HUKUM DAN ETIKA MAKMUM MEMBANTU IMAM YANG LUPA BACAAN SURAT SETELAH FATIHAH DALAM SHALAT BERJAMAAH

Hukum dan Etika Makmum Membantu Imam yang Lupa Bacaan Surat  Seteleh Fatihah dalam Shalat Berjamaah

Assalamualaikum

Deskripsi Masalah/Latar Belakang

Dalam pelaksanaan shalat berjamaah, terjadi dinamika yang melibatkan imam dan makmum dalam menjaga kesempurnaan ibadah. Salah satu situasi yang sering terjadi adalah ketika imam membaca surat pendek setelah Al-Fatihah, tetapi lupa melanjutkan bacaan atau terhenti karena lupa ayat berikutnya. Dalam keadaan seperti ini, sebagian makmum spontan melanjutkan bacaan surat pendek tersebut untuk membantu imam mengingat ayat yang dilupakan.

Fenomena ini memunculkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hukum dan etika dalam shalat berjamaah. Mengingat bahwa shalat berjamaah memiliki aturan-aturan yang mengatur hubungan antara imam dan makmum, termasuk kewajiban makmum untuk mengikuti imam dalam rangka menjaga kekhusyukan dan tertib shalat. Oleh karena itu, situasi ini membutuhkan penjelasan dari sudut pandang fikih untuk memastikan ibadah tetap sesuai dengan syariat.

Pertanyaan

1.      Apakah shalat makmum tetap sah?

2.      Apakah tindakan makmum tersebut dibenarkan ?

Wa’alaikumsalam salam

Jawaban.

Kasus seperti ini memang sering menjadi perhatian dalam praktik shalat berjamaah. Berikut penjelasannya:

1. Apakah sah shalatnya makmum?

Shalat makmum tetap sah. Dalam kasus ini, makmum tidak bermaksud memimpin shalat atau menggantikan imam, tetapi hanya bermaksud membantu imam melanjutkan bacaan. Selama makmum mengikuti gerakan dan niat shalat berjamaah di bawah imam,dan juga diniatkan membaca Al-Qur’an maka shalatnya tetap sah.

2. Apakah tindakan makmum itu dibenarkan?

Tindakan makmum yang langsung melanjutkan bacaan imam secara umum tidak dianjurkan. Mengapa? Karena:

Kedudukan imam dalam shalat adalah pemimpin. Sebaiknya imam sendiri yang menyelesaikan bacaan, meskipun harus mengulang atau membaca surat yang mudah diingat.

Jika makmum membantu dengan melanjutkan bacaan, ini dikhawatirkan melanggar tata tertib shalat berjamaah, di mana makmum seharusnya hanya mengikuti imam tanpa mengambil alih.

Namun, ada pengecualian jika:

Imam meminta bantuan dengan diam sejenak atau memberi isyarat. Dalam hal ini, makmum boleh membantu melafalkan bacaan dengan pelan untuk mengingatkan imam.

Imam lupa dan tidak menyelesaikan bacaan, maka makmum tidak diperbolehkan melanjutkan bacaan dengan keras. Sebaiknya makmum memberikan isyarat tasbih (subhanallah) atau menyebutkan ayat pertama dari surat tersebut secara pelan untuk mengingatkan imam.

Kesimpulan:

Shalatnya makmum sah alasannya berbicara dengan ayat al-Qur’an walaupun sebenarnya tidak dianjurkan bagi makmum melanjutkan bacaan surat pendek imam. Jika ingin membantu, cukup dengan isyarat atau bacaan pelan untuk mengingatkan imam.

Adapun anjuran mengingatkan imam yang lupa adalah dengan bettasbih jika laki-laki dan bertepuk tangan bagi perempuan

Rujukan Dalil dan Pendapat Ulama

1.      Dalam shalat berjamaah, Rasulullah SAW bersabda:

إنماجعل الإمام ليؤتم به”

Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa makmum harus mengikuti imam, bukan mengambil alih tugasnya.

2.     Al-Qulyubi dan Umairoh

القليوبي وعميرة ١/١٨٧

“تبطل الصلاة بالنطق عمداً من غير القرآن (قوله من غير القرآن) دخل فيه المنسوخ والتلاوة والتوراة والإنجيل والأحاديث ولو قُدسية ولو قال الله أو قال النبي أو قاف أو صاد بطلت ما لم يقصد أنه من القرآن اهـ”

Kitab Hasyiyah al-Qalyubi wa Umairah (1/187):

“Shalat batal karena berbicara dengan sengaja selain (membaca) Al-Qur’an. (Ucapan) ‘selain Al-Qur’an’ mencakup (membaca) ayat yang telah dihapus (hukumnya) atau (membaca) kitab Taurat, Injil, hadis-hadis, meskipun hadis qudsi. Begitu juga jika ia mengucapkan ‘Allah berfirman’, ‘Rasulullah bersabda’, huruf-huruf seperti Qaf atau Shad, maka shalatnya batal, kecuali jika ia berniat bahwa itu bagian dari Al-Qur’an.”

