DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

HUKUM PEREMPUAN MEMAKAI CELANA PANJANG

HUKUM WANITA MEMAKAI CELANA PANJANG.

PERTANYAAN :
Assalamualaikum.
Wahai kiyai, benarkah muslimah diharamkan memakai celana panjang dan harus selalu memakai rok / gamis ? karena jika pakai celana panjang dikatakan menyerupai laki-laki (terlarang bagi perempuan yang menyerupai laki-laki begitu juga sebaliknya). Mohon penjelasannya. Terimakasih. 

JAWABAN :
Waalaikumsalam. Melihat bentuk celananya terlebih dahulu :
·Bila celana tersebut model celana yang khusus / kebanyakan dipakai pada kalangan wanita maka tidak terjadi tasyabbuh (penyerupaan) dengan laki-laki yang diharamkan.
·Bila celana yang memang khusus dipakai untuk pria / kebanyakan pria maka berarti terjadi tasyabbuh (penyerupaan) dengan laki-laki yang di haramkan.
·Bila bentuk celana tersebut masih sama umumnya dipakai oleh lelaki dan wanita juga masih tidak dikatakan tasyabbuh(penyerupaan)

Referensi:

(مسألة : ي) : ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة ، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر ، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه.


Batasan penyerupaan yang di haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada perempuan dan sebaliknya adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam kitab Fath aljawaad, Tuhfah, Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga mengikutinya dalam kitab Annihaayah, Batasannya adalah : “bila salah satu dari lelaki atau wanita tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk lainnya atau pakaian yang jamak di gunakan pada tempat tinggal lelaki dan wanita tersebut”. [ Bughyah Almustarsyidiin 604 ].

Macam-macam unsur tasyabbuh (penyerupaan wanita pada pria dan sebaliknya

)
 
وَأَمَّا بِالْكَسْرِ فَالْمُتَكَسِّرُ الْمُتَلَيِّنُ فِي أَعْضَائِهِ وَكَلاَمِهِ وَخَلْقِهِ . وَيُفْهَمُ مِنَ الْقَلْيُوبِيِّ أَنَّهُ لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْفَتْحِ وَالْكَسْرِ فِي الْمَعْنَى ، فَهُوَ عِنْدَهُ الْمُتَشَبِّهُ بِحَرَكَاتِ النِّسَاءِ فِي اللِّبَاسِ وَالزِّينَةِ الَّتِي تَخْتَصُّ بِالنِّسَاءِ ، وَكَذَلِكَ فِي الْكَلاَمِ وَالْمَشْيِ ، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَال : لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَال وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ (1) وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى : لَعَنَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَال بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَال (2) قَال ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتْحِ : وَالنَّهْيُ مُخْتَصٌّ بِمَنْ تَعَمَّدَ ذَلِكَ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ أَصْل خِلْقَتِهِ ، فَإِنَّمَا يُؤْمَرُ بِتَكَلُّفِ تَرْكِهِ وَالإِْدْمَانِ (3) عَلَى ذَلِكَ بِالتَّدْرِيجِ ، فَإِنْ لَمْ يَفْعَل وَتَمَادَى دَخَلَهُ الذَّمُّ ، وَلاَ سِيَّمَا إِذَا بَدَا مِنْهُ مَا يَدُل عَلَى الرِّضَا بِهِ

  1. Dalam GAYA
    Bertingkah laku seperti wanita. Maksud bertingkah laku seperti wanita adalah menyerupai wanita dalam gaya, berbicara, cara berjalan, pakaian, perhiasan yang umumnya di lakukan/di pakai oleh wanita, pelarangan ini bertendensi pada hadits riwayat Ibnu Abbas Ra :
    ”Nabi Muhammad SAW melaknat orang laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita dan para wanita yang bertingkah laku seperti pria” (HR. Bukhori)
    Dalam riwayat lain :
    ”Nabi Muhammad SAW melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai pria” (HR. Bukhori)
    Imam Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fath Albaari “Larangan ini berlaku bagi orang yang sengaja bertingkah laku semacam itu, sedang bagi orang yang memang dari penciptaannya memang demikian maka tuntutan kewajibannya adalah merobah sedikit demi sedikit, bila orang tersebut tidak mau berusaha merubahnya dengan pelan-pelan apalagi terkesan dalam dirinya tumbuh rela dengan keberadaannya maka dirinya berdosa. [ Mausuu’ah alFiqhiyyah alKuwaitiyyah XI/63 ].
  2. Dalam Pakaian dan perhiasan
    Sama dalam keterangan di atas, dan yang ada di dokumen

(مسألة : ي) : ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة ، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر ، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه.

