Hukum Membayar Zakat dengan Sembako
Deskripsi masalah.
Mulai sejak tahun 1999 kira-kira hingga sekarang masyarakat Sumenep khususnya dikepulauan banyak sekali yang mengkontrak tempat warung toko Mulai dari wilayah Jawa Timur hingga Jakarta bahkan Banten itu semua untuk jualan sembako yang mejadi persoalan sebagian mereka membayar zakat dagangannya dengan berupa sembako bukan berupa uang dan itu sebagian dikeluarkan setiap bulan Ramadhan apa bulan tersebut karena bulan yang mulya yang penuh barakah yang mana amal hamba pada bulan itu dilipat gandakan. Wallahu A’lam.
Pertanyaannya.
Apakah boleh zakat dagangan itu dibayar berupa sembako tidak berupa uang..? Lalu benarkah zakat tijarah itu harus dibayar setiap bulan Ramadhan. Mohon Jawabannya.
Jawaban kami satukan.
Menurut pendapat yang masyhur dikalangan Madzhab Syafi’iyah menegaskan bahwa zakat tabungan, atau uang, harus dikeluarkan dalam bentuk uang. Tidak boleh menunaikan zakat tabungan uang dalam bentuk sembako atau benda lain selain uang.
Untuk zakat perdagangan, hukum asalnya dikeluarkan dalam bentuk uang, bukan dalam bentuk barang.
Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,
الأصل في زكاة التجارة أن يخرجها نقدا بنسبة ربع العشر من قيمتها
Hukum asal dalam zakat perdagangan adalah dikeluarkan dalam bentuk uang, senilai 2,5% dari nilai barang. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 23/276)
Diantara dalil bahwa zakat perdagangan dibayarkan dalam bentuk uang adalah hadis dari Abu Amr bin Himas, dari ayahnya. Bahwa Umar bin Khatab pernah mendatanginya, lalu beliau meminta,
“Wahai Himas, bayarkan zakatmu!”
“Aku tidak punya harta selain tembikar-tembikar dan beberapa kulit yang disamak.” Jawab Himas.
Kemudian Umar mengatakan,
قَوِّمْهَا قِيمَةً ، ثُمَّ أَدِّ زَكَاتَهَا
Hargailah dengan uang terhadap barang dagangan. Karena barang dagangan belum tentu dibutuhkan dalam hidupnya.
ترشيخ المستفيدين ص ١٥٤
.(فائدة)
لايجوز فى مذهب الإمام الشافعى رحمه الله تعالى إخراج العرض عن القيمة فمن أراد إخراجه قلد غيره ممن يرى الجواز كما أفتى ابن حجر وغيره بجواز التقليد فى ذلك
Kedua, boleh mengeluarkan zakat barang dagangan dengan barang yang diperdagangkan
Orang yang dagang sembako, dia boleh membayar zakat dengan sembako. Orang yang dagang tempe, boleh membayar zakat dengan tempe, dst.
Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,
أما عند الحنفية وهو قول ثان للشافعية قديم: يتخير المالك بين الإخراج من العرض أو من القيمة فيجزئ إخراج عرض بقيمة ما وجب عليه من زكاة العروض
موهبة ذى الفضل ج ٤ ص ٣٧
واجبها ربع عشر القيمة لا العروض أى اتفاقا فى ربع العشر كالنقد وعلى الجديد فى كونه من القيمة لأن فى المسألة ثلاثة أقوال المشهور الجديد أنه يخرج من القيمة ولايجوز أن يخرج من عين العرض،والثاني يجب الإخراج من العرض لأنه الذي يملكه والقيمة تقدير ،والثالث يتخير بينهما للعرض الدليلين
وسئل نفع الله به عن شافعي قلد الحنفية فى مسئلة فى الزكاةوهى جواز إعطاء البضاعة عن النقد وجواز الإقتصاد على صنف أو صنفين مع وجود الأصناف فهل يجوز له ذلك أم لا وفى أى كتاب هو ؟ فأجاب بقوله نعم يجوز له ذلك كما صرحوا به فى المختبرات فضلا عن المطولات
Menurut Hanafiyah dan pendapat kedua syafiiyah (qoul qodim), pemilik harta boleh memilih antara membayar zakat dengan barang dagangan atau dengan uang. Boleh membayar zakat barang dagangan dengan uang, yang menjadi kewajiban zakat barang dagangan. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 23/277) Dan ini juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau berpendapat, zakat barang dagangan bisa dikeluarkan dalam bentuk barang yang diperdagangkan, jika itu memberikan maslahat bagi masyarakat.
Beliau mengatakan,
يجوز إخراج زكاة عروض التجارة من أعيانها إذا كان ذلك يدفع الحرج عن المزكِّي في حالة الكساد وضعْف السيولة لدى التاجر، ويحقِّق مصلحة الفقير في أخْذ الزكاة أعيانًا، يمكنه الانتفاع بها
Boleh membayar zakat dengan barang yang diperdagangkan, jika itu bisa mengatasi kesulitan orang yang membayar zakat ketika arus keuangan sedang seret. Disamping mewujudkan kemaslahatan bagi si fakir, dengan mengambil barang yang diperdagangkan, yang mungkin untuk dimanfaatkan. (Ahkam wa Fatawa Zakat wa Sadaqah, hlm. 37).
Tarjih
Memang tidak ada dalil tegas yang menunjukkan bentuk harta yang dikelurkan untuk zakat perdagangan. Sementara keterangan Umar bin Khatab dalam hadis Himas, juga tidak tegas menunjukkan demikian. Karena itulah, jika kita perhatikan, para ulama lebih memperhatikan nilai maslahat. Dengan pertimbangkan dua hal,
Pertama, tidak merepotkan orang yang hendak bayar zakat
Kedua, mana yang lebih bermanfaat bagi penerima zakat.
Dengan melihat pertimbangan ini, insyaa Allah yang lebih mendekati adalah pendapat kedua. Boleh mengeluarkan zakat dengan barang dagangan. Dengan catatan, barang dagangan itu memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh penerima zakat.
Kemudian terkait dengan mengeluarkan zakat perdagangan baik berbentuk uang atau sembako tidak harus dibulan ramadhan melainkan cara membayarnya itu tepat harus mencapai haul (setahun ) sedangkan itu harus dihitung mulai sipedangang itu berniat bekerja dagang sampai batas setahun akan tetapi jika memang batasnya akhir tahun itu bertepatan pada bulan puasa Ramadhan maka mereka harus membayar zakatnya dibulan ramadhan.
Dengan kata lain pembayaran zakat dagangan itu tidak mesti dikeluarkan dibulan ramadhan melainkan harus disesuaikan hitungan setahun dimulai niat diperlakukan dagangan ( hitungan setahun /haul .
Referensi:
كاشفة السجا على سفينة النجا فى باب الزكاة ؛أى شروط زكاة التجارة
والحاصل أن شرط وجوب زكاة التجارة ستة أحدها كون المال مملوكاً بمعاوضة كشراء سواءكان بعرض أم نقد أم دين حال أم مؤجل وكما لو صالح عليه عن دم أو أجر به نفسه سواء كانت المعاوضة غير محضة وهي التي لا تفسد بفساد مقابلها كالنكاح والخلع أومحضة وهي التي تفسد بذلك كالبيع والشراء والهبة بثواب وخرج بذلك ما ملك بغيرمعاوضة كإرث فإذا ترك لورثته عروض تجارة لم تجب عليهم زكاتها وهبة بلا ثواب واختطاب
Kesimpulannya adalah bahwa syarat wajib zakat tijaroh Yaitu ada 6 (enam )
Harta dagangan dimiliki dengan cara muawadhoh, seperti melalui cara pembelian, baik dibayar dengan barang dagangan lain (barter), atau uang (emas/perak), atau dihutang yang dibayar dengan segera atau ditangguhkan, atau melalui cara shuluh, yaitu memperoleh harta atas dasar transaksi shuluh atau damai atas kematian seseorang, atau melalui cara memperoleh harta sebagai upah atas jasa yang disewakan, baik bentuk muawadhoh itu adalah muawadhoh ghoiru mahdoh, yaitu bentuk muawadhoh yang tidak bisa rusak sebab pembandingnya rusak, seperti; nikah, khuluk, atau bentuk muawadhoh itu adalah muawadhoh mahdoh, yaitu bentuk muawadhoh yang bisa rusak sebab pembandingnya rusak, seperti; transaksi penjualan dan pembelian, hibah dengan syarat balasan.
