
TAKDIR ALLAH KORELASINYA DENGAN RIDHONYA KEDUA ORANG TUA
Assalamualaikum ustad
Deskripsi masalah
Ada sepasang dua insan yang telah lama menjalin hubungan yaitu Fulanah dan Fulan hingga keduanya mau menikah, namun sangat disayangkan karena orang tuanya Fulan tidak merestuinya, jika garis takdir Fulanah adalah Fulan meski orang tuanya Fulan tidak merestuinya namun antara Fulanah dan Fulan tetap melangsungkan pernikahan walaupun dengan cara kawin lari sehingga keduanya menyatu dikarenakan jodohnya sudah ada nama yang tertera dilauhil Mahfudz.
Pertanyaannya.
Bagaimana cara menyikapi hubungan antara takdir Allah dan ridhoNya kedua orang tua karena menurut keterangan hadits keridho’an Allah bergantung kepada keridho’an kedua orang tua Kalau memang ridlo Allah bergantung kepada ridlonya orang tua, lalu kenapa kok Allah men takdir jadi pasangan hidup (suami istri) pada kasus diatas. Mohon penjelasanya Wahai Kiyai?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Pada dasarnya tidak satu pun manusia yang dapat mengetahui takdir Allah, karena takdir adalah rahasia Allah yang hanya bisa diketahui setelah terjadi, oleh karenanya kita sebagai makhluk Allah dalam menjalani hidup dan kehidupan tidak terlepas dari ketentuan Allah artinya kita hidup hanya menjalani takdir bahkan tidak hanya manusia melaikan setiap sesuatu akan dapat berjalan sesuai dengan qodho’ dan Qodarnya “كل شيئ يجرى بقضائه وقدره”
Dalam agama Islam, takdir ini akan berhubungan dengan takdir muallaq dan takdir mubram, dimana seseorang tidak akan dapat mengetahui takdir sesebagaiman tersebut, kecuali setelah mengalami dan berjuang mengubah hidup sebagaimana takdir mullaq yang bisa jadi berubah dengan usaha dan do’a, karena Allah SWT berfirman Al-Qur’an
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Ayat ini sebagai dasar untuk digunakan sebagai ayat motivasi bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang menjadi lebih baik kecuali dengan usaha dan jerih payahnya sendiri.
Tafsiran seperti ini bertentangan dengan realitas lapangan. Berapa banyak orang yang berusaha mengubah nasib mereka dengan membanting tulang, kaki di kepala dan kepala di kaki, demi ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik, tapi berapa persen dari mereka yang berhasil?
Ayat Al-Qur’an merupakan sebuah kepastian. Jika diartikan bahwa perubahan nasib menjadi lebih baik di tangan seseorang, tentu tidak akan ada orang gagal dari usahanya. Buktinya tidak demikian. Selain itu, keyakinan bahwa semua kesuksesan dikembalikan kepada pribadi seseorang—baru Allah mengikutinya—merupakan bagian dari doktrin Mu’tazilah. Dalam paham ini, perilaku hamba menentukan segalanya. Tapi berbeda dengan faham kita sebagai penganut Ahli sunnah waljamaah, yang berkewajiban untuk usaha, sedangkan yang mentukan hasil dan tidak itu dilembalikan kepada zat yang mengatur segala sesuatu yaitu Allah. Oleh sebab itu Syaikh Prof. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah beliau menafsiarkan ; Bahwa bagi setiap manusia itu ada malaikat-malaikat yang mengikutinya untuk menjaga dan memeliharanya. Mereka adalah para malaikat penjaga yang menjaga manusia dengan perintah dan pertolongan Allah, bukan untuk menolak perintahNya. Dan jika terjadi suatu takdir, maka mereka akan lepas darinya. Mereka menghitung amal perbuatannya yang baik dan buruk. Sesungguhnya Allah tidak mengubah kenikmatan atau kesehatan suatu umat, sampai mereka mengubah ketaatan dan kebaikannya sendiri menjadi kemaksiatan dan keburukan. Jika Allah menghendaki suatu azab dan kehancuran bagi suatu umat, maka itu tidak akan bisa ditolak. Dan tidak ada bagi mereka selain Allah seorang penolong yang membantu urusan mereka, yang membimbing mereka menuju kebaikan dan melindungi mereka dari keburukan. Karena itu kita wajib memantapkan keimanan kita terhadap ;Takdir Baik dan Takdir Buruk, bahwa semua yang terjadi itu adalah adalah takdir.
Adapun yang menjadi pertanyaan Mengapa Allah menakdirkan keburukan?
Karena bisa Jadi yang Jelek itu Baik untuk kita
Allah Ta’ala berfirman,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Allah yang lebih mengetahui akibat terbaik setiap perkara. Allah yang Mahatahu yang paling maslahat untuk urusan dunia dan akhirat kita. Sedangkan kita sendiri tidak mengetahui yang terbaik dan yang jelek untuk kita. (Tafsir Az-Zahrawain, hlm. 348-349).
Anjurkan untuk berdo’a Agar Semua Takdir Kita itu Baik karena tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali dengan do’a berikut firman Allah dalam Al-Quran. QS. Al Mu’min (40) ayat 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
شرح تعليم المتعلم :ص :٣ ٤ .
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لايرد القدر ) وهو تحديد كل مخلوق بحده الذي يوجد من الحسن والقبيح والنفع والضرر ومايحويه من زمان ومكان ومايترتب عليه من ثواب وعقاب إلى غير ذلك ( إلا الدعاءولايزيد فى العمر إلا بالبر ) أى الإحسان فإن قيل الآجل والأرزاق مقدرة لا تزيد ولاتنقض بالنصوص الدالة عليها فماوجه الحديث أجيب بأن الأشياء قد تكتب فى اللوح المحفوظ متوفقة على الشروط كما إن أحسن فلان فعمره ثلاثون سنة وإلا فخمسون وهو المعنى من قوله تعالى يمحو الله مايشاء ويثبت لكن هذا بالنسبة إلى مايظهر للملائكة فى اللوح المحفوظ لابالنسبة إلى علم الله الأزلى إذ لامحو فيه (فإن الرجل ليُحرم الرزق بالذنب يصيه. ) أى بسب ذنب يرتكبه
Rasulullah SAW. Bersabda: Tidak ada yang dapat mencegah takdir kecuali dengan do’a dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali dengan kebaikan, maka seseorang disempitkan rizkinya disebabkan perbuatan dosa yang menimpanya.
شرح تعليم المتعلم .
فينبغى للإنسان أن لايغفل عن نفسه وما ينفعها ومايضرها فى اولاها وأخراها .فيستجلب مايضرها كيلا يكون عقله وعلمه حجة عليه فيزداد عقوبة نعوذ بالله من سخطه وعقابه وقد ورد فى مناقب العلم وفضائله آيات وأخبار صحيحة مشهورة لم نستغل بذكرها كيلا يطول الكتاب
Artinya;” Maka setiap manusia janganlah sampai lupa dan lengah memikirkan dirinya , mana yang baik dan yang bermanfaat serta yang tidak baik dan mencelakakan bagi dirinya selama hidup didunia, apalagi sampai melupakan kehidupan diakhirat nanti. Untuk itu pandai-pandailah mencari sesuatu yang dapat berguna serta dapat menyelamatkan mu .Cepat-cepalah menghindar dan menjauhi dari sesuatu yang dapat mencelakakan dan merusak dirimu .Agar akal dan ilmunya itu tidak menjadi pedoman yang merusak bagi kepentingan dirinya.Sebab semua itu akan menambah siksa.Semoga kita terjaga dari murka dan siksa Allah SWT.
Dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa berikut ini,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَولٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مَنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا
Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku. (HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6:133. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Dzikir dan do’a Rasulullah Hadits Nasai Nomor 1325
أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الْمُسَيَّبِ أَبِي الْعَلَاءِ عَنْ وَرَّادٍ قَالَ كَتَبَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ إِلَى مُعَاوِيَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ دُبُرَ الصَّلَاةِ إِذَا سَلَّمَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
[Nasai]
Dalam riwayat lain
اللَّهُمَّ لأَمَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَى ی الجدّمِنْكَ الجّد
Artinya: “Ya Allah tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak ada yang bisa menolak ketetapan Mu. Tidak berguna kekayaan dan kemulian itu bagi pemiliknya. Hanya dari-Mu kekayaan dan kemulian
Hadits Jibril yang membicarakan tentang rukun iman yaitu Takdir Baik dan Takdir Buruk menyebutkan,
وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8).
Menurut sebagian ulama menginterpretasikan bahwa “Takdir itu tidak ada yang buruk. Yang buruk hanya pada yang ditakdirkan (al–maqdur, artinya manusia atau makhluk yang merasakan jelek). Takdir jika dilihat dari perbuatan Allah, semua takdir itu baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, ‘Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.’ Jadi, takdir Allah itu selamanya tidak ada yang jelek. Karena ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah. Kejelekan murni itu hanya muncul dari pelaku kejelekan. Sedangkan Allah itu hanya berbuat baik saja selama-lamanya.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 88).
Dalam salah satu doa iftitah yang terdapat dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu disebutkan,
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ.
“Kebaikan itu seluruhnya pada kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 771).
Adapun yang menjadi Musykil bagi penanya Bagaimana cara menyikapi hubungan antara takdir Allah dan ridhoNya kedua orang tua karena menurut keterangan hadits keridho’an Allah bergantung kepada keridho’an kedua orang tua.( Kalau memang ridlo Allah bergantung kepada ridlo orang tua, lalu kenapa kok Allah men takdirkan kepada seseorang jadi pasangan hidup (suami istri) ..?
Saya coba jawab dari sudut pandang saya bahwa ada beberapa hal yang bisa kita tentukan sendiri dan ada juga berapa hal yang tidak bisa kita tentukan, yang biasa kita sebut sebagai takdir. seperti kita lahir sebagai pria atau wanita atau si Fulan lahir dari keluarga yang bukan keturunan Kiyai ataupun sultan, dll. Walaupun dia ( Fulan) tidak menginginkan menjadi kiyai atau nyai sedangkan orang tuanya tidak menyetujui untuk menjadi kiyai atupun Nyai tetapi Allah mentakdirkan menjadi kiyai ataupun ibu nyai tentu hal itu pasti terjadi itulah yang disebut dengan Nasib atau bagian dari takdir yang tentunya masing-masing dari individu tidak sama kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh Allah. Begitu juga halnya Allah mentakdirkan kepada seseorang menjadi pasangan hidup (suami istri) walaupun orang tuanya tidak meridhoinya itupun pasti terjadi kok bisa ? Katanya keridha’an Allah berada pada keridho’an kedua orang tua, saya jawab Karena sesungguhnya sesuatu yang tertulis berada dilauh mahfudh terkadang ditangguhkan menunggu adanya beberapa syarat, misalkan kehendak orang tuanya bisa tercapai ( tidak meridhoinya) dengan syarat bilamana bersamaan dengan kehendak Allah atau do’a atau dengan syarat lainnya yang tidak kita ketahui, dan sebaliknya jika tidak ridho’nya orang tua bersamaan dengan tidak adanya ridho nya Allah maka pernikahan itu tidak akan terjadi . Begitu juga halnya seseorang yang punya cita-cita ingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai maka itupun tidaklah mungkin bisa tercapai , oleh karena itu Hadapilah masalah dengan kepala dingin, jangan takut, jangan gelisah, jangan pula bersedih karena masalah itu terjadi atas rencana dan takdir Allah. Sebagaimana Orang bijak mengatakan :
أنت تريد وأنا أريد ولكن الله فعال لمايريد
Kau punya rencana dan akupun punya rencana namun Allah merealisasikan rencana-Nya.
