Kategori
Uncategorized

HADITS KE 181 : CARA MENJAWAB SALAM KETIKA SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 181 :

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ – رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-]قَالَ] : ( قُلْتُ لِبِلَالٍ : كَيْفَ رَأَيْتُ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَرُدَّ عَلَيْهِمْ حِينَ يُسَلِّمُونَ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي ؟ قَالَ : يَقُولُ هَكَذَا وَبَسَطَ كَفَّهُ ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ

Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya pada Bilal: Bagaimana engkau melihat cara Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjawab salam mereka ketika beliau sedang sholat؟ Bilal menjawab: Begini. Dia membuka telapak tangannya. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.

MAKNA HADITS :

Sahabat sentiasa memperhatikan semua gerak-gerik Rasulullah (s.a.w). Seorang sahabat yang memiliki kedudukan tinggi tidak segan selalu menanyakan suatu perkara yang pernah dilakukan oleh baginda. Ini karena tidak ada keutamaan bagi
orang Arab ke atas orang bukan Arab selain dengan taqwa. Inilah Ibn Umar. Meskipun memiliki keilmuan luar biasa, beliau tidak segan selalu bertanya kepada Bilal mengenai cara Rasulullah (s.a.w) menjawab salam orang Ansor ketika mereka menjumpainya sedang shalat di dalam Masjid Quba’. Bilal memberikan keterangan kepadanya bahwa Nabi (s.a.w) menjawab salam kepada mereka melalui isyarat dengan kedua telapak tangannya, bagian dalamnya dibalikkan, sedangkan bagian luarnya berada di atas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, sebab mengeluarkan ucapan dalam shalat bisa membatalkan shalat.

FIQH HADITS :

1. Boleh mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat.

2. Cara memberi isyarat bagi orang yang sedang shalat untuk menjawab orang yang mengucapkan salam kepadanya dengan isyarat telapak tangan dimana bagian dalamnya diletakkan di bawah, sedangkan bagian luarnya pula diletakkan di atas.

3. Sahabat sentiasa mengambil berat untuk mengetahui segala perbuatan Rasulullah (s.a.w) dan mengikuti semua gerak-geriknya untuk kemudian dijadikan teladan.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

Z013. WAJIBKAH ZAKAT FITRAH BAGI ORANG YANG MENINGGAL DUNIA DI BULAN RAMADHAN?

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Bagaimana orang yang meninggal dunia di bulan Ramadhan apakah tetap wajib zakat fitrah?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Tidak wajib zakat karena belum masuk bulan syawal.

Referensi :

Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al-Ghazi Asy-Syafi’i dalam kitabnya Fathul Qarib

وتجب زكاة الفطر ويقال لها زكاة الفطرة أي الخلقة (بثلاثة أشياء الإسلام) فلا فطرة على كافر أصلي إلا في رقيقه وقريبه المسلمين (وبغروب الشمس من آخر يوم من شهر رمضان) وحينئذ فتخرج زكاة الفطر عمن مات بعد الغروب دون من ولد بعده (ووجود الفضل) وهو يسار الشخص بما يفضل (عن قوته وقوت عياله في ذلك اليوم) أي يوم عيد الفطر وكذا ليلته أيضاً.

Zakat fitri atau disebut juga zakat fitrah wajib dengan 3 syarat:

a. Islam.

b. (Menjumpai) terbenamnya matahari pada hari terakhir dari bulan Ramadhan. Berpijak pada hal inilah zakat fitrah wajib ditunaikan dari orang yang meninggal setelah terbenamnya matahari (hari terakhir Ramadhan). Sementara bayi yang dilahirkan setelah terbenamnya matahari (pada hari terakhir bulan Ramadhan) tidak wajib atasnya zakat fitrah.

c. Memiliki kelebihan makanan pokok bagi dirinya dan keluarganya pada hari raya itu. Juga pada malam hari rayanya.