Masalah : Batasan penyerupaan yang di haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada perempuan dan sebaliknya adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam kitab Fath aljawaad, Tuhfah, Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga mengikutinya dalam kitab Annihaayah, Batasannya adalah “bila salah satu dari lelaki atau wanita tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk lainnya atau pakaian yang jamak digunakan pada tempat tinggal lelaki dan wanita tersebut”. [ Bughyah Almustarsyidiin 604 ].
 
Yang menjadi pertimbangan dalam masalah bisa dikatakan pakaian / perhiasan itu tasyabbuh atau tidak adalah KEBIASAAN TEMPAT DIMANA DIA BERDOMISILI BUKAN TEMPAT LAIN. Wallaahu A’lamu Bis Showaab

Fatawi Al-Azhar :


فتاوى الازهر
روى أحمد والطبرانى أن عبد اللّه بن عمرو بن العاص رضى اللّه عنه رأى أم سعيد بنت أبى جهل متقلدة سيفا وهى تمشى مشية الرجال فقال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول “ليس منا من تشبه بالرجال من النساء، ولا من تشبه من النساء بالرجال ” .
يؤخذ من هذه الأحاديث تحريم تشبه أحد من الجنسين بالجنس الآخر، 
ومحل الحرمة إذا تحقق أمران :
أولهما : أن يكون التشبه مقصودا، بأن يتعمد الرجل فعل ما يكون من شأن النساء وأن تتعمد المرأة فعل ما يكون من شأن الرجال ، فإن هذا القصد فيه تمييع للخصائص أو إضعاف لها ، والواجب أن تكون خصائص كل جنس فيه قوية، فذلك تقسيم اللّه لخلقه وتنسيقه فيما أودع فى كل منهما من خصائص لمصلحة المجموعة البشرية ،
أما مجرد التوافق بدون قصد وتعمد فلا حرج فيه ، فالناس بأجناسها تتفق فى أمور مشتركة كاستعمال أدوات الأكل وركوب الطائرات وما إلى ذلك .
وهذا ما يعنيه لفظ “تشبه ” ففيه عمل وقصد، أما إذا انتفى القصد فيكون تشابها لا تشبُّها، ولا حرج فى التشابه فيما لم يقصد .
والأمر الثانى :أن يكون التشبه فى شيء هو من خصائص الجنس الآخر، والذى يحدد ذلك إما أن يكون هو الدين ، وإما أن يكون هو الطبع نفسه ، أى الجبلة التى خلق عليها الإنسان ، وإما أن يكون هو العرف والعادة، وكثير من التشبه يكون فى ذلك فى أول الأمر، حيث يوجد القصد والتعمد والإعجاب ، ثم بعد ذلك يصير شيئا مألوفا لا شذوذ فيه ، ولا يعد تشبها مذموما

Fatwa Al-Azhar

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabarani bahwa Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu melihat Ummu Sa’id binti Abu Jahal membawa pedang sambil berjalan dengan gaya laki-laki. Lalu ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Bukan dari golongan kami perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai perempuan.'”

Dari hadis-hadis ini diambil kesimpulan tentang keharaman seseorang dari kedua jenis kelamin menyerupai jenis kelamin lainnya.

Keharaman ini berlaku jika terpenuhi dua syarat:

1. Adanya Niat dan Kesengajaan:
Yaitu seorang laki-laki sengaja melakukan sesuatu yang merupakan kebiasaan perempuan, atau perempuan sengaja melakukan sesuatu yang merupakan kebiasaan laki-laki. Kesengajaan ini bertujuan untuk mengaburkan atau melemahkan karakteristik masing-masing jenis kelamin. Padahal, yang seharusnya adalah karakteristik setiap jenis kelamin harus tetap kuat dan jelas, karena ini merupakan pembagian dan pengaturan dari Allah dalam penciptaan-Nya demi kemaslahatan umat manusia.
Adapun jika kesamaan terjadi tanpa ada niat atau kesengajaan, maka tidak ada dosa di dalamnya. Karena ada banyak hal yang secara alami sama di antara manusia, seperti penggunaan alat makan, naik pesawat, dan hal-hal serupa.
Inilah yang dimaksud dengan kata “tasyabbuh” (menyerupai), yang mengandung unsur tindakan dan niat. Jika niat itu tidak ada, maka yang terjadi adalah kemiripan (tasyabuh), bukan penyerupaan (tasyabbuh), dan tidak ada dosa dalam kemiripan yang tidak disengaja.


2. Penyerupaan dalam Hal yang Khas bagi Jenis Kelamin Lain:
Yang menentukan kekhususan ini bisa berasal dari agama, naluri alami (fitrah) yang Allah ciptakan dalam diri manusia, atau adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Banyak kasus penyerupaan terjadi pada tahap awal dengan adanya niat, kesengajaan, dan kekaguman. Namun, seiring berjalannya waktu, hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah dan tidak lagi dianggap sebagai penyerupaan yang tercela.

 

 

Wallahu A’lam bisshowab