DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

HADITS KE 24 : SHALAT TAHIYATUL MASJID DI WAKTU KHUTBAH

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID KE II (DUA)》

BAB SHALAT JUM’AT

HADITS KE 24 :

وَعَنْ جَابِرٍ قَالَ: ( دَخَلَ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ, وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ . فَقَالَ: صَلَّيْتَ؟ قَالَ: لَا قَالَ: قُمْ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Jabir Radliyallaahu ‘anhu berkata: Ada seorang laki-laki masuk pada waktu sholat Jum’at di saat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang berkhutbah. Maka bertanyalah beliau: “Engkau sudah sholat?” Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: “Berdirilah dan sholatlah dua rakaat.” Muttafaq Alaihi.

MAKNA HADITS :

Jabir (r.a) menceritakan suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi (s.a.w) ketika baginda sedang menyampaikan khutbah pada hari Jum’at. Ketika Nabi (s.a.w)
dalam keadaan demikian, masuklah seseorang yang dikenali dengan nama Sulaik al-Ghathfani; dia terus duduk dan tidak mengerjakan sholat tahiyyatul masjid. Nabi (s.a.w) menyerunya seraya bersabda: “Sudahkah engkau mengerjakan sholat?” Sulaik menjawab: “Belum.” Maka Nabi (s.a.w) menyuruhnya berdiri dan mengerjakan sholat dua rakaat sebagai penghormatan terhadap masjid.

FIQH HADITS :

1. Perintah dan larangan yang boleh dilakukan oleh khatib ketika sedang menyampaikan khutbah di samping boleh menjelaskan hukum-hukum yang diperlukan dan ini tidak memutuskan khutbah yang mesti disampaikan secara bersambung, karena semua itu termasuk bagian daripada
khutbah.

2. Disyariatkan mengerjakan sholat dua rakaat bagi orang yang memasuki masjid sebagai menghormatinya. Imam al-Syafi’i berkata: “Mengerjakan
sholat tahiyyatul masjid disyariatkan pada setiap waktu, meskipun ketika khutbah Jum’at sedang disampaikan dan masuk ke dalam masjid secara dilakukan berulang kali.” Beliau mentafsirkan hadis-hadis yang melarang sholat sesudah fajar hingga matahari terbit, dan sholat sesudah Asar hingga matahari tenggelam hanya khusus bagi sholat yang tidak mempunyai sebab-sebab yang mendahuluinya. Beliau berkata: “Rasulullah (s.a.w) belum pernah meninggalkan sholat tahiyyatul masjid walau dalam keadaan apapun. Baginda yang ketika itu sedang menyampaikan khutbah malah menyuruh lelaki yang baru masuk ke dalam masjid itu berdiri untuk mengerjakan sholat dua rakaat. Seandainya Rasulullah (s.a.w)
tidak menganggapnya penting, niscaya baginda tidak menyuruh lelaki itu mengerjakan sholat ketika sedang berkhutbah.”

Imam Malik berkata: “Mengerjakan sholat tahiyyatul masjid pada waktu-waktu yang dilarang adalah makruh. Sedangkan ketika khutbah sedang disampaikan, matahari sedang terbit, dan matahari sedang tenggelam, maka hukumnya haram.” Beliau berkata lagi: “Jika seseorang berulang kali
masuk ke dalam masjid, maka mencukupi baginya sholat yang pertama, tetapi dengan syarat dia kembali masuk ke dalam masjid dalam waktu yang tidak terlampau lama mengikuti ukuran tradisi. Jika kembali masuk ke dalam masjid dalam waktu yang lama, maka dia disunatkan mengulangi semula
sholat tahiyyatul masjid itu.”

Imam Abu Hanifah memandang makruh mengerjakan sholat tahiyyatul masjid pada waktu-waktu yang dilarang dan ketika khatib sedang berkhutbah. Solat tahiyyatul masjid tidak boleh dilakukan secara berulang
kali, sekalipun seseorang itu keluar masuk masjid secara berulang kali, tetapi sudah mencukupi baginya melakukannya satu kali dalam sehari.

Imam Ahmad berkata: “Sholat tahiyyatul masjid disunatkan bagi setiap orang yang memasukinya pada waktu-waktu yang tidak dimakruhkan sebelum dia duduk dan dalam keadaan telah bersuci, sekalipun dia memasuki masjid secara berulang kali apabila dia bukan khatib yang masuk ke dalam masjid untuk menyampaikan khutbah, bukan pula orang
yang masuk ke dalamnya untuk mengerjakan sholat hari raya, dan bukan pula pengurus masjid yang berulang kali masuk ke dalamnya.”

Ulama berselisih pendapat dalam waktu sholat tahiyyatul masjid
habis waktunya karena duduk ataupun sebaliknya.

Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berkata: “Waktu sholat tahiyyatul masjid masih belum terlewatkan karena duduk, meskipun dalam waktu yang agak lama, tetapi duduk sebelum melakukan sholat tahiyyatul masjid adalah dimakruhkan.” Kedua ulama ini melandaskan pendapatnya kepada hadis ini dimana Rasulullah (s.a.w) menyuruh lelaki tersebut untuk mengerjakan sholat tahiyyatul masjid, padahal lelaki itu sudah duduk.

Imam Ahmad berkata: “Waktu sholat tahiyyatul masjid telah terlewatkan karena duduk dalam waktu yang agak lama, namun tidak demikian apabila seseorang itu duduk dalam waktu yang agak singkat.”

Imam al-Syafi’i mempunyai pendapat yang memperincikan lagi masalah duduk ini. Beliau berkata: “Apabila duduk karena tidak sengaja atau lupa, maka waktu sholat tahiyyatul masjid tidak terlewatkan. Namun apabila duduk karena selain itu, maka waktu sholat terlewatkan.

Menurut Imam Malik, seseorang yang berjalan melewati masjid tidak disunatkan mengerjakan sholat tahiyyatul masjid, sedangkan menurut pendapat jumhur ulama, dia tetap disunatkan untuk mengerjakannya.

3. Ulama bersepakat bahwa masjid merupakan syarat untuk mengerjakan sholat Jum’at mengingat sholat tahiyyatul masjid tidak disyariatkan kecuali di dalam masjid.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

#TERKINI

#WARTA

#HUKUM