Yahya bin Syaraf an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab

قال المصنف رحمه الله تعالى : ( ومتى تجب الفطرة ؟ فيه قولان ( قال في القديم ) : تجب بطلوع الفجر من يوم الفطر ; لأنها قربة تتعلق بالعيد . فلا يتقدم وقتها على يومه ، كالصلاة والأضحية ( وقال في الجديد ) : تجب بغروب الشمس من ليلة الفطر من رمضان ; لما روى ابن عمر : { أن النبي صلى الله عليه وسلم فرض صدقة الفطر من رمضان } ، والفطر من رمضان لا يكون إلا بغروب الشمس من ليلة العيد ; ولأن الفطرة جعلت طهرة للصائم بدليل ما روي : أن { النبي صلى الله عليه وسلم فرض صدقة الفطر طهرة للصائم من الرفث واللغو وطعمة للمساكين } ، وانقضاء الصوم بغروب الشمس ، فإن رزق ولدا أو تزوج امرأة أو اشترى عبدا ودخل عليه الوقت وهم عنده وجبت عليه فطرتهم ، وإن رزق ولدا أو تزوج امرأة أو اشترى العبد بعد دخول الوقت أو ماتوا قبل دخول الوقت لم تجب فطرتهم

Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri dalam al-Hawi al-Kabir fi Fiqhi Madzhabal-Imam asy-Syafi’i

فصل : وأما القسم الثاني : وهو أن يموت قبل غروب الشمس فقد مات قبل وجوب زكاة الفطر عليه ، فزكاته غير واجبة بحال

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

S057. HUKUM MENTERJEMAH KHUTBAH JUM’AT & UNGKAPAN RKH. ABDUL MAJID BATA-BATA TENTANG TIDAK MENTERJEMAH KHUTBAH KE BAHASA DAERAH (‘AJAMI)

PERTANYAAN :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Diskripsi maslah:
Khutbah jum’at adalah merupakan bagian dari salah satu rukun shalat ju’mat, terkadang ketika kami bepergian sering kali kami shalat di kota dan khatbah diterjemah ada yang diterjemah dengan basaha Indonesia dan ada dengan basa madura.

Pertanyaannya:
1- Bagaiman hukumnya khutbah diterjemah?

2-Apakah Syaratnya khutbah harus difahami sehingga perlu diterjemah?

Mohon tanggapan/ jawabannya. Terimakasih.

JAWABAN :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Jawaban No.1 :

Dalam madzhab Syafi’i tidak ada khilaf (perbedaan) dalam menterjemahkan khutbah jum’at hukumnya boleh selain rukun khutbah dengan catatan/ asalkan tidak panjang. Karena jika panjang ada salah satu pendapat dapat memutuskan muwalah. Sedangkan pendapat lain memperbolehkan.

Referensi :

البجيرمى الخطيب الجزء الأول ص٣٨٩
{قوله والمراد أركانهما} يفيد أنه لوكان مابين أركانهما بغير العربية لم يضر قال م ر محله مالم يطل الفصل بغير العربية وإلا ضر لإخلاله بالموالاة كالسكوت بين الأركان إذا طال بجامع أن غير العربية لغو لايحسب لأن العربيّ لايجزئ مع القدرة على العربي فهو لغو سم، والقياس عدم الضرر مطلقا ويفرق بينه وبين السكوت بأن فى السكوت إعراضا عن الخطبة بالكلية بخلاف غير العربيّ فإن فيه وعظا فى الجملة فلايخرج بذلك عن كونه من الخطبة ع ش.

(“Ungkapan Syaih Zakariyya al-Anshari.” Dan dimaksud adalah rukun-rukun dua khutbah jum’at.”) memberi pengertian, bila khutbah yang disampaikan selain rukun-rukun dua khutbah jum’at itu dengan selain bahasa Arab maka tidak apa-apa.

Al-Ramli berkata : Penerapan hukum tersebut bila pemisah antara rukun-rukun khutbah dengan selain bahasa Arab tersebut tidak panjang. Apabila panjang maka mempengaruhi keabsahan khutbah, karena merusak muwalah (kesinambungan antara rukun-rukunnya.) Seperti hal nya diam diantara rukun ketika diam itu panjang, yakni dengan titik temu bahwa selain bahasa Arab itu sia-sia yang tidak dianggap. Sebab bahasa selain bahasa Arab itu tidak mencukupi untuk khutbah ketika mampu berbahasa Arab. Maka bahasa selain bahasa Arab lghw (sia-sia). Demikian kata Ibnu Qasim al-Ubbadi. Namun yang sesuai Qiyas adalah tidak apa-apa secara muthlak. Maka antara selain bahasa Arab dan diam dibedakan yakni bahwa diam itu berpaling dari khutbah secara tolal, sedangkan selain bahasa Arab itu dalam sebagian kesempatan mengandung mauidhah (Nashehat). Maka denggan hal itu, selain bahasa Arab tidak keluar dari khutbah Begitu hemat Ali Syibramallisi”.

