
HUKUMNYA TAQLID SETELAH AMAL
Assalamualaikum.
Pada mulanya perkataan Ahli sunnah wal jamaah lebih memberikan konotasi aqidah atau keimanan. Tetapi perkembangan selanjutnya justru konotasi madzhab dalam istilah ahli sunnah waljamaah terasa lebih kuat terutama dikalangan Nahdlatul ulama .Bahkan jika Istilah Ahlussunnah wal jamaah disebut, sering terkesan adanya sistem bermadzhab , bermadzhab yang dimaksud adalah taqlidnya orang awam atau orang yang tidak sampai derajat ijtihad kepada madzhab Imam mujtahid baik secara terus menerus atau berpindah-pindah dari madzab yang satu kepada madzhab yang lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia mayoritas bermadzhab Syafi’iyah namun demikian tidak sedikit kita mengetahui dari teman yang ketika berhaji masyarakat yang menyentuh lain jenis utamanya ketika melakukan thowaf, itu sering terjadi dikarenan oleh desakan banyak orang sedangkan syaratnya thowaf harus punya wudhu .Ketika si Ahmad thowaf dia menyentuh perempuan dan setelah selesai thowaf dia ingat bahwa dia batal wudhunya, disebabkan sentuhan tersebut.
Studi kasus yang sama
Ahmad melakukan sholat dan setelah shalat dia baru ingat bahwa dirinya hadats ( batal wudhu’nya) karena kentut dll
Pertanyaannya.
Bolehkah seseorang taqlid kepada salah seorang Imam madzhab setelah Amal ( setelah melakukan ) seperti deskripsi semisal taqlid kepada Imam malikiy yang tidak batal wudhu’ karena kentut..?atau taqlid pada Imam Hanafi yang tidak batal wudhu’ menyentuh Non muhrim.?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Boleh untuk taqlid setelah wujudnya amal, taqlid yang dimaksud adalah mengamalkan perkataan salah satu imam mujtahid dengan tanpa mengetahui dalil-dalilnya, ketika seseorang berniat taqlid kepada salah seorang mujtahid, maka sudah dianggap cukup bahkan hukumnya taqlid adalah wajib, yang terjadi pada hal yang baru. Dan haram bagi imam mujtahid. Dan diperbolehkan bagi seseorang memilih dalam permulaan taqlid pada salah satu dari madzhab yang empat, kemudian setelah taqlid boleh pindah pada madzhab yang lain, sama saja pindahnya selamanya atau pindah dalam sebagian beberapa hukum saja, walaupun tanpa keperluan. Ini menurut pendapat yang kuat.
Dengan kata lain” Taqlid adalah mengikuti ( mengamalkan ) pendapatnya salah satu imam mujtahid tentang suatu hukum agama Islam tanpa memperhatikan benar atau salahnya, baik buruknya, manfaat dan mafsadahnya atau tanpa mengetahui alasan dalil Nya”. Berbeda dengan ” It-Tiba’ adalah mengikuti pendapat orang dengan mengerti alasan ( dalil-dalilnya). ” Namun demikian seseorang tidak serta merta taqlid melaikan harus mengetahui terhadap syaratnya, artinya boleh mentaqlid setelah amal sebagamana deskripsi dengan catatan jika muqollid memenuhi dua persayaratan”:
1).Ketika amal dia tidak tahu akan rusaknya sesuatu yang dilakukan atau karena lupa.
2).Imam yang hendak untuk diikuti juga memperbolehkan akan adanya taqlid setelah amal.
(بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي ص ١٠)
( مسألة: ك ) : يجوز التقليد بعد العمل بشرطين: أن لا يكون حال العمل عالماً بفساد ما عنّ له بعد العمل تقليده، بل عمل نسيان للمفسد أو جهل بفساده وعذر به، وأن يرى الإمام الذي يريد تقليده جواز التقليد بعد العمل، فمن أراد تقليد أبي حنيفة بعد العمل سأل الحنفية عن جواز ذلك، ولا يفيده سؤال الشافعية حينئذ، إذ هو يريد الدخول في مذهب الحنفي، ومعلوم أنه لا بد من شروط التقليد المعلومة زيادة على هذين اهـ. وفي ي نحوه، وزاد: ومن قلد من يصح تقليده في مسألة صحت صلاته في اعتقاده بل وفي اعتقادنا، لأنا لا نفسقه ولا نعدّه من تاركي الصلاة، فإن لم يقلده وعلمنا أن عمله وافق مذهباً معتبراً، فكذلك على القول بأن العامي لا مذهب له، وإن جهلنا هل وافقه أم لا لم يجز الإنكار عليه.
Referensi :
تنوير القلوب فى معاملة علام الغيوب (تأليف مولانا العارف بالله المحوم) الشيخ محمد آمين الكردى الإربلي الشافعى مذهبا النقشبندي مشربا.ص ٣٩٦
{فصل فى حكم التقليد وشروطه}
وهو العمل بقول المجتهد من غير معرفة دليله ومتى نواه بقلبه كفى وإن لم ينطق به وهو واجب على غير المجتهد وحرام على المجتهد فيما يقع له من الحوادث ويتخير الشخص إبتداء فى تقليد أى مذهب من مذاهب الأربعة ثم تقليده لأى مذهب يجوز له الإنتقال منه إلى مذهب آخر سواء انتقل دواما أو فى بعض الأحكام ولو لغير حاجة على المعتمد…الخ