Dengan demikian, dikecualikan harta yang dimiliki tidak melalui cara muawadhoh, seperti harta yang dimiliki sebab menerima warisan. Oleh karena itu, apabila ada mayit meninggalkan harta warisan berupa harta dagangan kepada para ahli warisnya maka mereka tidak berkewajiban menzakatinya. Dikecualikan juga hibah yang tanpa syarat dibalas dan ihtitob (sebatas mengumpulkan harta dagangan).
ثانيها وجود نية التجارة حال المعاوضة قد يقصد به التجارة وقد يقصد به غيرها فلا بدمن نية مميزة وإن لم يجددها في كل تصرف بعد فراغ الشراء مثلاً برأس المال
Adanya niat berdagang pada saat melakukan transaksi muawadhoh karena terkadang muawadhoh bisa dimaksudkan untuk berdagang dan bisa dimaksudkan untuk selainnya. Oleh karena ini, harus ada niat yang membedakan antara keduanya, meskipun niat tersebut tidak selalu diperbaharui di setiap penasarufan setelah selesai melakukan pembelian semisal dengan modal.
ثالثها أن لا يقصد بالمال القنية أي الإمساك للانتفاع فإن قصدها به انقطع الحول في احتاج إلى تجديد نية مقرونة بتصرف وكذا إن قصدها ببعضه وإن لم يعينه ويرجع في
تعيينه إليه
Tidak ada niatan qun-yah atau menahan harta untuk memperoleh manfaat atau keuntungan. Apabila ia menyengaja qun-yah pada hartanya maka terputuslah haul sehingga memerlukan pembaharuan niat yang disertakan dengan tasarruf. Begitu juga dapat memutus haul apabila meniatkan qun-yah pada sebagian harta meskipun tidak ditentukan harta yang mana. Dan terputusnya haul dikembalikan pada sebagian harta yang ditentukan untuk diniati qun-yah.
ورابعها مضى حول من وقت الملك نعم إن ملكه بعين نقد نصاب أو دونه وفي ملكه باقيه كأن اشترى بعشرين مثقالاً أو بعين عشرة وفي ملكه عشرة أخرى بني على حولالنقد بخلاف ما لو اشتراه بنصاب في الذمة ثم نقده في الس فإنه ينقطع حول النقدويبتدىء حول التجارة من حين الشراء والفرق بين المسألتين أن النقد لم يتعين صرفه للشراء في الثانية بخلاف الأولى
Terlewatnya haul (setahun) dari waktu kepemilikan atas harta dagangan. Apabila seseorang memiliki harta dagangan dengan cara membelinya dengan emas yang sebesar nisob atau membelinya dengan emas yang sebesar kurang dari nisob, tetapi masih memiliki sisanya (yang jika dijumlahkan dengan yang digunakan untuk membeli dapat mencapai nisob), seperti; ia membeli barang dagangan dengan 20 mitsqol (nisob emas) atau ia membeli barang dagangan dengan 10 mitsqol dan masih memiliki 10 mitsqol sisanya, maka haul barang dagangan didasarkan pada haul emas itu.
