Kategori
Uncategorized

HADITS KE 201 : LARANGAN MENJADIKAN KUBURAN SEBAGAI MASJID

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB MASJID

*HADITS KE 201 :*

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( قَاتَلَ اَللَّهُ اَلْيَهُودَ : اِتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه وَزَادَ مُسْلِمُ ( وَالنَّصَارَى )

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah memusuhi orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan Nabi-nabi mereka sebagai masjid.” Muttafaq Alaihi. Muslim menambahkan: “Dan orang-orang Nasrani.”

وَلَهُمَا مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- ( كَانُوا إِذَا مَاتَ فِيهِمْ اَلرَّجُلُ اَلصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ) وَفِيهِ ( أُولَئِكَ شِرَارُ اَلْخَلْقِ )

Menurut Bukhari-Muslim dari hadits ‘Aisyah r.a: “Apabila ada orang sholeh di antara mereka yang meninggal dunia mereka membangun di atas kuburannya sebuah masjid.” Dalam hadits itu disebutkan: “Mereka itu berakhlak buruk.”

*MAKNA HADITS :*

Ummu Salamah dan Ummu Habibah yang merupakan Ummahat al-Mu’minin
menceritakan kepada Nabi (s.a.w) tentang apa yang pernah mereka saksikan di negeri Habsyah. Masyarakat Habsyah menyembah dan mengagungkan patung dan
gambar manusia di dalam gereja. Rasulullah (s.a.w) menegaskan kepada mereka bahawa dorongan membuat patung dan gambar tersebut pada hakikatnya baik, yaitu untuk meneladani amal kebajikan yang pernah dilakukan oleh orang soleh di kalangan mereka yang telah meninggal dunia. Tetapi mereka tidak menyadari perbuatan itu kerana dengan cara ini mereka telah membuka pintu kekufuran bagi generasi berikutnya. Akhirnya patung itu diagungkan dan disembah. Oleh sebab itu, mereka menjadi sejahat-jahat atau seburuk-buruk makhluk Allah pada hari kiamat kelak.

Di sini Rasulullah (s.a.w) ingin mengingatkan para sahabat supaya tidak menjadikan kuburannya seperti apa yang telah dilakukan dengan kuburan orang soleh itu. Ini merupakan langkah berjaga-jaga baginda sekali gus menjauhkan perbuatan yang menyerupai para penyembah berhala di samping mengingatkan agar harta tidak dimubazirkan dan disia-siakan untuk sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.

*FIQH HADITS :*

1. Dilarang menjadikan kuburan sebagai masjid.

2. Boleh menceritakan keanehan yang telah disaksikan oleh seseorang.

3. Dilarang membuat patung malah diharamkan membuat patung atau gambar makhluk yang bernyawa, khususnya patung atau gambar orang soleh.

4. Haram membangun (membuat) kuburan di dalam masjid.

5. Orang yang melakukan perbuatan yang diharamkan hendaklah dicela.

6. Apa yang mesti menjadi kaedah dalam menentukan sesuatu hukum adalah syariat, bukan adat kebiasaan.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

M073. AKAD DALAM MITRA PEMELIHARAAN AYAM POTONG

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Mau tanya ustad di daerah kami banyak yg memelihara ayam potong dgn cara bermitra dgn perusahaan dimana smua biaya perawatan ayam tsb ditanggung oleh perusahaan tsb dan setelah panen ayam itu hrs di jual kpd perusahaan tsb, bolehkah akad seperti itu? syukron..

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Perusahaan yang menanggung biaya perawatan ayam potong itu disebut aqad hibah

(فقه السنۃ,جز ٣,صحيفۃ ٢٦٦)
والهبۃ في الشرع:عقد موضوعه تمليك الاءنسان ماله لغيره في الحياۃ بلا عوض

Hibah adalah: Aqad (transaksi), yang mana pokok permasalahannya adalah seseorang memberikan hartanya kepada orang lain, pada waktu orang yang memberi itu dalam keadaan hidup, dengan tanpa ganti.