BERIKUT KAMI CANTUMKAN PENDAPAT RKH. ABDUL MAJID BATA-BATA TENTANG KHUTBAH JUM’AT TIDAK MEMAKAI BAHASA SELAIN BAHASA ARAB :

الحمد لله، وأما الفقير “عبد المجيد” فلم يترجم خطبة الجمعة ولم يفسرها بالعجمية، لأنه في شدة الرجاء بأن يحشر مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ومع ورثته من العلماء الراسخين الصالحين، خصوصا قطب أهل مدوري “شيخ والدي المرحوم الحاج اسماعيل” قاضي القضاة في فمكاسن، وخصوصا قطب أهل جاوي ومدوري “شيخنا وشيخ مشايخنا المرحوم كياهي محمد خليل” بغكالن رحمة الله عليهم، وذلك لحديث البخاري “يحشر الناس مع من أحب”. ومن علامات محبتهم الأقتداء بهم، وهم في الخطبة لم يترجموها ولم يفسروها بالعجمية، لكن يصححون ترجمة سوى الأركان. والتفسير بالعجمية عند الولاء مع الكراهة، لأن من سنن الخطبة كما في كتبهم أن تكون بليغة أي غير مبتذلة ولاركيكة. والعجمية مبتذلة، فالفقير كذلك لم يترجم ولم يفسر بالعجمية الا لضرورة بل يصح ترجمة سوى الأركان. والتفسير بالعجمية مع الكراهة كما أنهم يصححون الصلاة مع كشف الرأس أو مع كشف البدن غير العورة ولكن لم يفعلوها، فالفقير كذلك.

“Segala puji bagi Allah, Adapun “Al-Faqir Abdul-Majid” tidak menterjemah khutbah jum’at dan tidak menafsirkannya ke dalam bahasa daerah (‘Ajami), dikarenakan harapan yang kuat agar supaya dikumpulkan bersama Rasulullah saw, beserta para pewarisnya dari golongan para ulama yang mendalam ilmunya yang saleh. khususnya Penghulu ahli madura, guru ayah saya Almarhum Haji Ismail hakim agung di daerah pamekasan, dan secara khususnya penghulu penduduk jawa dan madura, guru kami, guru para guru kami yaitu Almarhum Kiai Muhammad Kholil Bangkalan” Rahmatullah alaihim. Hal itu dikarenakan ada hadis yang diriwatkan oleh Imam Al-Bukhari: “Manusia akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai”. Dan diantara tanda-tanda mencintai mereka adalah mengikutinya. Mereka tidak menterjemahkan khutbah dan tidak menafsirkannya dengan bahasa daerah (‘Ajami). Namun mereka tetap membenarkan terjemah selain rukun-rukun khutbah dan menafsirkannya dengan bahasa ‘Ajami ketika dilakukan terus menerus tapi makruh. karena diantara sunnah-sunnahnya khutbah sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab mereka, hendaknya menggunakan bahasa yang fasih, artinya tidak klise dan tidak dangkal maknanya, sedangkan bahasa ‘Ajami itu dangkal maknanya. Oleh karenanya al-Faqir seperti itu adanya tidak menterjemahkan dan tidak menafsirkan dengan bahasa ‘Ajami, kecuali karena darurat (terpaksa), bahkan sah menterjermahkan khutbah selain rukun-rukunya (khutbah) dan menafsirkannya dengan bahasa ‘Ajami, namun makruh, sebagaimana mereka menghukumi sah shalat dengan tanpa kopiyah dan tanpa pakaian, kecuali hanya menutup aurat, sekalipun demikian mereka tidak pernah melakukannya. Maka al-Faqir (Abdul Majid) seperti itu juga adanya.

