BENARKAH IPAR ITU ADALAH MAUT?

BENARKAH IPAR ITU ADALAH MAUT

Assalamualaikum

Deskripsi masalah.

Di antara hal yang diatur dengan jelas dalam syariat Islam ialah menetapkan beberapa kriteria syar’i pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram semata untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kemurnian. Kriteria syar’i juga berfungsi untuk mencegah kerusakan dan terjadinya mafsadat.
Dalam waqiiyah dimasyarakat ipar dianggap sebagai keluarga besar suami setelah melangsungkan akad pernikahan, sehingga dalam pergaulan dianggap sebagai kakaknya sendiri pergaulanpun menjadikan bebas padahal dia adalah mahram sebab pernikahan artinya andaikan suaminya meninggal boleh iparnya mengawininya ( mengganti posisi suaminya) sehingga saya pernah mendengar ipar adalah maut. Oleh karenanya pergaulan antara laki-laki dan perempuan diatur karena fitnah bagi laki-laki adalah perempuan, bahkan sebagaimana fitnah terbesar perempuan adalah lawan jenisnya.

Pertanyaannya
Apakah benar ipar itu adalah maut yang mana jika ditinjau dari maqosid as-syar’i adalah mati ? Lalu apa maksud ipar itu adalah maut mohon penjelasannya

Waalaikum salam

Jawaban

Benar ipar itu adalah maut karena disebutkan dalam sebuah hadits yang didalamnya menyebutkan bahwa ipar itu maut. Haditsnya adalah shahih, berikut redaksi haditsnya.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)

Adapun yang dimaksud dengan hamwu ditijau dari maqoshid as-Syar’iyah maut dalam arti tidak bernafas melainkan Hamwu yang dimaksud kan dalam hadis adalah bukan hanya ipar saja namun setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram. Yang masih mahram bagi suami dari keluarga istri adalah seperti ayah dan anaknya.

Al Laits berkata bahwa al hamwu adalah ipar (saudara laki-laki dari suami) dan keluarga dekat suami. Sehingga apa yang dikatakan oleh Al Laits menunjukkan bahwa ipar itu bukan mahram bagi istri.
Yang dimaksud dengan maut di sini dalam Maqosid as-Syar’iy yaitu berhubungan dengan keluarga dekat istri yang bukan mahram, yang mana dalam hal ini perlu ekstra ke hati-hatian dibanding dengan yang lain. Karena tidaklah menutup kemungkinan mereka seringkali bertemu dan tidak ada yang bisa menyangka bahwa perbuatan yang mengantarkan pada zina seperti pandangan dengan disertai sayahwat yang mana sebagian ulama mengatan bagian dari zina dalam arti zinanya mata atau zina yang keji itu sendiri bisa terjadi. Kita pun pernah mendapatkan berita-berita semacam itu.
Hadis di atas juga mengajarkan larangan berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahram. Karena dalam hadis sudah disebutkan pula,

لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا

“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad 1: 18. Syekh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, para perawinya tsiqah sesuai syarat Bukhari-Muslim).

Namun demikian ada sebuah solusi jika tidak boleh tidak harus bersamaan dengan wanita yang bukan mahram yaitu wanita yang bukan mahram itu hendanya ada wanita lain atau terdapat mahramnya, maka jadilah hilang maksud yang dilarang. Ini berlaku untuk pergaulan dengan yang bukan mahram. Wallahu a’lam bish-shawab


 الموسوعة الحديثية 

شروح الأحاديث

روابط مهمة

البحث الموضوعي

خدمات

إيَّاكم والدُّخولَ على النِّساءِ . فقالَ رجلٌ منَ الأنصارِ : يا رسولَ اللَّهِ ! أفرأيتَ الحموَ ؟ قالَ : الحموُ : الموتُ

الراوي : عقبة بن عامر | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الترمذي | الصفحة أو الرقم : ١١٧١ | خلاصة حكم المحدث : صحيح
   

 إيَّاكُمْ والدُّخُولَ علَى النِّساءِ، فقالَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصارِ: يا رَسولَ اللَّهِ، أفَرَأَيْتَ الحَمْوَ؟ قالَ: الحَمْوُ المَوْتُ.

الراوي : عقبة بن عامر | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري

الصفحة أو الرقم: ٥٢٣٢ | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]

العِفَّةُ والطُّهرُ مِن ثَوابِتِ دِينِنا الحَنيفِ، ومَعلومٌ أنَّ الشَّيطانَ يَجْري مِن ابنِ آدَمَ مَجْرى الدَّمِ في العُروقِ، قاصِدًا إفسادَ دِينِهِ، وتَدنيسَ فِطرتِهِ، وخَلْعَ ثِيابِ العِفَّةِ والطُّهرِ عنه، وجَرَّهُ إلى الفَواحِشِ والمُنكَراتِ؛ ولذلك نَهى الشَّرعُ عن الاقترابِ مِن جَميعِ مُقَدِّماتِ ودَواعِي الشَّرِّ؛ فإنَّ مَن حامَ حَولَ الحِمى يُوشِكُ أنْ يقَعَ فيه.
وقدْ حذَّرَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم في هذا الحديثِ مِنَ الدُّخولِ على النِّساءِ الأجنبيَّاتِ والخَلْوةِ بهنَّ، فقال: «إيَّاكم والدُّخولَ على النِّساءِ»؛ فإنَّه ما خَلا رجُلٌ بامرأةٍ إلَّا كان الشَّيطانُ ثالثَهما؛ فإنَّ النُّفوسَ ضعيفةٌ، والدَّوافعَ إلى المعاصي قَويَّةٌ، «فقالَ رجلٌ مِنَ الأنصارِ: يا رسولَ اللهِ، أفرأيتَ الحَموَ؟» والحَموُ هو قريبُ الزَّوجِ، كأخِيه وعمِّه ونحْوِ ذلك، فقال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: «الحَمْوُ الموتُ»، أي: إنَّ دُخولَ وخَلْوةَ أقاربِ الزَّوجِ بزَوجتِه يجِبُ أنْ يُجتَنَبَا كما يُجتنَبُ الموتُ، أو المعنى: أنَّ دُخولَ أقاربِ الزَّوجِ على المرأةِ كالموتِ؛ لأنَّه يُؤدِّي إلى مَوتِ الدِّينِ في القلوبِ؛ وذلك لأنَّ دُخولَه أخطرُ مِن دُخولِ الأجنبيِّ وأقرَبُ إلى وُقوعِ الجريمةِ؛ لأنَّ النَّاسَ يَتساهلونَ بِخِلْطةِ الرَّجلِ بزَوجةِ أخيهِ والخَلوةِ بها، فيَدخُلُ بدونِ نكيرٍ، فيكونُ الشَّرُّ منه أكثرَ والفتنةُ به أمكَنَ، أو أنَّها تُؤدِّي إلى الموتِ إنْ وقَعَت المعصيةُ ووَجَب الرَّجْمُ، أو إلى هَلاكِ المرأةِ بفِراقِ زَوجِها إذا حمَلَتْه الغَيرةُ على تَطليقِها.
وفي الحَديثِ: النَّهيُ عَنِ الدُّخولِ على الأجنبيَّاتِ والخَلوةِ بهنَّ؛ سدًّا للذَّريعةِ.
وفيه: الابتعادُ عَن مَواطنِ الزَّللِ عامَّةً؛ خَشيةَ الوقوعِ في الشَّرِّ.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *