Assalamualaikum wr wb
Deskripsi masalah
Membaca basmalah disetiap pekerjaan dianjurkan sebagaimana Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: Setiap pekerjaan yang baik yang tidak didahului dengan membaca basmalah maka terputus . Ahli tafsir mengartikan yang dimaksud dengan terputus adalah sedikit barakahnya . Studi kasus ada seseorang pecandu rokok dia baca basmalah sebelum merokok atau ketika merokok dan juga baca hamdalah ketika selesai merokok dikarenakan dia beranganggapan bahwa merokok itu nikmat, apalagi dibarengi dengan minum kopi dan setelah makan.
Pertanyaannya
Bagaimana hukumnya baca basmalah ketika mau mengerjakan hal yang makruh seperti merokok, dan juga makan bawang merah, dan juga membaca hamdalah setelah selesai mengerjakan hal yang makruh tersebut? Mohon jawabannya dengan referensinya
Waalaikum salam.
Jawaban.
Membaca bamalah dalam setiap pekerjaan itu memang sangat dianjurkan bahkan sunnah, namun tidak setiap perbuatan itu dianjurkan membaca basmalah, melainkan yang dianjurkan baca basmalah itu, yaitu pekerjaan yang bernilai baik secara sayariat.
Ulama mengklasifikasikan hukum membaca basmalah menjadi Lima macam.
- Wajib
- Sunnah
- Haram.
- Makruh
- Mubah
Begitu juga halnya hukum merokok ulama berbeda pendapat
- Ulama yang berpendapat haram secara mutlak
- Ulama yang berpendapat halal secara mutlak
- Ulama menafsil/ memerinci hukum merokok tergantung situasi dan kondisinya, sebagaimana berikut;
a) Haram, jika pembelihan rokok dengan menggunakan uang yang menjadi kebutuhan nafaqoh ( belanja ) keluarga, jika bertujuanmenghambur-hamburkan uang, atau jika yakin akan menimbulkan bahaya .
b) Makruh, Jika merokok tanpa bertujuan apa-apa dan tidak berbahaya.
c) Wajib, jika punya penyakit /bahaya yang tidak bisa disembuhkan kecuali dengan merokok.
d) Sunnah, jika mempunyai penyakit yang berbahaya dan bisa sembuh dengan merokok akan tetapi masih ada obat lain.
e) Mubah
Referensi :
الباجوري ج ١ ص ٣٤٣
(قوله ولا بيع لا منفعة فيه)
قيل منه الدخان المعروف لانه لا منفعة فيه بل يحرم استعماله لان فيه ضررا كبيرا وهذا ضعيف وكذا القول بانه مباح والمعتمد انه مكروه بل قد يعتريه الوجوب كما اذا كان يعلم الضرر بتركه وحينئذ فبيعه صحيح وقد تعتريه الحرمة كما اذا كان يشتريه بما يحتاجه لنفقة عياله او تيقن ضرره
Dikatakan bahwa termasuk dalam kategori ini adalah rokok yang dikenal, karena tidak ada manfaat padanya, bahkan haram menggunakannya karena mengandung bahaya besar. Pendapat ini lemah. Demikian pula pendapat yang mengatakan bahwa rokok itu mubah. Pendapat yang mu’tamad (kuat) adalah bahwa rokok itu makruh, bahkan bisa menjadi wajib jika seseorang mengetahui adanya bahaya jika ia meninggalkannya (misalnya, bagi orang yang sudah sangat kecanduan dan berhenti tiba-tiba bisa membahayakan kesehatannya). Ketika itu, jual belinya sah. Dan bisa juga menjadi haram, seperti jika seseorang membelinya dengan…
(إعانة الطالبين. ٩/١)
فيقال: البسملة مطلوبة في كل أمر ذي بال – أي حال – يهتم به شرعا، بحيث لا يكون محرما لذاته ولا مكروها كذلك، ولا من سفاسف الأمور – أي محقراتها – فتحرم على المحرم لذاته كالزنا، لا لعارض كالوضوء بماء مغصوب. وتكره على المكروه لذاته كالنظر لفرج زوجته، لا لعارض كأكل البصل
Maka dikatakan: Basmalah itu dituntut (disunnahkan) dalam setiap perkara yang memiliki nilai – yaitu keadaan – yang diperhatikan oleh syara’, sekira perkara tersebut tidak haram karena zatnya, tidak makruh karena zatnya, dan bukan termasuk perkara remeh – yaitu perkara yang dianggap hina – maka haram membaca basmalah atas perkara yang haram karena zatnya seperti zina, bukan karena sebab lain seperti berwudhu dengan air hasil ghasab. Dan makruh membaca basmalah atas perkara yang makruh karena zatnya seperti melihat kemaluan istrinya, bukan karena sebab lain seperti makan bawang.
كاشفة السجا على سفينة النجا
– وعملاً بحديث أبي داود وغيره كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم اﷲ الرحمن الرحيم فهو أبتر أو أقطع أو أجذم والبال الشرف والعظمة أو الحال والشأن الذي يهتم به شرعاً. ومعنى الاهتمام به طلبه أو إباحته بأن لا يكون محرماً لذاته ولا مكروهاً لذاته لكن لاتطلب البسملة على محقات الأمور ككنس زبل ولا تطلب للذكر المحض كالتهليل
– Dan mengamalkan hadits Abu Dawud dan lainnya, setiap perkara yang memiliki nilai yang tidak dimulai dengan “Bismillahirrahmanirrahim” maka ia terputus, kurang berkah, atau cacat. Dan “al-bal” adalah kemuliaan dan keagungan, atau keadaan dan urusan yang diperhatikan oleh syara’. Makna “memperhatikan” adalah menuntutnya atau membolehkannya, dengan syarat tidak haram karena zatnya dan tidak makruh karena zatnya. Akan tetapi, basmalah tidak dituntut pada perkara-perkara yang hina seperti menyapu kotoran, dan tidak dituntut untuk dzikir murni seperti tahlil
إعانة الطالبين.ص ٣
والحاصل تعتريها الأحكام الخمسة . الوجوب كما فى الصلاة عندنا معاشر الشافعية والإستحباب عينا كما فى الوضوء والغسل والإسحباب كفاية كما فى أكل الجماعة وكما فى جماع الزوجين فتكفى تسمية أحدهما والتحريم فى المحرم الذاتي والكراهة فى المكروه الذاتى والإباحة فى المباحات التى لاشرف فيها كنقل متاع من مكان إلى آخر .
Kesimpulannya, basmalah itu memiliki lima hukum: wajib, seperti dalam shalat menurut kami golongan Syafi’iyah; sunnah ‘ain (sunnah bagi setiap individu) seperti dalam wudhu dan mandi; sunnah kifayah (sunnah yang cukup dilakukan oleh sebagian orang) seperti dalam makan berjamaah dan seperti dalam berhubungan suami istri, maka cukup dengan ucapan basmalah salah satu dari keduanya; haram pada perkara yang haram karena zatnya; makruh pada perkara yang makruh karena zatnya; dan mubah pada perkara mubah yang tidak memiliki kemuliaan seperti memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain.
سبعة كتب مفيدة ص ١٥٨
إذا تقررذلك فاعلم أن المسئلة إستعمال التنباك وسعوطا من جملة أفراد الأمور المتشبهات التى فسرها العلماء رحمهم الله تعالى ماليس بواضح الحال والحرمة مما تنازعته وتجاذبته المعانى والأسباب – إلى أن قال – ومن أجل ذلك انقسم العلماء فى الكلام على حكمه ثلاثة مذاهب ، المذهب الأول مذهب من أطلق القول بتحريم استعماله – إلى أن قال- المذهب الثانى مذهب من أطلق القول بعدم تحريم استعمال التنباك المذكور – إلى أن قال – مذهب الثالث من لم ير أطلق القول بتحريم استعمال التنباك أو تحليله لأنه يرى أن المقام مقام تفصيل ، والقاعدة أن الإطلاق للحكم فى مقام التفصيل خطاء فيرى أن جميع الأحكام الشرعية الخمسة الحرمة والكراهة والوجوب والندب والإباحة تجرى فى مسئلة استعمال التنباك بحسب المشتريات الوضعية الشرعية – إلى أن قال – فاعلم أن أمثلة ذلك لاتدخل تحت الحصر ولكن لابأس بالإشارة إلى بيان ذلك فيما نحن بصدده من جميع الأحكام الخمسة ،فمن أمثلة باب الحرام أن يقال استعمال التنباك ضرر محرم يكون ذلك حكما وضعيا لحرمة استعمال التنباك فى حق من هذا صفته – إلى أن قال- ومن أمثلة باب المكروه أن يقال استعمال التنباك اختلف العلماء رحمهم الله تعالى فى حكمه واختلافهم فى الشيء حكم وضعي لكراهة اقتحام الريب قال عليه السلام دع مايريبك إلى مالا يريبك رواه النسائ والترمذي والحاكم وصححه ومن أمثلة الوجوب أن يقال دفع الضرر عن النفس إذا تعين حكم وضعي لوجوب استعمال مايقع به الدفع المفهوم قوله تعالى لَاتَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ بل لو وقعت التجربة فى أن الدفع لذلك الضرر ليس إلابتعاطى المحرم اكلا وشربا وجب لأنه مضطر فى بقاء روحه – إلى أن قال- ومن أمثلة باب الندب أن يقال دفع الضرر عن النفس من عارض الداء حكم وضعي لندب استعمال مايقع به النفع من تعاطى الدواء لتظاهر الأدلة السمعية المتكاثرة على مشروعة التداوى – إلى أن قال- وقد ذكر الأطباء المتأخرين أنه ينفع لجاع الكبد ومن الحميات الغليظة ومن المغض واليرفان ولتجفيف الرطبات وغير خوف جريان ماذكر فى التنباك سواء قلنا يجوز استعماله أو بحرمته وإن كراهة التنباك وندبه ووجوبه يطلق عليه اسم الجائز بمعنى غير الممنوع من فعلها. والله أعلم بالصواب
Dari referensi ditas dapat disimpulkan bahwa hukum membaca basmalah ketika merokok atau akan merokok dan membaca hamdalah setelah merokok dikondisikan hukumnya dengan hukumnya merokok antara hukum yang lima. Yakni bisa jadi hukumnya sunnah, makruh mubah, haram, selain bukan hukum yang wajib karena hukum baca basmalah itu hanya bisa dicontohkan ketika didalam sholat yaitu baca basmalah karena termasuk bagian dari surah fatihah menurut. Syafiiyah. Jadi dalam hal hukum membaca basmalah ini dikondisikan sebagaimana hukunya merokok dengan berdasarkan sebuah kaidah sebagai berikut:
الوسائل لها حكم المقاصد
Artinya “perantara atau media baginya berlaku pula hukum sebagaimana tujuanya”.
الحكم يدور مع علته وجودا وعداما
Artinya:” Hukum itu berputar ( bisa berubah) beserta illatnya ( sebabnya) ada dan tidak adanya illat itu. Wallahu A’lam bisshowab