DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

HADITS KE 7 : SHALAT YANG BISA DIJAMAK

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

《JILID KE II (DUA)》

BAB SHALAT ORANG BEPERGIAN DAN ORANG SAKIT

HADITS KE 7 :

وَعَنْ أَنَسٍ: ( كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ الْعَصْرِ, ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا, فَإِنْ زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ, ثُمَّ رَكِبَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةِ الْحَاكِمِ فِي “الْأَرْبَعِينَ” بِإِسْنَادِ اَلصَّحِيحِ: ( صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ, ثُمَّ رَكِبَ )وَلِأَبِي نُعَيْمٍ فِي “مُسْتَخْرَجِ مُسْلِمٍ”: ( كَانَ إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ, فَزَالَتْ الشَّمْسُ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا, ثُمَّ اِرْتَحَلَ )

Anas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Biasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bila berangkat dalam bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan sholat Dhuhur hingga waktu Ashar. Kemudian beliau turun dan menjamak kedua sholat itu. Bila matahari telah tergelincir sebelum beliau pergi, beliau sholat Dhuhur dahulu kemudian naik kendaraan. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu hadits riwayat Hakim dalam kitab al-Arba’in dengan sanad shahih: Beliau sholat Dhuhur dan Ashar kemudian naik kendaraan. Dalam riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Mustakhroj Muslim: Bila beliau dalam perjalanan dan matahari telah tergelincir, beliau sholat Dhuhur dan Ashar dengan jamak, kemudian berangkat.

MAKNA HADITS :

Mengingat musafir merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kesusahan, maka Islam memberikan keringanan kepada musafir untuk menjamak di antara dua sholat yang waktunya saling berdekatan seperti sholat dzuhur dengan sholat Asar dan sholat Maghrib dengan sholat Isyak, baik jamak ta’khir ataupun jamak taqdim. Ini merupakan salah satu dari rahmat kepada orang yang sedang musafir. Inilah pendapat jumhur ulama. Dari hadis ini mereka berkesimpulan bahwa boleh melakukan jamak ta’khir dan dari hadis ini pula kemudian disimpulkan boleh melakukan jamak taqdim.

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa tidak boleh melakukan jamak di antara kedua sholat, baik jamak taqdim maupun jamak ta’khir. Beliau mentakwil hadis-hadis yang menyebut masalah jamak ini dengan mengatakan bahwa jamak yang disebutkan oleh hadis-hadis tersebut hanyalah dalam bentuk formalitas saja. Dengan kata lain mengerjakan sholat pertama di akhir waktunya dan sholat yang kedua pada permulaan waktunya. Barang siapa yang memandang kepada dzahir hadis ini, dia pasti meyakini bahwa kedua sholat itu dilakukan secara jamak; dan barang siapa yang memandang hakikat hadis ini, maka dia yakin bahwa kedua sholat tersebut dikerjakan pada waktunya masing-masing.

FIQH HADITS :

Seorang yang bepergian diperbolehkan melakukan jamak taqdim dan jamak ta’khir diantara dua sholat yang waktu saling berdekatan antara satu sama lain. Inilah pendapat Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam al-Syafi’i. Menurut suatu riwayat dari Imam Malik dan Imam Ahmad, musafir hanya dibolehkan melakukan jamak ta’khir.

Menurut Imam Abu Hanifah, orang yang musafir tidak dibolehkan
melakukan sholat jamak, baik jamak taqdim ataupun jamak ta’khir. Beliau mentafsirkan hadis yang menerangkan bahwa Nabi (s.a.w) melakukan sholat jamak dalam bentuk formalitas saja, yakni melakukan sholat Dzuhur di akhir waktunya dan mengerjakan sholat Asar pada permulaan waktu. Begitu pula dengan sholat Maghrib dan sholat Isyak. Boleh melakukan jamak taqdim di ‘Arafah untuk menjamak sholat Dzuhur dengan sholat Asar, dan jamak ta’khir untuk menjamak sholat Maghrib dengan sholat Isyak di Muzdalifah. Hal ini merupakan satu bentuk kesempurnaan untuk manasik haji.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

#TERKINI

#WARTA

#HUKUM