Yakinlah bahwa rencana Allah adalah yang terbaik untuk kita karena Allah yang Maha mengetahui hakikat dari kejadian yang menimpa kita yang sudah tertera dan nampak bagi malaikat didalam Lauh mahfudh inilah makna dari firman Allah
.وهو المعنى من قوله تعالى يمحو الله مايشاء ويثبت لكن هذا بالنسبة إلى مايظهر للملائكة فى اللوح المحفوظ لابالنسبة إلى علم الله الأزلى إذ لامحو فيه
Artinya:” Inilah makna firman Allah Yang Maha Kuasa: Allah menghapuskan dan menetapkan apa saja yang dikehendaki-Nya, tetapi ini dengan dinisbatkan berkaitan dengan apa yang tampak pada para malaikat dalam Lauh Mahfudh bukan Yang dinisbarkan atau yang berkaitan dengan ilmu Allah yang Azali/abadi , karena tidak terhapus di dalamnya
Akan tetapi jika Allah menghedaki takdirnya kepada pasangan suami istri pasti pernikahan itu terjadi walaupun orang tuanya tidak menyetujuinya ini jika dinisbatkan kepada ilmu Allah dizaman Azali yang tidak bisa dirubah atau dihapus. Karena ketidak setujuannya orang tua itu juga bagian takdir begitu juga terjadinya akad nikah juga bagian dari takdir. Karena bagaimapun juga setiap sesuatu itu berjalan bersamaan dengan qodho’ dan qodarnya Allah.( Lihat syarah Taklimul mutaallim : 34 )
Dengan kata lain kehendak orang tua bisa tercapai bila mana bersamaan dengan kehendak Allah. Dalam arti tidaklah akan tercapai kehendak orang tua kecuali dengan kehendak Allah
Bukti tidaklah sedikit orang menikah tidak disetujui oleh orang tua akan tetapi jika Allah sudah mentakdir pasti itu terjadi begitu juga orang tua meridhoinya untuk menikahkan seseorang anaknya tapi bukan jodohnya maka pasti berpisah itu adalah takdir ( kehendak Allah yang ditakdirkan bagi seseorang untuk berpisah atau Allah mentakdirkan kepada seseorang menjadi jodoh) oleh karenanya jika Allah berkehendak pasti ada tetapi jika tidak berkehendak pastilah tidak akan ada hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. sebagaimana ibaroh yang ditebalkan.
التفسير المنير للزحيلى ص ٤٤٤٦
{وَقَضى رَبُّكَ أَلاّ تَعْبُدُوا إِلاّ إِيّاهُ} إلى هنا، كان سيئه أي قبيحه مكروها عند ربك، أي مبغوضا عنده، ومنهيا عنه، ومعاقبا عليه، وإن كان مرادا له تعالى بالإرادة التكوينية التي لا تستدعي الرضا منه سبحانه، كما
قال صلّى الله عليه وآله وسلّم : «ما شاء الله كان، وما لم يشأ لم يكن».
وكلمة {ذلِكَ} تصلح للواحد والجمع والمؤنث
Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Takwir
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (29)
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.
التفسير ابن كثير
( وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين ) أي ليست المشيئة موكولة إليكم فمن شاء اهتدى ومن شاء ضل بل ذلك كله تابع لمشيئة الله عز وجل رب العالمين
قال سفيان الثوري عن سعيد بن عبد العزيز عن سليمان بن موسى لما نزلت هذه الآية ( لمن شاء منكم أن يستقيم ) قال أبو جهل الأمر إلينا إن شئنا استقمنا وإن شئنا لم نستقم فأنزل الله ( وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين ) .
آخر تفسير سورة التكوير ولله الحمد
تفسير المنير للزحيلي١١٠٢
وإن أصاب المسلمين شر كجدب أو تغلب الأعداء عليهم-لحكمة إلهية في ذلك كما جرى يوم أحد-فرح المنافقون بذلك. ويلاحظ فرق التعبير البلاغي في القرآن بين جملتي: مس الحسنة وإصابة السيئة، فهم يستاءون عند أدنى مس للحسنة، ولا يفرحون حتى تتمكن الإصابة بالسيئة.
