MEWAKILKAN WALI NIKAH SEBELUM MENINGGAL KAITANNYA DENGAN HUKUM PELAKSANAANYA WAKIL WALI
Assalamualaikum
Deskripsi masalah
Ada seorang bapak punya anak perempuan ( Fatimah ) yang akan dinikahkan dengan lelaki bernama Ahmad menjelang akad nikah akan dilangsungkan sekitar 3 bulan lagi bapaknya Fatimah sakit parah kehawatiran telah ada sehingga bapak Fatimah mewakilkan kewaliannya kepada saudaranya ( seayah seibu)selang antara 2 /7 hari bapaknya Fatimah meninggal .
Pertanyaannya.
Bolehkah saudara bapak yang menerima pemasrahan menjadi wakil wali menikahkan fatimah setelah Muwakkil meninggal sebagaimana deskripsi..?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Wali nikah ( Bapak Fatimah) mewakilkan kewaliannya (wali nikah ) kepada siapapun yang penting memenuhi syarat hukumnya boleh, dengan waktu yang telah ditentukan yaitu berlaku wakil nikah/ mulai pelaksanaan dan berakhir apabila:
- Sempurnanya pekerjaan yang dilakukannya
- Mewakilkan pelaksanaan pekerjaannya kepada orang lain
- Meninggalnya salah satu diantara muwakkil dan wakil . Artinya jika muwakkil meninggal sebelum wakil melaksanakan apa yang menjadi tugas pekerjaannya maka disitulah berakhirnya wakil
- Mengundurkan diri menjadi wakil atau dipecat maka disininah berakhirnya wakil.
Dengan demikian maka jika Muwakkil meninggal sebelum wakil melaksanakan tugas pekerkajaanya ( mengakad nikahnya Fatimah ) dengan waktu yang telah ditentukan maka hukum akad wakalahnya batal/rusak dan dianggap berakhir dengan sendirinya walaupun tanpa dibatalkan oleh salah salah satu diantara keduanya .Artinya saudaranya bapak fatimah tidak sah menikahkan fatimah sebagai wakil wali nikah dikarenakan muwakkil meninggal dunia yang mana akad perwakilannya rusak secara hukum ( rusak dengan sendirinya ) ini menurut mayoritas ulama’ .Akan tetapi menurut Malikiyah tidak batal /tidak rusak selama orang yang mewakilkan betul-betul meninggal dan diketahui dengan secara kasat mata.
Solusinya maka Fatimah harus dinikahkan oleh kakeknya sebagai wali nikah setelah meninggalnya bapaknya Fatimah .
Adapun jika kakeknya tidak memenuhi syarat kerena adanya udzur semisal sakit atau pikun hilang akal atau bisu atau struke dan tidak bisa untuk menikahkan sendiri maka boleh mewakilkan kewaliannya kepada orang lain walau dengan cara tulisan atapun dengam isyarah yang bisa dimengerti, Kecuali tidak bisa mewakilkan karena tidak bisa memberikan tulisan atau tidak bisa memberikan isyarah yang dapat dimengerti ,maka kewalian pindah kepada Wali ab’ad yaitu saudaranya fatimah ( saudara laki-laki seayah seibu ) bukan mengatasnamakan wakil wali tetapi memang hak wali untuk menikahkan kerena wali aqrob telah tiada atau ada namun tidak memenuhi syarat . Dengan catatan saudaranya Fatimah sudah baligh, dan boleh saudaranya fatimah jika ada udzur untuk menikahkan sendiri mewakilkan kepada orang lain sebagaimana keterangan diatas, namun jika saudaranya sudah tidak ada atau ada namun tidak bisa untuk menikahkan karena sebab udzur semisal sakit setroke dan tidak bisa memberikan tulisan untuk mewakilkan atau isyarah sebagaimana kasus kakek diatas, maka kewaliannya pindah kepada pamannya ( saudara bapaknya Fatimah yang seayah seibu ).
Catatan
Paman dari saudara ayah yang seayah seibu tidak boleh menikahkan Fatimah selama masih ada saudaranya fatimah yang baligh kecuali ada idzin maka boleh dengan mengatas namakan wakil wali dari saudaranya Fatimah, kecuali saudaranya fatimah tidak baligh maka boleh pamannya Fatimah menjadi wali nikah, bukan sebagai wakil wali melainkan memang haknya untuk menjadi wali.
Referensi :
الموسوعة الفقهية – ٥٨٦/٣١٩٤٩
أضاف عقد الوكالة إلى زمن مستقبل، وقد صرح جمهور الفقهاء بصحة ذلك (١) .