والله أعلم بالصواب

Jawaban No.2 :

Adanya Khutbah tidak harus difahami/ dimengerti. Sebagimana yang telah kita ketahui bersama, adanya anggota jamaah shalat jum’at terkadang atau bahkan kebanyakan tidak mengerti maksud yang disampaikan oleh khatib. Apakah khatbah tersebut masih sah? maka selama masih mendengarkan khutbah meskipun tidak mengerti maksudnya tetap dihukumi sah.

Referensi :

مرقاة صعود التصديق في شرخ سلم التوفيق ص ٣٥
ولو سمعوا الخطبة ولم يفهموا معناها صحت

“Apabila para jamaah shalat jum’ah mendengarkan khutbah, namun tidak mengerti maksudnya maka khotbahnya sah”.

والله أعلم بالصواب

Kategori
Uncategorized

Z012. BAGIAN YANG DAPAT DITERIMA OLEH AMIL ZAKAT

PERTANYAAN :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Berapa persen bagian yang dapat diterima oleh amil zakat dalam pengumpulan zakat fitrah/ mal?

Mohon dengan referensinya.

JAWABAN :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Amil zakat mendapatkan 1/8 (12,5%) dari dana yang terhimpun.

Madzhab Syafi’ei dan Hambaliyah memjelaskan bahwa adanya Amil zakat haruslah didahulukan pemberian zakat sebelum yang lain (dibandingkan dari yang lain).

Adapun bagian dari Amil zakat sebagaimana yang yang dikatakan oleh Madzhab Syafi’eiyah dari perkataan Hambaliyah adalah 1/8 zakat ukuran haknya yang harus diambilnya, dan jika bertambah dari haknya maka selebihnya harus dikembalikan kepada semua bagian, dan jika kurang dari kurang dari haknya (dalam ukuran1/8) maka harus disempurnakan baginya dari bagian beberapa kemaslahatan, dikatakan yaitu dari bagian yang sisa.

Menurut Madzhab Hambaliyah Ujrah (Ongkos)nya amil harus didahulukan dari semua asnaf yang lain.

Referensi :

موسوعة الفقهية ص١٤٤٠١

اَلتَّرتِيْبُ بَيْنَ الْمَصَارِفِ

– صَرَّحَ الشَّافِعِيَّةُ والْحَنَابِلَة بِأَن الْعَامِلِ عَلَى الزَّكَاةِ يُبْدَأُ بِهٖ قَبْلَ غَيْرِهٖ فِى الإعْطَاءِ مِنَ الزَّكَاةِ؛ لأَِنَّهُ يَأْخُذُ عَلَى وَجْهِ الْعِوَضِ عَنْ عَمَلِهِ، وَغَيْرُهُ يَأْخُذُ عَلَى سَبِيل الْمُوَاسَاةِ، قَال الشَّافِعِيَّةُ وَهُوَ قَوْلٌ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ: فَإِنْ كَانَ سَهْمُ الْعَامِلِينَ وَهُوَ ثُمُنُ الزَّكَاةِ قَدْرَ حَقِّهِ أَخَذَهُ، وَإِنْ زَادَ عَنْ حَقِّهِ رُدَّ الْفَاضِل عَلَى سَائِرِ السِّهَامِ، وَإِنْ كَانَ أَقَل مِنْ حَقِّهِ تُمِّمَ لَهُ مِنْ سَهْمِ الْمَصَالِحِ، وَقِيل: مِنْ بَاقِي السِّهَامِ.

وَالْمَذْهَبُ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ أَنَّ الْعَامِل يُقَدَّمُ بِأُجْرَتِهِ عَلَى سَائِرِ الأَْصْنَافِ، أَيْ مِنْ مَجْمُوعِ الزَّكَاةِ.
أَمَّا مَا بَعْدَ ذَلِكَ، فَقَال الشَّافِعِيَّةُ: يُقْسَمُ بَيْنَ بَاقِي الأَْصْنَافِ كَمَا تَقَدَّمَ.

وَنَظَرَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ إِلَى الْحَاجَةِ، فَقَال الْحَنَفِيَّةُ: يُقَدَّمُ الْمَدِينُ عَلَى الْفَقِيرِ لأَِنَّ حَاجَةَ الْمَدِينِ أَشَدُّ، وَرَاعَى الْحَنَفِيَّةُ أُمُورًا أُخْرَى تَأْتِي فِي نَقْل الزَّكَاةِ.

