Menjaga Amal dan Menjauhi Dosa: Antara Wirid dan Perbuatan Maksiat
Assalamualaikum…
Saya bertanya ustadz….
sekarang kan bulan rajab penuh dengan amalan- amalan pagi sore….andaikan saya aktitf/istiqomah mengamalkan wiridan ini ustadz namun saya sering nonton film porno, apakah amalan saya selama bulan rajab tak memperoleh pahala ustadz dan apakah saya memperoleh dosa?…mohon jawaban ustadz
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Jawaban
Saudara yang dirahmati Allah, pertanyaan Anda sangat baik karena mencerminkan keinginan untuk memperbaiki diri. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.
Terkait pertanyaan diatas:
1. Amalan wirid dan pahala Amalan seperti membaca wirid, zikir, atau ibadah lainnya tetap memiliki nilai di sisi Allah, meskipun seseorang juga melakukan dosa. Namun, pahala dari amalan tersebut dapat berkurang atau bahkan tidak berdampak secara maksimal jika hati dan perilaku tidak selaras dengan ajaran Allah. Allah berfirman:
۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ٢٧
Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maidah: 27)
Artinya, ayat tersebut menekankan bahwa menjaga ketakwaan—termasuk menjauhi dosa—sangat penting agar amal diterima dan bermanfaat.
2. Menonton film porno
Menonton film porno adalah dosa yang jelas dilarang dalam Islam karena melibatkan pandangan haram, merusak hati, dan memicu syahwat yang dilarang. Allah berfirman:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ ٣٠
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang mereka perbuat.
(QS. An-Nur: 30)
Setiap kali seseorang melakukan dosa,maka ia memperoleh dosa kecuali bertaubat dengan sungguh-sungguh.
3. Bagaimana menyikapinya?
Istighfar dan taubat: Perbanyak istighfar dan taubat kepada Allah, serta niat kuat untuk meninggalkan perbuatan tersebut. Taubat yang diterima adalah taubat yang disertai penyesalan dan komitmen untuk tidak mengulanginya.
Konsistensi dalam kebaikan: Tetaplah istiqamah dalam wirid dan amalan baik lainnya, karena hal itu bisa menjadi wasilah untuk melemahkan hawa nafsu yang buruk.
Cari pengganti aktivitas: Hindari lingkungan, perangkat, atau situasi yang memudahkan dosa, dan sibukkan diri dengan aktivitas positif.
Ingatlah bahwa Allah Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat. Jangan putus asa dari rahmat-Nya. Allah berfirman:
An-Nur · Ayat 31
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٣١
Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.
(QS. An-Nur: 31)
Mengutip dalam khutbah Jum’at yang menyebutkan dua konsep utama:
١. “الحسنات يذهبن السيئات”
Artinya: Amal kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ إِنَّ ٱلْحَسَنَـٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ”
(QS. Hud: 114).
Ayat ini menjelaskan bahwa kebaikan, seperti ibadah atau amal shalih, dapat menjadi sarana untuk menghapus kesalahan yang telah dilakukan.
٢. “والسيئات يبطلن صالح الأعمال”
Artinya: Perbuatan buruk dapat membatalkan amal kebaikan. Ini merujuk pada bahaya dosa besar atau kezaliman, yang bisa menghapuskan pahala amal shalih. Isi Khotbah (Kata diatas) merujuk pada sebuah hadits yang disebutkan dalam kitab sunan Abi daud sebagaimana berikut:
سنن أبي داوود ٤٢٥٧: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ يَعْنِي عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ عَمْرٍو حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي أَسِيدٍ عَنْ جَدِّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
Sunan Abu Daud 4257: Telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Shalih Al Baghdadi] berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu Amir] -maksudnya Abdul Malik bin Amru- berkata: telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Bilal] dari [Ibrahim bin Abu Asid] dari [Kakeknya] dari [Abu Hurairah] bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jauhilah oleh kalian hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kabaikan seperti api memakan kayu bakar atau rumput.”
Penjelasan Hadits
1. Makna Hasad
Hasad adalah perasaan iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain, dengan keinginan agar nikmat tersebut hilang darinya. Dalam Islam, hasad termasuk penyakit hati yang dilarang keras karena dapat menghancurkan hubungan sosial dan merusak amal ibadah seseorang.
2. Dampak Hasad
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa hasad dapat memakan kebaikan (amal shalih), sebagaimana api melahap kayu bakar atau rumput. Artinya, hasad bisa menghapus pahala dari amal ibadah seseorang, sehingga tidak tersisa apa-apa, meskipun seseorang telah melakukan banyak amal shalih.
3. Peringatan Keras
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan perumpamaan yang kuat untuk menegaskan bahaya hasad. Seperti api yang cepat menghanguskan kayu bakar, demikian pula hasad cepat menghancurkan kebaikan, begitu juga halnya perbuatan dosa lainnya.
4. Dua Pendapat dalam Perumpamaan
Dalam riwayat ini, terdapat keraguan (syak) pada perawi apakah Rasulullah menyebutkan “kayu bakar” atau “rumput.” Namun, hal ini tidak memengaruhi makna pokok dari hadits, yakni peringatan terhadap bahaya hasad.
Kesimpulan
1. Bahaya Hasad
Hasad adalah dosa besar yang dapat menghancurkan pahala amal shalih. Oleh karena itu, seorang muslim harus menjauhi penyakit hati ini.
2. Pentingnya Mengendalikan Hati
Islam sangat menekankan pengendalian hati agar terhindar dari sifat buruk seperti hasad. Sebagai gantinya, seorang muslim diajarkan untuk berdoa agar orang lain diberkahi dan turut bersyukur atas nikmat Allah.
3. Penyucian Jiwa
Untuk menghindari hasad, seorang muslim perlu memperbanyak dzikir, istighfar, dan memperbaiki niat dalam setiap amal ibadah.
Hadits ini menjadi peringatan bahwa selain menjauhi dosa yang bersifat lahiriah, seorang muslim juga wajib menjauhi dosa batin seperti hasad, yang dapat merusak hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Wallahu a’lam bish-shawab