ومثال الثاني: ما جاء في السلم، من إضافة العين المسلم فيها إلى زمن معلوم لقوله صلى الله عليه وسلم: من أسلف في شيء فليسلف في كيل معلوم أو وزن معلوم إلى أجل معلوم(٢)
وَمِثَال الثَّالِثِ: مَا إِذَا بَاعَ بِثَمَنٍ مُؤَجَّلٍ فَإِنَّهُ يَصِحُّ؛ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ} . (٣))
*التَّوْقِيتِ* :
– وَهِيَ الْمُدَّةُ الْمُسْتَقْبَلَةُ الَّتِي يَسْتَمِرُّ فِيهَا تَنْفِيذُ الاِلْتِزَامِ حَتَّى انْقِضَائِهَا، وَذَلِكَ كَمَا فِي الْعُقُودِ الْمُؤَقَّتَةِ، كَمَا فِي الإِْجَارَةِ، فَإِنَّهَا لاَ تَصِحُّ إِلاَّ عَلَى مُدَّةٍ مَعْلُومَةٍ، أَوْ عَلَى عَمَلٍ مُعَيَّنٍ يَتِمُّ فِي زَمَنٍ، وَبِانْتِهَائِهَا يَنْتَهِي عَقْدُ الإِْجَارَةِ (4) وَمُدَّةُ عَقْدِ الإِْجَارَةِ تُعْتَبَرُ أَجَلاً. مِصْدَاقَ ذَلِكَ قَوْله تَعَالَى {قَال إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ قَال ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيُّمَا الأَْجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلاَ عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُول وَكِيلٌ} كَمَا أَنَّ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ تَجْعَل ” التَّأْجِيل تَحْدِيدَ الْوَقْتِ ” ” وَالتَّوْقِيتَ تَحْدِيدَ الأَْوْقَاتِ، يُقَال: وَقَّتَهُ لِيَوْمِ كَذَا تَوْقِيتًا مِثْل أَجَّل “. (١)
Referensi:
فقه الإسلامى وأدلته.ص١٢٧
انتهاء الوكالة:
تنتهي الوكالة بأحد الأمور التالية (١):
١ – انتهاء الغرض من الوكالة: بأن يتم تنفيذ التصرف الذي وكل فيه الوكيل، إذ يصبح العقد غير ذي موضوع.
٢ – قيام الموكل بالعمل الذي وكل فيه غيره: كأن يبرم البيع الذي وكل فيه غيره.
٣ – خروج الموكل أو الوكيل عن الأهلية: بموت، أو جنون استمر شهراً، أوحجر لسفه؛ لأن الوكالة تتطلب استمرار الأهلية للتصرفات، فإذا زالت الأهلية بطلت الوكالة. والوكيل يستمد ولايته من الموكل.
ولا يشترط عند الحنفية والشافعية والحنابلة أن يعلم العاقد بخروج الطرف الآخرعن الأهلية بهذه العوارض. وقال المالكية: الأرجح أن الوكيل لا ينعزل بموت الموكل حتى يعلم به.
٤ – استقالة الوكيل: إذا تنازل الوكيل عن الوكالة أو استقال، أو رفض الاستمرار في العمل، انتهت الوكالة؛ لأن الوكالة بغير أجر كما تقدم عقد غير لازم، يجوز للوكيل أن يتنازل عنها في أي وقت. لكن يشترط عند الحنفية في هذه الحالة أن يعلم الموكل بهذا التنازل، حتى لا يتضرر بما فعل الوكيل، ولم يشترط الشافعي علم الموكل بعزل الوكيل نفسه.
(١) انظر عند الحنفية: البدائع: ٣٧/ ٦ ومابعدها، تكملة فتح القدير: ١٢٣/ ٦ ومابعدها، الدر المختار: ٤٣٤/ ٤، تبيين الحقائق: ٢٨٦/ ٤ ومابعدها، وعند المالكية: بداية المجتهد: ٢٩٨/ ٢، الشرح الكبير: ٣٩٦/ ٣، وعند الشافعية: مغني المحتاج: ٢٣٢/ ٢، المهذب: ١/ ٣٥٧، وعند الحنابلة: المغني: ١١٣/ ٥، غاية المنتهى: ١٥٤/ ٢ ومابعدها.