وَقَال الْمَالِكِيَّةُ: يُنْدَبُ إِيثَارُ الْمُضْطَرِّ عَلَى غَيْرِهِ بِأَنْ يُزَادَ فِي إِعْطَائِهِ مِنْهَا.

وَنَظَرَ الْحَنَابِلَةُ إِلَى الْحَاجَةِ مَعَ الْقَرَابَةِ فَقَالُوا: يُقَدَّمُ الأَْحْوَجُ فَالأَْحْوَجُ اسْتِحْبَابًا، فَإِنْ تَسَاوَوْا قُدِّمَ الأَْقْرَبُ إِلَيْهِ، ثُمَّ مَنْ كَانَ أَقْرَبَ فِي الْجِوَارِ وَأَكْثَرَ دِينًا، وَكَيْفَ فَرَّقَهَا جَازَ، بَعْدَ أَنْ يَضَعَهَا فِي الأَْصْنَافِ الَّذِينَ سَمَّاهُمُ اللَّهُ تَعَالَى (١) .
(١) ابن عابدين ٢/ ٦١، ٦٩، والشرح الكبير ١ / ٤٩٨، والمجموع ٦/ ١٨٧، والمغني ٢ / ٦٨٩ والإنصاف ٣ / ٢٣٩

Di dalam fatwa MUI no 8 tahun 20011 bahwa Pendapat Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab ( 6/168 ) mengenai orang-orang yang dapat masuk kategori sebagai Amil sebagai berikut: “Para pengikut madzhab Syafi’i berpendapat : Dan diberi bagian dari bagian Amil yaitu ; Pengumpul wajib zakat, orang yang mendata, mencatat, mengumpulkan, membagi dan menjaga harta zakat. Karena mereka itu termasuk bagian dari Amil Zakat. Tegasnya, mereka mendapatkan bagian dari bagian Amil sebesar 1/8 dari harta zakat karena mereka merupakan bagian dari Amil yang berhak mendapatkan upah sesuai dengan kewajarannya.

Di dalam fatwa tersebut sudah jelas bahwa pemberian hak amil adalah 1/8 dari harta zakat tersebut atau sekitar 12.5%. Hal ini sudah sangat besar dan pas sekali yang didapat oleh amil dalam kaitannya dengan mengelola, mendistribusikan, mengurusi, dan mencari dana zakat untuk ditasarufkan kepada mereka-mereka yang berhak mendapatkannya, baik itu bersifat konsumtif ataupun bersifat produktif dalam pemberdayaannya.

والله أعلم بالصواب

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 180 : HUKUM BERDEHEM DALAM SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 180 :

وَعَنْ عَلَيٍّ رضي الله عنه قَالَ : ( كَانَ لِي مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَدْخَلَانِ فَكُنْتُ إِذَا أَتَيْتُهُ وَهُوَ يُصَلِّي تَنَحْنَحَ لِي ) رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ

Ali Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku mempunyai dua pintu masuk kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam maka jika aku mendatanginya ketika beliau sholat beliau akan berdehem buatku. Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majah.

MAKNA HADITS :

Ali bin Abi Thalib (r.a) termasuk orang yang paling dekat dengan Nabi (s.a.w). Beliau dididik dalam asuhan Nabi (s.a.w) dan dibesarkan di dalam rumahnya. Tidak heran apabila Nabi (s.a.w) mempunyai dua kamar yang satu dikhususkan untuk Ali bin Abi Thalib.

Antara kisah yang diceritakan Ali bin Abi Thalib adalah jika beliau masuk hendak menemui Nabi (s.a.w), sedangkan baginda dalam keadaan shalat, baginda berdehem kepadanya. Ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu, karena baginda sering mengucapkan tasbih kepadanya, dan tasbih adalah lebih utama sekalipun berdehem tidak membatalkan shalat mengikuti pendapat yang paling kuat.

FIQH HADITS :

Berdehem di dalam shalat tidak membatalkannya. Imam al-Syafi’i berkata: “Jika keluar dua huruf dari berdehem itu atau satu huruf yang mempunyai makna, maka shalatnya batal, tetapi jika tidak memiliki makna, maka shalatnya tidak batal.”

