسه.
والسنة أن يسلم القادم، والراكب-لعلو مرتبته-على الماشي، والماشي على
القاعد لوقاره وسكونه، والقليل على الكثير، والصغير على الكبير مراعاة لشرف الجمع وأكثريتهم. ولا يسلم الرجل على المرأة الأجنبية، ويسلم على زوجته.
جاء في الصحيحين أنه «يسلم الراكب على الماشي، والماشي على القاعد، والقليل على الكثير».
وروي «أن النبي صلّى الله عليه وسلّم مرّ بصبيان فسلم عليهم»
وروى الترمذي:
«أنه مر بنسوة فأومأ بيده بالتسليم»
وفي الصحيحين: «إن أفضل الإسلام وخيره: إطعام الطعام، وأن تقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف»
وروى الحاكم من قوله صلّى الله عليه وسلّم: «أفشوا السلام تسلموا» وأجاز المالكية التسليم على النساء إلا على الشابات منهن خوف الفتنة من مكالمتهن بنزعة شيطان أو خائنة عين، ومنعه الحنفية إذا لم يكن منهن ذوات محرم، وقالوا: لما سقط عن النساء الأذان والإقامة والجهر بالقراءة في الصلاة سقط عنهن رد السلام، فلا يسلم عليهن.
والصحيح مذهب المالكية لما ثبت في البخاري من تسليم الصحابة في المدينة على عجوز.
وذكر السيوطي: أنه ثبت في السنة أنه لا يجب الرد على الكافر والمبتدع والفاسق وعلى قاضي الحاجة ومن في الحمام والآكل، بل يكره في غير الأخير، ويقال للكافر: وعليك. ثبت
عن النبي صلّى الله عليه وسلّم أنه قال: «إذا سلم أهل الكتاب فقولوا: وعليكم» (١) أي وعليكم ما قلتم؛ لأنهم كانوا يقولون: السام عليكم.
وروي: «لا تبتدئ اليهودي بالسلام، وإن بدأ فقل: وعليك» وهذا مذهب الجمهور.
ولا يرد السلام في الخطبة، وقراءة القرآن جهرا، ورواية الحديث، وعند مذاكرة العلم، والأذان والإقامة. ولا يسلّم على المصلي، فإن سلّم عليه فهو بالخيار: إن شاء ردّ بالإشارة بإصبعه، وإن شاء أمسك حتى يفرغ من الصلاة ثم يرد.
(١) رواه أحمد والشيخان والترمذي وابن ماجه عن أنس
🔅 Kesimpulannya
Adalah sebagian ulama membolehkan mengucapkan salam kepada non-Muslim dan juga boleh mejawab salamnya. Ketika mengucapkan salam dan membalasnya disunahkan dengan suara yang keras, menurut asy-Syafi’i tidak cukup hanya dengan isyarat jari tangan atau telapak tangan, namun madzhab Maliki membolehkan cara seperti itu jika memang jaraknya jauh.
3.Allah Maha Mengetahui dan Mahakuasa atas segala sesuatu, Dia juga Maha Mengawasi, Maha Menjaga dan akan membalas semua amal yang dilakukan oleh makhlukNya. Tidak ada perkataan yang lebih tepat dan lebih benar daripada kalam Allah baik yang berupa informasi, janji, ancaman, atau lainnya.
Penetapan prinsip tauhid. Allah adalah satu-satunya ilaah dan rabb bagi seluruh makhluk. Ayat di atas juga menegaskan bahwa hari kebangkitan dan pembalasan amal adalah sesuatu yang pasti terjadi. Al-Qur’an adalah kalam Allah, karena AlQur’an adalah wahyu-Nya tidak ada yang lebih benar dari pada kalam Allah. Adapun ucapan-ucapan selain Allah dan selain Nabi, mungkin benar dan mungkin salah, baik kesalahannya itu karena sengaja, lupa, maupun tidak tahu. Wallahu A’lam bisshowab
³⁸ Al-Kasysyaf, jil. 1, hal.413.
³⁹. Hari akhir dinamakan dengan qiyaamah karena pada waktu itu semua manusia berdiri (yaquumuuna) dihadapan Allah. Allah berfirman, “Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,pada suatu hari yang besar” (al-Muthaffifiin: 4-S) Ada juga yang mengatakan bahwa alasannya adalah pada waktu itu manusia bangkit (yaquumuuna) dari kuburnya,sebagaimana firman Allah, “(yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat.” (al-Ma’aarii: 43)
⁴⁰.Hadits riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas.
Tambahan referensi
Referensi:
{شرح النووي على مسلم، ج ١٤ ص ١٤٥}
ﻭاﺧﺘﻠﻒ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﺭﺩ اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭاﺑﺘﺪاﺋﻬﻢ ﺑﻪ
Artinya : Para Ulama’ berbeda pendapat dalam hukum menjawab salam dari orang-orang kafir, dan hukum orang-orang kafir mengawali ucapan salam kepada kita.