Referensi:
(الإقناع فِي حل أَلْفَاظ أبي شُجَاع)
القَوْل فِي الْوكَالَة عقد جَائِز
القَوْل فِي الْوكَالَة عقد جَائِز (و) الْوكَالَة وَلَو بِجعْل غير لَازِمَة من جَانب الْمُوكل وَالْوَكِيل فَيجوز (لكل وَاحِد مِنْهُمَا فَسخهَا مَتى شَاءَ) وَلَو بعد التَّصَرُّف سَوَاء تعلق بهَا حق ثَالِث كَبيع الْمَرْهُون أم لَا (وتنفسخ) حكما (بِمَوْت أَحدهمَا) وبجنونه وبإغمائه وَشرعا بعزل أَحدهمَا بِأَن يعْزل الْوَكِيل نَفسه أَو يعزله الْمُوكل سَوَاء أَكَانَ بِلَفْظ الْعَزْل أم لَا كفسخت الْوكَالَة أَو أبطلتها أَو رفعتها وبتعمده إنكارها بِلَا غَرَض لَهُ فِيهِ بِخِلَاف إِنْكَاره لَهَا نِسْيَانا أَو لغَرَض كإخفائها من ظَالِم وبطرو رق وَحجر كحجر سفه أَو فلس عَمَّا لَا ينفذ مِمَّن اتّصف بهَا وبفسقه فِيمَا فِيهِ الْعَدَالَة شَرط كوكالة النِّكَاح والوصايا وبزوال ملك مُوكل عَن مَحل التَّصَرُّف أَو منفعَته كَبيع ووقف لزوَال الْولَايَة وإيجار مَا وكل فِي بَيْعه وَمثله تَزْوِيجه وَرَهنه مَعَ قبض لإشعارها بالندم عَن التَّصَرُّف بِخِلَاف نَحْو الْعرض على البيع
Referensi
الإقناع الجزء الثانى ص:١٢٤
{تنبيه}
مماتركه المصنف من شروط الولى أن لايكون مختل النظر بهرم أو خبل وأن لايكون محجورا عليه بسفه متى كان الأقرب ببعض هذه الصفات المانعة للولاية فالولاية للأبعد
“(Satu peringatan)” Diantara perkara yang ditinggalkan oleh Kyai Mushonnif adalah diantara beberapa syarat menjadi wali diantaranya adalah:
1.Harus memiliki fikiran atau akal yang sempurna artinya tidak cukup syarat bilamana fikirannya dan akalnya rusak karena disebabkan pikun.
2.Tidak menjadi “Mahhjur alaih” dengan sebab kebodohannya.
Kapan wali nikah yang “aqrab”(lebih dekat) tidak memenuhi syarat yang ada diantara sebagian sifat tersebut yang mencegah ( adanya maani’) atas kewalian maka wali nikah nya adalah beralih kepada wali ab-ad ( lebih jauh) yakni Saudar-Nya yang seayah seibu dan seterusnya.
Referensi :
الإقناع الجزء الثانى ص:١٢٥
{فرع}
الأحرس إن كان وليا وله إشارة يفهمها كل واحد عقد بها وإن فهمها الفطن أوكان له كتابة وأمكن التوكيل بهما وكل وإلا زوج الآبعد، وأما إن كان زوجا فإن كانت إشارته صريحة عقدبها وإن كانت كناية أوكانت له كتابة فإن أمكنه التوكيل وكل وإلا عقد للضرورة وتعرف نيته بإشارة أخرى أو كتابة وقيل يكون كالمجنون فزوج الحاكم عند فقد الأب والجد.
(“Satu cabang”) Orang yang bisu (tidak bisa bicara) manakala dia bersetatus wali nikah sedangkan dia bisa memberikan isyarah dan bisa difahami oleh setiap seorang dan atau bisa difahami oleh orang yang cerdas maka dia boleh mengakadnya atau sibisu bisa menulis dan memungkinkan mewakilkan maka wakilkan. Akan tetapi jika hal tersebut tidak memungkinkan mengakad dan mewakilkan, maka yang menikahkannya (menjadi wali nikah) adalah wali ab’ad (lebih jauh) yakni misalkan Yusuf saudaranya Sitti Maisarah dan serusnya.
Dan adapun jika si bisu punya istri dan sedangkan isyarah sharikh (jelas) baik dalam bentuk kinayah atau tulisan maka dia mengakadnya dan jika bisa mewakilkan dengan tulisan maka wakilkan dengan tulisan jika tidak bisa maka akadlah (wali ab’ad) dengan kondisi dlorurah. Dan niatnya dapat dikenal/diketahui disisi yang lain.
Dikatakan oleh sebagian ulama, dia diibaratkan orang gila maka hakim yang menikahkan (menjadi wali) diwaktu tidak adanya ayah dan kakek.
Urutan wali nikah : ayah, kakek (dari sisi ayah), saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah, paman (saudara ayah sekandung), paman (saudara ayah seayah), anak laki-laki paman sekandung lalu anak laki-laki paman seayah.Kamudian pamannya kakek.Kemudian anak laki-laki nya pamannya kakek.Terus kebawah.Kemudian pamannya bapaknya kakek.Kemudian anak laki-laki nya pamannya bapaknya kakek.Terus kebawah.Kemudian wali hakim(Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan).
[1] المفتاح في النكاح /16-
(الولي في النكاح واحق الأولياء بالتزويج)اولى اللأولياء واحقهم بالتزويج الأب ثم الجد ابو الأب وان علا ثم الأخ الشقيق ثم ثم الأخ لأب ثم ابن الأخ الشقيق ثم ابن الأخ لأب وان سفل ثم العم الشقيق ثم العم لأب ثم ابن العم الشقيق ثم ابن العم لأب وان سفل ثم عم الأب ثم ابنه وان سفل ثم عم الجد ثم ابنه وان سفل ثم عم ابي الجد ثم ابنه وان سفلوهكذا على هذه الترتيب في سائر العصبات، ويقد الشقيق منهم على من كان لأب، فاذا لم يوجد احد من عصبات النسب فالمعتق فعصبته ثم معتق المعتق ثم عصبته ثم الحاكم او نائبه