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 179 : HUKUM MENANGIS DALAM SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 179 :

وَعَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : ( رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ اَلْمِرْجَلِ مِنْ اَلْبُكَاءِ ) أَخْرَجَهُ اَلْخَمْسَةُ إِلَّا اِبْنَ مَاجَهْ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ.

Dari Mutharrif Ibnu Abdullah Ibnus Syikhir dari ayahnya dia berkata: Aku melihat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang sholat dan di dadanya ada suara seperti suara air yang mendidih karena menangis. Dikeluarkan oleh Imam Lima kecuali Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban.

MAKNA HADITS :

Allah mengampuni dosa-dosa Rasulullah (s.a.w) yang terdahulu maupun yang akan datang. Walaupun begitu, baginda senantiasa merasa takut kepada Allah dengan perasaan takut yang disertai takzim. Baginda berdiri di hadapan Allah dalam sholat, sedangkan air matanya mengalir hangat dengan deras disertai dengan suara tangisan dan rintihan. Jika membaca ayat rahmat, baginda pun gembira, tetapi apabila membaca ayat azab, maka bergetarlah hatinya dengan penuh rasa ketakutan. Ini karena baginda adalah orang yang paling tahu tentang Allah dan paling dekat denganNya. Maka tidak heran apabila hatinya dipenuhi dengan perasaan takut kepada Allah, hingga mengalirlah air matanya dengan deras, lalu terdengar suara tangisan dan rintihannya. Hal ini tidak membatalkan sholat.

FIQH HADITS :

Menangis dalam sholat karena merasa takut kepada Allah tidak membatalkan sholat di sisi jumhur ulama.

Imam al-Syafi’i berkata: “Jika keluar dari tangisan itu dua huruf, maka ia membatalkan sholat secara mutlak, sama ada disebabkan rasa takut kepada Allah ataupun sebaliknya.”

Ulama berbeda pendapat mengenai tangisan yang bukan kerana takut kepada Allah :

Imam Malik berkata: “Jika tangisannya tidak bersuara, maka itu dimaafkan. Jika bersuara, maka hukumnya itu sama dengan berbicara di dalam sholat. Jika dilakukan dengan sengaja, maka batal sholatnya, baik sedikit ataupun banyak. Jika dilakukan karena lupa dan itu dilakukan dengan banyak, maka ia membatalkan sholat, tetapi jika tangisan yang sedikit, maka itu tidak membatalkan sholat.”

Imam Ahmad berkata: “Jika dari tangisan itu keluar dua huruf, maka ia membatalkan sholat selagi bukan karena tidak tertahankan, tetapi jika tidak dapat mengawal lagi tangisannya hingga keluar darinya dua huruf, maka sholatnya tidak batal.”

Imam Abu Hanifah berkata: “Jika menangis karena sakit atau musibah, maka sholatnya batal, karena itu bererti mengungkap perasaan kesal, gundah gulana dan tidak ridha dengan apa yang telah ditakdirkan Allah atas dirinya.”

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

D018. DALIL TAHLILAN 3 HARI, 7 HARI, 40 HARI, 100 HARI & 1000 HARI

D A L I L
T A H L I L A N

3 hari
7 hari
25 hari
40 hari
100 hari
1000 Hari

Tak henti-hentinya Wahabi Salafi menyalahkan Amaliyah ASWAJAH, khususnya di Indonesia ini. Salah satu yang paling sering juga mereka fitnah adalah Tahlilan yang menurutnya tidak berdasarkan Dalil bahkan dianggap rujukannya dari kitab Agama Hindu. Untuk itu, kali ini saya tunjukkan Dalil-Dalil Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Setahun & 1000 Hari dari Kitab Ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan kitab dari agama hindu sebagaimana tuduhan fitnah kaum WAHABI

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى

ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨

Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”

Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)

Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan ?

Berkumpul ngirim doa adalah bentuk shodaqoh buat mayyit.

ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎﻡ، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ

Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:

Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan.

Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]

Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:

ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ

Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut.”

ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ

Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”

Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir2 nya beliau berkomentar lagi

ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ

bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.

Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:

ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315)

Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada:

ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)

Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;

ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻝُﻩَ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(

“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha tamkan al-Qur’an”.

Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;

ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.

Referensi : (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal

ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .

Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.

Referensi : (al-Mughny II/566)

Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di bawah ini:

ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ

Rizqi yang halal dan berkah adalah
TAHLILAN

Wallohu a’lam Bishshowab

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 178 : CARA MEMBERI ISYAROH DALAM SHOLAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 178:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اَلتَّسْبِيحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيقُ لِلنِّسَاءِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. زَادَ مُسْلِمٌ ( فِي اَلصَّلَاةِ )

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Tasbih itu bagi laki-laki dan tepuk tangan itu bagi wanita. Muttafaq Alaihi. Muslim menambahkan: Di dalam sholat.

MAKNA HADITS :

Kaum wanita diperintahkan untuk merendahkan suara, karena dikawatiri menimbulkan fitnah. Ada kalanya seorang wanita mengalami suatu keadaan di luar dugaan ketika sedang sholat dan dia ingin memberikan peringatan mengenai keadaan dirinya. Dalam keadaan seperti ini dia disyariatkan bertepuk tangan untuk memberitahukan bahwa dia berada dalam sholat. Sedangkan bagi lelaki disyariatkan membaca tasbih untuk memberitahukan kepada orang yang mendengarnya bahwa dia sedang sholat.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan membaca tasbih bagi kaum lelaki dan bertepuk tangan bagi kaum wanita apabila keduanya terpaksa melakukan sesuatu ketika dalam sholat seperti memberi izin bagi orang yang hendak masuk rumah, mengingatkan orang buta, mengingatkan orang yang lalai, atau mengingatkan imam tentang sesuatu yang termasuk dalam urusan sholat atau perkara lain di luar sholat. Hukum berbuat demikian adalah kerana riwayat yang mengatakan “فليسبح” dengan memakai bentuk kata perintah.

2. Suara perempuan adalah fitnah. Oleh sebab itu, dia mesti merendahkan suaranya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

H007. CIRI-CIRI BELALANG YANG HALAL DIMAKAN

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Seperti apa ciri-ciri belalang yang halal dimakan?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Spesifikasi belalang yang dihalalkan adalah seperti dijelaskankan dalam kitab Jamal dan Baajuri bahwa jarod (belalang) adalah :

– Saat bertelur mencari tempat yang keras yang ia gali dengan ekornya yang lancip

– Berkaki enam, 2 di depan yang fungsinya sebagai tangannya, 2 di dada dan 2 lagi di belakang, yang di ujung kedua kakinya berwarna kuning

– Dalam penciptaannya memiliki kemiripan menyamai 10 binatang lainnya : Berwajah seperti kuda, berwajah kuda, bermata gajah (sipit), berleher sapi jantan, bertanduk unta, berdada macan, berperut kalajengking, bersayap burung nasar, berpaha unta, berkaki burung unta, berekor ular

– Memiliki racun di liurnya yang mampu merusak segala tumbuh-tumbuhan.

Hasyiyah al-jamal I/172 :

( قوله وجراد ) مشتق من الجرد وهو اسم جنس واحده جرادة يطلق على الذكر والأثى وهو بري وبحري وبعضه أصفر وبعضه أبيض وبعضه أحمر كبير الجثة وبعضه صغيرها واذا أراد أن يبيض التمس المواضع الصلبة وضربها بذنبه فتنفرج فيلقى بيضه فيها ويكون حاضنا له ومربيا وله ستة أرجل يدان فى صدرها وقائمان فى وسطها ورجلان فى مؤخرها وطرف رجليه صفروان وفى خلقته عشرة من جبابرة البوادى وجه فراس وعين فيل وعنوق ثور وقرن ابل وصدر اسد وبطن عقرب وجناحا نسر وفخذا جمل ورجلا نعامة وذنب حية وليس فى الحيوانات أكثر افسادا منه ولعابه سم على الأشجار ولا يقع على شىء الا أفسدها اهـ برماوى.