ولكن الله تعالى ذكر للمؤمنين العلاج الناجع، وأرشدهم إلى السلامة من شر الأشرار، وكيد الفجار، وهو استعمال الصبر، والتقوى، والتوكل على الله الذي هو محيط بأعدائهم، فلا حول ولا قوة لهم إلا به، وهو الذي ما شاء كان، وما لم يشأ لم يكن، ولا يقع في الوجود شيء إلا بتقديره ومشيئته، ومن توكل عليه كفاه.
تفسير المنير للزحيلي٥٥٨٩-٥٥٩٠
٤ – {وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً} أي أوجد كل شيء مما سواه، وأحدثه إحداثا راعى فيه التقدير بقدر معين والتسوية بشكل محدد، وهيأه لما يصلح له من الخصائص والأفعال اللائقة به، فالإنسان مثلا خلقه الله بشكل مقدر مسوّى في أحسن تقويم، وأوجد فيه من الحواس والطاقات والإمكانات للإدراك والفهم، والنظر والتدبير، واستنباط الصنائع، ومزاولة الأعمال المختلفة، وكذلك الحيوان والجماد جاء به على خلقة مستوية مقدرة، مطابقة لما يراه من الحكمة والمصلحة والتدبير، ولما قدر له غير منافر أو متجاف عنه. والخلاصة: أنه قدر كل شيء مما خلق بحكمته على ما أراد.
وفسّر ابن كثير الجملة الأخيرة بأن كل شيء مخلوق مربوب لله، والله هو خالق كل شيء وربه ومليكه وإلهه، وكل شيء تحت قهره وتدبيره وتسخيره وتقديره.
وبعد أن وصف الله تعالى نفسه بصفات الجلال والعزة والعلو، أردف ذلك بتزييف مزاعم عبدة الأوثان فقال:
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً.}. إلى قوله: {وَلا نُشُوراً} والمعنى أن تلك الآلهة المزعومة لا تستحق الألوهية لنقصانها من وجوه أربعة هي.
أ-أنها لا تخلق شيئا، والإله يجب أن يكون قادرا على الخلق والإيجاد.
ب-أنها مخلوقة، والمخلوق محتاج، والإله يجب أن يكون غنيا عن غيره.
ولما اعتقد المشركون في أصنامهم أنها تضرّ وتنفع عبّر عنها بقوله: {وَهُمْ يُخْلَقُونَ} كما يعبر عن العقلاء.
ج -أنها لا تملك لأنفسها ضرا ولا نفعا، أي لا دفع ضرر ولا جلب نفع، فلا تملك ذلك لغيرها، ومن لا يملك لنفسه ولا لغيره النفع ودفع الضرر لا فائدة في عبادته.
د-أنها لا تملك موتا ولا حياة ولا نشورا، أي لا تقدر على الإماتة والإحياء المبتدأ والمعاد في زماني التكليف والجزاء، ومن كان كذلك كيف يسمى إلها؟ بل ذلك كله مرجعه إلى الله عزّ وجلّ الذي هو يحيي ويميت، وهو الذي يعيد الخلائق يوم القيامة، كما قال سبحانه: {ما خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلاّ كَنَفْسٍ واحِدَةٍ} [لقمان ٢٨/ ٣١].
والخلاصة: أن الله هو الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد، ولم يكن له كفوا أحد، لا إله غيره، ولا ربّ سواه، ولا تنبغي العبادة إلا له، لأنه ما شاء كان، وما لم يشأ لم يكن. وأما عبدة الأصنام والمشركون فقد عبدوا غير الخالق، الذي لا يملك لنفسه ولا لغيره ضرا ولا نفعا، ولا يقبل بهذا عاقل متزن، أو عالم متأمل.
Dari keterangan diatas yaitu tentang takdir dapat disimpulkan baik melalui hadits maupun Ayat-ayat Al-Quran bahwa semua takdir itu baik karena didalamnya ada hikmah di balik itu. Hanya Yang merasakan jelek adalah kita. Sedangkan Allah itu sama sekali tidak berbuat jelek karena takdir Allah tidak kejam, bukti bahwa takdir Allah itu baik sebagaimana hadits berikut:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ.
Artinya: “Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad, 3:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).Wallahu A’lam bisshowab