Artinya Mafhum mukhalafah dari ibarat diatas jika yang diucapkan adalah ayat Al-Qur’an  maka tidaklah membatalkan shalat  .Wallahu a’lam bish-shawab

3. Hasyiah Ad-Dasuqi

(حاشية الدسوقي – (ج ٣ / ص ٢٨٢

قوله ( وكلام لإصلاحها بعد سلام ( حاصله أن الإمام إذا سلم من ركعتين مثلا فحصل كلام منه أو من المأموم أو منهما لأجل إصلاحها فلا تبطل به الصلاة ولا سجود عليه بل هو مطلوب لكن إن كان المتكلم لإصلاحها المأموم فيشترط في عدم بطلان صلاته أمران الأول أن لا يكثر الكلام فإن كثر بطلت والثاني أن يتوقف التفهيم على الكلام وإن كان الكلام لإصلاحها صادرا من الإمام فيشترط فيه زيادة على ما ذكر أمران أيضا أن يسلم معتقدا التمام وإن لا يطرأ له بعد سلامه شك في نفسه بأن لا يحصل له شك أصلا أو يحصل له من المأمومين واعلم أن الكلام لإصلاح الصلاة لا سجود فيه ولا بطلان به سواء وقع بعد السلام أو قبله كأن يسلم من اثنتين ولم يفقه بالتسبيح فكلمه بعضهم فسأل بقيتهم فصدقوه أو زاد أو جلس في غير محل الجلوس ولم يفقه بالتسبيح فكلمه بعضهم وكمن رأى في ثوب إمامه نجاسة فدنا منه وأخبره كلاما لعدم فهمه بالتسبيح وكالمستخلف بالفتح ساعة دخوله ولا علم له بما صلاه الإمام الذي استخلفه فيسألهم عن عدد ما صلى إذا لم يفقه بالإشارة إذا علمت هذا فقول الصنف بعد سلام إمامه لا مفهوم له وإنما نص على عدم السجود في الكلام بعد السلام لإصلاحها ردا على من قال إن الكلام بعد السلام لإصلاحها لا يجوز وتبطل به الصلاة وأن حديث ذي اليدين منسوخ كذا أجاب بعضهم وفيه أن الرد على من ذكر لا يكون بنفي السجود إنما يكون بإثبات الجواز بأن يقول وجاز كلام لإصلاحها بعد سلام

Hasyiah ad-Dasuqi (Juz 3, Halaman 282)

“Ucapan untuk memperbaiki (shalat) setelah salam”

Kesimpulannya adalah bahwa apabila imam mengucapkan salam dari dua rakaat, misalnya, lalu terjadi ucapan dari dirinya, makmum, atau keduanya untuk memperbaiki (shalat), maka shalat tersebut tidak batal karenanya, dan tidak ada sujud (sahwi) yang diwajibkan, bahkan hal itu disyariatkan. Namun, apabila yang berbicara untuk memperbaiki (shalat) adalah makmum, maka ada dua syarat agar shalatnya tidak batal:

1. Ucapannya tidak terlalu banyak. Jika terlalu banyak, maka shalatnya batal.

2. Penjelasan atau pemahaman (imam) tidak bisa dicapai tanpa ucapan tersebut.

Apabila ucapan untuk memperbaiki (shalat) berasal dari imam, maka ada dua syarat tambahan di samping syarat yang telah disebutkan:

1. Imam harus mengucapkan salam dengan keyakinan bahwa shalatnya telah sempurna.

2. Tidak ada keraguan yang muncul setelah salam, baik keraguan sama sekali tidak terjadi, atau keraguan itu muncul dari makmum.

Ketahuilah bahwa ucapan untuk memperbaiki shalat tidak menyebabkan kewajiban sujud (sahwi) dan tidak membatalkan shalat, baik ucapan itu terjadi setelah salam maupun sebelum salam. Misalnya, seorang imam mengucapkan salam setelah dua rakaat, tetapi tidak memahami isyarat tasbih dari makmum, kemudian makmum berbicara untuk mengingatkannya. Imam pun bertanya kepada makmum lain, dan mereka menguatkan (bahwa shalat belum sempurna). Atau imam menambah (rakaat) atau duduk di tempat yang bukan posisi duduk (yang benar), dan tidak memahami isyarat tasbih, lalu makmum berbicara untuk memperingatkannya. Begitu pula dengan kasus seseorang melihat ada najis pada pakaian imamnya, lalu ia mendekat dan mengingatkan dengan ucapan karena imam tidak memahami isyarat tasbih.

Hal serupa berlaku pada orang yang diangkat menjadi pengganti imam (mukhtalaf) saat masuk (untuk menggantikan), tetapi tidak tahu jumlah rakaat yang telah ditunaikan oleh imam sebelumnya, maka ia bertanya kepada makmum lain tentang jumlah rakaat yang telah dikerjakan, jika ia tidak memahami isyarat.