– Hasyiyah al-Baajuri II/303 :

وقوله والجراد مشتق من الجرد وهو بري وبحري وبعضه أبيض وبعضه أحمر وبعضه كبير الجثة وبعضه صغيرها وله يدان في صدره وقائمتان في وسطه ورجلان في مؤخره وليس في الحيوانات أكثر أفسادا منه

Wallaaahu A’lamu Bis Showaab

Kategori
Uncategorized

N055. HUKUM MEMBAYANGKAN WANITA LAIN DIWAKTU JIMAK

PERTANYAAN :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bagaimana hukumnya melakukan jimak sambil membayangkan wanita lain?

JAWABAN :

وعليكم السلام ورحمةالله وبركاته

Ulama melarang dan mengharamkan ketika pasangan suami istri sedang bercinta. Suami membayangkan wanita lain, atau istri membayangkan pria lain.

Ibnul Hajj al Maliki (w. 737 H) mengatakan,

من هذه الخصلة القبيحة التي عمت بها البلوى في الغالب، وهي أن الرجل إذا رأى امرأة أعجبته، وأتى أهله جعل بين عينيه تلك المرأة التي رآها، وهذا نوع من الزنا

”Termasuk perbuatan tercela yang merebak di masyarakat pada umumnya adalah seorang lelaki melihat seorang wanita yang menarik hatinya, kemudian lelaki itu mendatangi istrinya (jima’), dia membayangkan wanita yang tadi dilihatnya berada di hadapannya maka ini termasuk zina.

Kemudian Ibnul Hajj menyebutkan beberapa contoh. Selanjutnya beliau menegaskan,

وما ذكر لا يختص بالرجل وحده بل المرأة داخلة فيه بل هي أشد؛ لأن الغالب عليها في هذا الزمان الخروج أو النظر من الطاق فإذا رأت من يعجبها تعلق بخاطرها، فإذا كانت عند الاجتماع بزوجها جعلت تلك الصورة التي رأتها بين عينيها، فيكون كل واحد منهما في معنى الزاني نسأل الله السلامة بمنه

Keterangan ini tidak hanya untuk kaum lelaki saja akan tetapi juga untuk para wanita bahkan lebih sangar lagi. Karena yang banyak terjadi pada wanita di zaman ini keluar rumah dan memandang sekitarnya. Apabila seorang wanita melihat seorang laki-laki yang menarik perhatiannya, wajahnya bersemayam dalam hatinya. Ketika dia berjima’ dengan suaminya, dia membayangkan lelaki yang dilihatnya di depan matanya. Dan keduanya termasuk berzina.. kita meminta perlindungan kepada Allah… (al-Madkhal Ibnul Haj, 2/195)

قرة العيون شرح نظام إبن يمون فى النكاح الشرعي وآدابه .ص ٢.٢-٢.٣
أخبر رحمه الله :أن الزوج يحرم عليه أن يأتي زوجته ويجعل بين عينيه غيرها لأن ذلك نوع من الزنا قال فى المدخل وليحذرمماعمت به البلوى.وذلك أن الرجل إذا رآى امرأة وأتى أهله جعل بين عينيه تلك المرأة التى رآها.وهذانوع من الزنا وقد قال العلماء من أخذ كوزماء بارد فشربه وصور بين عينيه أنه خمرٌ صارذلك الماء عليه حراما.والمرأة كالرجل أو أشد ..اهى.

“Nadhim rahimahullah telah memberi tahu (mengabarkan). Bahwa sesungguhnya haram atas suami ketika menjimak istrinya ia membayangkan diantara kedua matanya orang perempuan lain. Karena keadaan yang sedemian itu termasuk sebagian dari zina.

Berkata: Pengarang kitab “Madkhal” didalam kitab madkhal. Dan takutilah pada sesuatu yang dapat menjadikan keumuman balwa ( cobaan ). Dan keumuman balwa itu sesungguhnya seorang lelaki manakala melihat seorang perempuan lain kemudian ia datang pada istrinya (Jima’) dan ia membayangkan orang perempuan yang telah dilihat itu diantara kedua matanya. Dan ini adalah bagian dari zina. Dan sungguh para Ulama’ berkata: Barang siapa yang mengambil segelas air yang dingin maka ia minum sementara ia menggambarkan/ membayangkan (ketika minum) diantara kedua matanya bahwa sesungguhnya itu adalah khamr, maka air itu menjadi haram atas dia. Dan seorang perempuan sama saja seperti orang laki-laki bahkan melebihi laki2.

والله أعلم بالصواب