Adapun perjanjian bahwa setelah panen ayam potong tersebut harus dijual kepada perusahaan tersebut, maka aqad (transaksi) jual beli ini bisa sah dengan syarat: penjual itu ridho jika ayam potongnya itu hanya boleh dijual kepada perusahaan tersebut.
Alasannya ialah: Karena diantara rukun-rukun jual beli adalah jika kedua belah pihak (yaitu penjual dan pembeli) itu sama-sama ridho terhadap aqad (transaksi) jual beli tersebut.

(منهاج المسلم,صحيفة ٣١٦)
ج-اركان البيع خمسة, وهي:……………..
(١)-الباءع, ولابد ان يكون مالكا لما يبيع, او مأذونا له في بيعه, رشيدا غير سفيه.
(٢)-المشتري, ولا بد ان يكون جاءز التصرف باءن لايكون سفيها, ولا صبيا لم يوءذن له.
(٣)-المبيع -الثمن-ولا بد ان يكون مباحا طاهرا مقدورا علی تسليمه, معلوما لدی المشتري ولو بوصفه.
(٤)-صيغۃ العقد, وهي الاءيجاب والقبول بالقول نحو: بعني كذا, فيقول الباءع: بعتك, او بالفعل كاءن يقول; بعني ثوبا مثلا, فيناوله اياه.
(٥)-التراضي, فلا يصح بيع بدون رضاالطرفين (اي الباءع والمشتري) لقوله صلی الله عليه وسلم: (انما البيع عن تراض) (رواه ابن ماجه)

Rukun ke 5 dari jual beli adalah harus saling ridho antara penjual dan pembeli. maka aqad (transaksi) jual beli itu tidak sah tanpa keridhoan diantara kedua belah pihak (yaitu penjual dan pembeli). Berdasarkan sabda Rosululloh SAW.:

انما البيع عن تراض(رواه ابن ماجه)

Sesungguhnya jual beli itu (bisa sah) jika terdapat saling ridho (diantara penjual dan pembeli) terhadap aqad (transaksi) jual beli itu (Hadits Riwayat ibnu majah).

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 200 : ANJURAN MEMBANGUN MASJID DAN MERAWATNYA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB MASJID

HADITS KE 200 :

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : ( أَمَرَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِبِنَاءِ اَلْمَسَاجِدِ فِي اَلدُّورِ وَأَنْ تُنَظَّفَ وَتُطَيَّبَ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَ إِرْسَالَهُ

‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan untuk membangun masjid di kampung-kampung dan hendaknya dibersihkan dan diharumkan. Riwayat Ahmad Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi menilainya hadits mursal.

MAKNA HADITS :

Nabi (s.a.w) amat mementingkan sholat yang merupakan rukun Islam yang kedua. Dalam hal itu, baginda memerintahkan membangun masjid dan tempat untuk mengumandangkan azan. Baginda memerintahkan supaya setiap daerah dan kota mesti dibangun sebuah masjid untuk mendirikan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Baginda memerintahkan membangun masjid besar untuk melaksanakan sholat Jum’at yang dapat menampung seluruh penduduk kota yang ada.

Mengingat surau-surau yang ada di setiap daerah kadang kala kurang
diperhatikan kebersihannya, Nabi (s.a.w) memerintahkan agar setiap masjid dan surau dibersihkan dan diberi wewangian, begitu pula dengan masjid besar. Nabi (s.a.w) di sini mengungkapkan kota dengan istilah al-Dur, sedangkan daerah yang merupakan bagian dari kota) disebut dengan istilah al-Dar.

FIQH HADITS :

1. Disyariatkan membangun surau di setiap kampung dan menggunakannya sebagai tempat beribadah dan sholat berjamaah lima waktu agar penduduk setempat tidak ketinggalan untuk mendapat keutamaan pahala berjamaah, karena kedudukan tempat tinggal mereka yang berjauhan dengan masjid besar.

2. Dianjurkan membersihkan masjid-masjid dari kotoran.

3. Dianjurkan memberikan wewangian yang sewajarnya untuk masjid.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 199 : MENGUAP TERMASUK PERBUATAN SYAITAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ANJURAN KHUSYUK DALAM SOLAT

HADITS KE 199 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( اَلتَّثَاؤُبُ مِنْ اَلشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَزَادَ : ( فِي الصَّلَاةِ )

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Menguap itu termasuk perbuatan setan maka bila seseorang di antara kamu menguap hendaklah ia menahan sekuatnya. Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dengan tambahan: Dalam sholat.