Jika kamu telah memahami ini, maka ucapan sang pengarang mengenai “setelah salam imamnya” tidak memiliki pemahaman yang berbeda. Ia hanya menyebutkan tidak ada kewajiban sujud dalam ucapan setelah salam untuk memperbaiki shalat, sebagai bantahan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa ucapan setelah salam untuk memperbaiki shalat tidak diperbolehkan dan membatalkan shalat.

Pendapat ini menggunakan dalil bahwa hadis Dzul Yadain telah dimansukhkan. Namun, bantahan terhadap pendapat tersebut tidak dapat dilakukan hanya dengan menafikan kewajiban sujud (sahwi). Sebaliknya, harus ditegaskan kebolehan ucapan untuk memperbaiki shalat setelah salam.

4. Al-Majmu’ Syarah Muhadzzab

(المجموع شرح المهذب – (ج 4 / ص 15

(فرع) في مذاهب العلماء في كلام المصلي هو ثلاثة أقسام (أحدها) يتكلم عامدا لا لمصلحة الصلاة فتبطل صلاته بالإجماع نقل الإجماع فيه ابن المنذر وغيره لحديث معاوية بن الحكم السابق وحديث ابن مسعود وحديث جابر وحديث زيد بن أرقم وغيرها من الأحاديث التي سنذكرها إن شاء الله تعالى (الثاني) أن يتكلم لمصلحة الصلاة بأن يقوم الإمام إلى خامسة فيقول قد صليت أربعا أو نحو ذلك فمذهبنا ومذهب جمهور العلماء أنه تبطل الصلاة وقال الأوزاعي لا تبطل وهي رواية عن مالك وأحمد لحديث ذي اليدين ودليل الجمهور عموم الأحاديث الصحيحة في النهي عن الكلام ولقوله صلى الله عليه وسلم من نابه شيء في صلاته فليسبح الرجال وليصفق النساء ” ولو كان الكلام مباحا لمصلحتها لكان أسهل وأبين وحديث ذي اليدين جوابه ما سنذكره إن شاء الله تعالى

(Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz 4, Halaman 15)

(Cabang pembahasan) mengenai hukum berbicara saat shalat memiliki tiga kategori. (Pertama): Berbicara dengan sengaja tanpa ada kepentingan shalat, maka shalatnya batal berdasarkan ijma’. Kesepakatan ini telah dinukil oleh Ibnul Mundzir dan lainnya, berdasarkan hadits Mu’awiyah bin al-Hakam yang telah disebutkan sebelumnya, juga hadits Ibnu Mas’ud, hadits Jabir, hadits Zaid bin Arqam, serta hadits-hadits lainnya yang akan disebutkan, insya Allah Ta’ala. (Kedua): Berbicara untuk kepentingan shalat, seperti apabila imam berdiri untuk rakaat kelima, lalu seseorang berkata, “Engkau telah shalat empat rakaat” atau ucapan semisalnya. Menurut mazhab kami dan mayoritas ulama, hal ini membatalkan shalat. Namun, menurut al-Awza’i, shalat tidak batal. Ini juga merupakan salah satu riwayat dari Malik dan Ahmad, dengan dalil hadits Dzul Yadain. Sedangkan dalil mayoritas ulama adalah keumuman hadits-hadits shahih tentang larangan berbicara, serta sabda Nabi ﷺ, “Apabila seseorang menghadapi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah kaum laki-laki bertasbih dan kaum perempuan bertepuk tangan.” Jika berbicara untuk kepentingan shalat itu diperbolehkan, tentu hal tersebut lebih mudah dan lebih jelas. Adapun hadits Dzul Yadain, jawabannya akan disebutkan, insya Allah Ta’ala.Wallahu a’lam bish-shawab

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Slot77 Daun77 akurat77 https://itgid.org/public/4d/ https://itgid.org/public/scatter/ slot77 slot online Demo Slot Pg https://aekbilah.tapselkab.go.id/aseng/ Slot Online Gacor https://aekbilah.tapselkab.go.id/dior/ https://www.uobam.co.id/public/assets/ Toto 4D https://wiki.clovia.com/ Slot Gacor Gampang Maxwin Slot77 Daun77 Daun77 slot thailand Daun77 slot77 4d Usutoto situs slot gacor Usutoto Usutoto slot toto slot Daun77 Daun77 Daun77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 MBAK4D MBAK4D DWV99 DWV138 DWVGAMING METTA4D MBAK4D MBAK4D MBAK4D METTA4D DWV99 DWV99 MBAK4D MBAK4D MBAK4D SLOT RAFFI AHMAD METTA4D https://aekbilah.tapselkab.go.id/toto4d/ https://aekbilah.tapselkab.go.id/spaceman/ METTA4D METTA4D METTA4D demo slot MBAK4D METTA4D MINI1221 https://www.concept2.cz/ https://berlindonerkebab.ca/ togel malaysia sabung ayam online tototogel slot88 MBAK4D MBAK4D DWV138 METTA4D