Berbeda dengan masalah apabila seseorang membeli barang dagangan dengan emas yang sebesar nisob, tetapi masih dalam bentuk tanggungan, kemudian pada waktu berikutnya, ia membayarnya dengan emas di majlis akad, maka haul emas telah terputus dan haul harta dagangan dimulai dari waktu pembelian.
Perbedaan antara dua masalah di atas adalah bahwa emas dalam masalah kedua tidak harus ditasarrufkan untuk membeli barang dagangan, artinya, masih memungkinkan membelinya dengan harta lain karena pembayarannya bersifat tanggungan, sedangkan dalam masalah pertama, emas sudah pasti ditasarrufkan untuk membelinya.
خامسها أن لا يرد جميع مال التجارة في أثناء الحول إلى نقد من جنس ما يقوم به وهودون نصاب فإن رد إلى ذلك ثم اشترى به سلعة بكسر السين أي بضاعة للتجارة ابتدأحولها من حين شرائها لتحقق نقص النصاب بالتنصيص بخلافه قبله فإنه مظنون أما لورّّد بعض المال إلى ما ذكر أو باعه بعرض أو بنقد لا يقوم به آخر الحول كأن باعه بدراهم والحال يقتضي التقويم بدنانير أو بنقد يقوم به وهو نصاب فحوله باق في جميعذلك
Tidak mengembalikan atau merubah seluruh harta dagangan di tengah-tengah haul menjadi emas/perak yang harta dagangan dinilai harga dengannya, sedangkan emas/perak tersebut kurang dari nisob.
Apabila seseorang mengembalikan seluruh harta dagangan menjadi emas/perak, dan ternyata kurang dari nisob, kemudian ia membeli harta dagangan lain dengan emas/perak tersebut maka haul harta dagangan tersebut dimulai lagi sejak membelinya karena terbukti kurang dari nisob sebab tansis (penumpukan harta dagangan). Berbeda dengan sebelum dikembalikan menjadi emas/perak, maka nisob harta dagangan pertama bersifat madznun atau sekedar sangkaan telah mencapai nisob.
Adapun apabila sebagian harta dagangan dikembalikan menjadi emas/perak, atau sebagian harta dagangan dijual belikan dengan ganti berupa harta dagangan lain (barter), atau dijual dengan ganti emas/perak yang mana harta dagangan tersebut tidak dinilai harganya dengannya di akhir haul, misalnya; seseorang menjual sebagian harta dagangannya dengan ganti beberapa dirham padahal kondisi saat itu menunjukkan bahwa harta dagangan hanya dapat dinilai harganya dengan beberapa dinar, atau sebagian harta dagangan dijual dengan ganti emas/perak yang mana harta dagangan tersebut dapat dinilai harga dengannya dan telah mencapai nisob, maka haul harta dagangan bersifat tetap, artinya, tidak harus mengawali haul lagi.
سادسها أن تبلغ قيمته آخر الحول نصاباً أو دونه ومعه ما يكمل به كما لو كان معه مائة درهم فابتاع أي فاشترى بخمسين منها عرضاً للتجارة وبقي في ملكه خمسون وبلغت قيمة العرض آخر الحول مائة وخمسين فيضم لما عنده وتجب زكاة الجميع
Nilai harga harta dagangan di akhir haul telah mencapai nisob, atau kurang dari nisob tetapi masih memiliki harta yang menggenapkannya sehingga mencapai nisob, seperti; seseorang memiliki 100 dirham, lalu ia menggunakan 50 dirham untuk membeli harta dagangan dan ia masih mengantongi 50 dirham sisanya, di akhir tahun, harta dagangannya dinilai harganya dan menghasilkan 150 dirham, kemudian digabungkan dengan 50 dirham sebelumnya hingga berjumlah 200 dirham (mencapai nisob), maka wajib dizakati semuanya.
Allahu a’lam.