HUKUM TA’ZIR (MENGHUKUM ) DENGAN CARA MENGABIL BARANG ATAU MERUSAK MENURUT ISLAM
Di beberapa pondok pesantren banyak ditemukan baju-baju yang sebenarnya masih layak pakai berserakan tidak terurus. Biasanya baju-baju tersebut berada di area jemuran pakaian, kamar mandi atau tempat-tempat yang tidak semestinya. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa oknum santri bandel yang tidak terlalu peduli tentang kerapian dan kebersihan pondok.
Berbagai langkah kebijakan telah mereka jalankan untuk menyelesaikan persoalan ini, seperti memasang pengumuman di sekitar tempat yang rawan baju berserakan. Dari kenyataan tersebut, akhirnya mereka bermusyawarah dan bermufakat untuk menerapkan kebijakan yang sedikit mengancam sebagaimana berikut: “Seksi kebersihan akan menyita dengan tegas setiap baju berserakan yang tidak diurus pemiliknya setiap jum’at pagi, dan setelah dibersihkan bilamana ada yang merasa kehilangan silahkan klarifikasi kepada anggota seksi kebersihan. Jika sampai hari senin juga tidak ada klarifikasi dari pemiliknya, maka baju-baju itu dianggap sudah direlakan dan menjadi wewenang dari seksi kebersihan”. Setelah kebijakan ini diterapkan, pada hari selasa ternyata baju-baju tersebut masih juga banyak. Mereka berinisiatif untuk memilah baju-baju tersebut, dan mencuci baju yang mereka anggap masih layak. Setelah baju kering, mereka akan melelang baju-baju bersih siap pakai tersebut dan mendonasikan dana untuk kebutuhan pesantren.
Beberapa minggu setelah program ini berjalan, masalah memang senantiasa muncul kembali, ada beberapa santri yang mengaku pemilik asli dari baju yang telah dilelang menuntut kepada seksi kebersihan dan meminta agar bajunya dikembalikan, padahal baju yang dimaksud telah laku dalam pelelangan dan dana yang telah didapatkan sudah mereka tashorufkan.
Studi kasus yang hampir serupa
Salah satu peraturan lembaga pendidikan adalah larangan membawa handphone (HP), bila kedapatan maka pilihan ada 2 :
- Dijual paksa atau
- Dihancurkan didepan si mempunyai.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum penerapan peraturan kebijakan pondok sebagaimana deskripsi?
b. Bagaimana hukum pemilik baju meminta kembali bajunya yang telah dibeli oleh orang lain? Berikut hukum menjual barang tersebut sebagaimana deskripsi?
Wa’alaikumussalaam
JAWABAN No 1
Hukumnya khilaf (ulama berbeda pendapat),
🅰️ TA’ZIR YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN.
Menurut mayoritas ulama Syafi’iyyah hukumnya tidak boleh seperti yang disebutkan dalam kitab Bughyah Al-Mustarsyidin, I’anah At-Tholibin, Hasyiyah Al-Jamal dan masih banyak lagi namun sebagian ulama menghukumi boleh mengambil (menyita) harta benda dengan tujuan menimbulkan efek jera bagi pelakunya, seperti yang disebutkan dalam kitab Madzahib Al-Arba’ah maupun dalam Syarah Al-Yaqut An-nafis ….
Referensi :
ولا يجوز التعزير بحلق اللحية ولا بأخذ المال
“Dan tidak boleh menta’zir (menghukum) dengan mencukur jenggot atau dengan mengambil harta”.Tanwiir al-Quluub Hal- 392
(قال الشافعي: لا تضعف الغرامة على أحد في شيء إنما العقوبة في الأبدان لا في الأموال).
As-Syafi’i berkata “Denda tidak diperlakukan dengan mengambil sesuatu, hukuman diperlakukan sebatas pada raga tidak pada harta”.Sunan al-Kubraa Li al Baehaqy VIII/279
(لا يجوز بأخذ المال)
“Ta’zir tidak boleh dengan mengambil harta”. Hasyiyah al-Jamal V/164
قال الرحيباني وحرم تعزير بحلق لحية وقطع طرف وجرح ) لأنه مثلة ( وكذا ) يحرم تعزير ( بأخذ مال أو إتلافه ) لأن الشرع لم يرد بشيء من ذلك عمن يقتدى به , ولأن الواجب أدبه والأدب لا يكون بالإتلاف ( خلافا للشيخ ) تقي الدين ; فإن عنده التعزير بالمال سائغ إتلافا وأخذا).
“Dan haram menta’zir dengan mencukur jenggot, memotong anggauta dan melukainya, Ta’zir diharamkan juga dengan mengambil atau merusak harta benda karena tidak terdapati ketetapan syara’ yang demikian dari perilaku yang dapat diikuti dan karena tujuan diperlakukan menta’zir demi mengajari tatakrama yang tidak ada ketentuan dengan merusak harta benda berbeda menurut Imam Taqiyuddin yang memperkenankan ta’zir dengan mengambil atau merusak harta benda”. Mathaalib Ulin Nuhaa VI/224
ولايجوز التعزير بأخذ المال عندنا ـ بغيةالمسترشدين ص ٣٥٠
“Dan tidak diperbolehkan menta’zir dengan cara mengambil harta” (Bughyah Al-Mustarsyidin halaman 350)
🅱️TA’ZIR YANG DIPERBOLEHKAN
واجاز بعض الحنفية التعزير بالمال على انه اذا تاب يرد له ـ مذاهب الاربعة ج ٥ ص ٤٠١
“Sebagian ulama Hanafiyyah memperbolehkan menta’zir dengan cara mengambil harta namun wajib dikembalikan apabila pelakunya telah bertaubat” (Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah V / 401)
عبد القادر الصديقي
Boleh menghancurkan HP di depan pemiliknya
Syarah Al-Yaqut An-Nafis III / 272
ﻭﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺘﻌﺰﻳﺮ ﺑﺎﻟﻐﺮﺍﻣﺔ ﺍﻟﻤﺎﻟﻴﺔ ؟ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﻻ ﺗﺠﻴﺰ ﺍﻟﺘﻌﺰﻳﺮ ﺑﺎﻟﺘﻐﺮﻳﻢ ﻟﻜﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺎﻫﺮ ﺍﻟﻤﻐﺮﺑﻲ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺑﺎﻟﺠﻮﺍﺯ ﻭﻗﺎﻟﻮﺍ ﻻ ﺗﻌﻮﺩ ﺍﻟﻐﺮﺍﻣﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺘﻀﺮﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﻤﺔ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻌﻮﺩ ﺍﻟﻰ ﺑﻴﺖ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﻗﺎﻝ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﺗﻌﻮﺩ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺘﻀﺮﺭ ﻭﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻓﻌﻠﻪ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻤﺮ ﻣﻦ ﺗﻐﺮﻳﻢ ﺍﻟﺒﻌﺾ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻫﻮ ﺍﺟﺘﻬﺎﺩ ﻣﻨﻪ ﻭﻓﻲ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﺧﺎﺻﺔ ﺛﻢ ﺇﻧﻪ ﺟﻌﻞ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻟﺒﻴﺖ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺇﻣﺎﻣﻨﺎ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻲ ﻛﻤﺬﻫﺐ ﻏﻴﺮﻩ ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺍﺗﺒﺎﻋﻪ ﻷﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰ ﻟﻪ ﺭﺃﻱ ﻳﺨﺎﻟﻔﻪ ـ اهـ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻴﺎﻗﻮﺕ ﺍﻟﻨﻔﻴﺲ ج ٣ ص ٢٧٢
Menurut sebagian ulama boleh menghukum (ta’zir) dengan mengambil harta, seperti menyita HP dsb dan HP yang disita boleh tidak dikembalikan kepada pemiliknya, tetapi dimasukkan ke baitul maal (kas pondok).
البحر الرائق :
ولم يذكر محمد التعزير بأخذ المال وقد قيل روي عن أبي يوسف أن التعزير من السلطان بأخذ المال جائز كذا في الظهيرية وفي الخلاصة سمعت عن ثقة أن التعزير بأخذ المال إن رأى القاضي ذلك أو الوالي جاز ومن جملة ذلك رجل لا يحضر الجماعة يجوز تعزيره بأخذ المال ا هـ .
وأفاد في البزازية أن معنى التعزير بأخذ المال على القول به إمساك شيء من ماله عنه مدة لينزجر ثم يعيده الحاكم إليه لا أن يأخذه الحاكم لنفسه أو لبيت المال كما يتوهمه الظلمة إذ لا يجوز لأحد من المسلمين أخذ مال أحد بغير سبب شرعي وفي المجتبى لم يذكر كيفية الأخذ وأرى أن يأخذها فيمسكها فإن أيس من توبته يصرفها إلى ما يرى وفي شرح الآثار التعزير بالمال كان في ابتداء الإسلام ثم نسخ . ا هـ
JAWABAN. No 2
Hukum pemilik baju (Ahmad)meminta kembali bajunya yang telah dibeli oleh orang lain(telah dibeli oleh Umar),jika baju itu memang kepunyaan Ahmad,maka diperbolehkan bagi Ahmad untuk meminta kembali bajunya yang telah dibeli oleh orang lain(telah dibeli oleh Umar).Alasannya ialah karena yang berhak menjual baju itu adalah pemilik baju itu(yaitu Ahmad),bukan pengurus pesantren, sedangkan hukum menjual terhadap barang yang bukan miliknya tidak boleh dan tidak sah .Kecuali jika penjual itu termasuk pemilik barang (wakilnya pemilik barang,walinya pemilik barang)
(غاية البيان على شرح زبد ابن رسلان،صحيفة ١٨٣)
(ملك لذي العقد)اي ان يكون مملوكا لصاحب العقد الواقع وهو العاقد او موكله او موليه اي يكون مملوكا لاءحد الثلاثة فلا بصح بيع الفضولي (قوله فلا يصح بيع الفضولي)اي هو من ليس مالكا ولا وكيلا ولا وليا)
والله أعلم بالصواب