ﻓﻤﺬﻫﺒﻨﺎ ﺗﺤﺮﻳﻢ اﺑﺘﺪاﺋﻬﻢ ﺑﻪ ﻭﻭﺟﻮﺏ ﺭﺩه ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺑﺄﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ ﺃﻭ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﻘﻂ٠ ﻭﺩﻟﻴﻠﻨﺎ ﻓﻲ اﻻﺑﺘﺪاء ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻﺗﺒﺪﺃﻭا اﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﻻاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑاﻟﺴﻼﻡ٠ ﻭﻓﻲ الرد ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﻮﻟﻮا ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺑﻬﺬا اﻟﺬﻱ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻋﻦ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﻗﺎﻝ ﺃﻛﺜﺮ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭﻋﺎﻣﺔ اﻟﺴﻠﻒ
Adapun madzhab kami (Syafi’iyah) berpendapat bahwa haram hukumnya orang-orang kafir mengawali ucapan salam kepada kita, dan kita wajib menjawab salam orang-orang kafir dengan ucapan : “wa alaikum” atau “alaikum” saja. Adapun dalil kami dalam hal mengawali ucapan salam kepada orang-orang kafir adalah sabda Rosululloh : “Janganlah kalian mengawali mengucap salam kepada orang Yahudi maupun Nasrani”.
Adapun dalil menjawab salam orang kafir adalah Sabda Rosululloh SAW: ” (jika orang-orang kafir mengucapkan salam kepada kalian) maka ucapkanlah wa alaikum”. Dan pendapat madzhab kami ini merupakan pendapat kebanyakan Ulama’ serta pendapat umum Ulama’ salaf.
ﻭﺫﻫﺒﺖ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﺇﻟﻰ ﺟﻮاﺯ اﺑﺘﺪاﺋﻨﺎ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﺴﻼﻡ ﺭﻭﻱ ﺫﻟﻚ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭﺃﺑﻲ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻭ اﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺤﻴﺮﻳﺰ ﻭﻫﻮ ﻭﺟﻪ ﻟﺒﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺣﻜﺎﻩ اﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻯ ﻟﻜﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻳﻘﻮﻝ اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻻﻳﻘﻮﻝ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺠﻤﻊ ﻭاﺣﺘﺞ ﻫﺆﻻء ﺑﻌﻤﻮﻡ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﺑﺈﻓﺸﺎء اﻟﺴﻼﻡ
ﻭﻫﻲ ﺣﺠﺔ ﺑﺎﻃﻠﺔ ﻷﻧﻪ ﻋﺎﻡ ﻣﺨﺼﻮﺹ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﻻﺗﺒﺪﺃﻭ اﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﻻاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑﺎﻟﺴﻼﻡ
Segolongan Ulama’ berpendapat kita boleh mengawali salam kepada orang-orang kafir. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu Umamah, Ibnu Abi Muhairiz, itu juga salah satu pendapat sebagian madzhab kami, hal ini diceritakan oleh Imam Mawardi, tetapi orang yang mengawali mengucapkan salam tersebut cukup mengucap “assalamualaika” dan tidak boleh mengucapkan “assalamualaikum” dengan sighot(bentuk lafal) jama’.
Berhujjah dengan dalil tersebut adalah salah, karena hadist tersebut bersifat umum yang kemudian ditakhshis(di khususkan) dengan hadist : “Janganlah kalian mengawali mengucap salam kepada orang Yahudi maupun Nasrani”.
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻳﻜﺮﻩ اﺑﺘﺪاﺅﻫﻢ ﺑﺎﻟﺴﻼﻡ ﻭﻻﻳﺤﺮﻡ ﻭﻫﺬا ﺿﻌﻴﻒ ﺃﻳﻀﺎ ﻷﻥ اﻟﻨﻬﻲ ﻟﻠﺘﺤﺮﻳﻢ ﻓﺎﻟﺼﻮاﺏ ﺗﺤﺮﻳﻢ اﺑﺘﺪاﺋﻬﻢ
ﻭﺣﻜﻰ اﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻦ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ اﺑﺘﺪاﺅﻫﻢ ﺑﻪ ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ ﻭاﻟﺤﺎﺟﺔ ﺃﻭ ﺳﺒﺐ ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﻋﻠﻘﻤﺔ ﻭاﻟﻨﺨﻌﻲ
Sebagian pengikut Madzhab Syafi’iyah berpendapat : “Orang-orang kafir mengawali mengucapkan salam kepada kita hukumnya makruh, tidak haram. Pendapat ini juga dloif karena fungsi nahi dalam hadist tersebut adalah untuk pengharaman, jadi yang benar adalah hukum orang kafir mengawali ucapan salam kepada kita adalah haram.
Qodli Husain menceritakan pendapat dari segolongan Ulama’, bahwa boleh orang -orang kafir mengawali ucapan salam kepada kita karena dlorurot, adanya hajat (keperluan)atau karena satu sebab tertentu, ini merupakan pendapat Al-Qomah dan An-Nakho’i.
Jawaban. No.2
Tidak ada dampak negatif jika orang Islam menjawab salamnya Non Muslim, bahkan jika mengikuti ulama yang memperbolehkan mengucapkan salam kepada non-Muslim dan juga boleh mejawab salamnya. Ketika mengucapkan salam dan membalasnya disunahkan dengan suara yang keras, menurut asy-Syafi’i tidak cukup hanya dengan isyarat jari tangan atau telapak tangan, namun madzhab Maliki membolehkan cara seperti itu jika memang jaraknya jauh, berarti memperoleh pahala jika diniatkan mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw sebagaimana penjelasan tersebut.
والله أعلم بالصواب