MAKNA HADITS :

Menguap selalu disebabkan oleh perut yang telah dipenuhi makanan atau karena malas yang telah menguasai tubuh. Semua itu merupakan perbuatan yang disukai syaitan hingga seakan-akan menguap itu berasal dari syaitan. Nabi (s.a.w) menyuruh seseorang supaya menahan mulutnya dengan kemampuan yang ada padanya supaya tidak menguap untuk menjaga khusyuk dalam sholat dan menghindari diri dari ditertawakan syaitan yang mimang menyukai
seseorang itu menguap dan menjaga diri dari syaitan masuk ke dalam mulutnya.

FIQH HADITS :

1. Menjauhi semua perbuatan yang disukai oleh syaitan.

2. Menguap ketika di dalam sholat bertolak belakang dengan khusyuk yang mimang dituntut di dalam sholat.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 198 : MAKRUH MENAHAN KENCING DAN KENTUT KETIKA SHOLAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ANJURAN KHUSYUK DALAM SOLAT

HADITS KE 198 :

وَلَهُ : عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : ( لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ )

Menurut riwayat dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Tidak diperbolehkan sholat di depan hidangan makanan dan tidak diperbolehkan pula sholat orang yang menahan dua kotoran (muka dan belakang.

MAKNA HADITS :

Wahai orang yang sholat, jangan anda menyibukkan hati anda dengan hal-hal lain ketika anda berdiri dalam sholat anda menghadap Allah. Hendaklah anda bermunajat kepada-Nya dalam keadaan sempurna dan sepenuh hati. Jangan hati anda terganggu oleh sesuatu yang ada di hadapan anda seperti makan malam yang telah dihidangkan, karena mengerjakan sholat di hadapan makanan yang telah dihidangkan adalah makruh. Janganlah anda menahan keinginan untuk membuang air besar, air kecil atau kentut agar sholat anda tidak terganggu karenanya, hingga menyebabkan anda tidak lagi khusyuk dalam sholat.

FIQH HADITS :

1. Makruh sholat di hadapan makanan yang telah dihidangkan, karena itu dapat mengganggu dan menghilangkan kesempurnaan khusyuk.

2. Makruh sholat sambil menahan keinginan untuk membuang air kecil, air besar atau kentut, karena itu menyebabkan khusyuk tidak sempurna.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

M072. HUKUM MENIMBUN BARANG UNTUK MENDAPATKAN HARGA YANG LEBIH MAHAL

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Bagaimana hukum menimbun barang dagangan untuk dijual di waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan harga yang lebih mahal?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Hukum menimbun barang (bahan makanan, seperti beras, dan juga menimbun BBM) adalah haram dan juga termasuk kategori ihtikar yang muharram. Keharaman disebabkan karena beberapa hal:
– Melanggar aturan pemerintah
– Menimbulkan idlror lilghoir (membahayakan orang lain) yg bersifat diharamkan.

Adanya pendapat ulama’ yang menyatakan bahwa keharaman ihtikar juga mencakup segala perkara yg menjadi kebutuhan umum, yg kelangkaannya dapat menimbulkan Efek dloror (membahayakan)

Ihtikar (penimbunan) adalah menahan (menyimpan) barang pokok (aqwat) dari hasil pembelian saat harga beli tinggi dan dijual dengan harga yang lebih tinggi lagi, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang lebih besar, pada kondisi dimana masyarakat (setempat atau di luar itu) berada dalam kebutuhan tinggi. Hukum ihtikar termasuk praktek jual-beli (mu’amalah) yang diharamkan, walaupun secara akad dihukumi sah. Dan keharaman itu semakin bertambah di saat kebutuhan semakin tinggi.

– Fathul mu’in :

الِاحْتِكَارُ هو إمساك ما اشتراه في وقت الغلاء – لا الرخص – ليبيعه بأكثر عند اشتداد حاجة أهل محله أو غيرهم إليه

– I’anatut Tholibin :

الِاحْتِكَارُ هو إمْسَاكُ مَا اشْتَرَاهُ فِي الْغَلَاءِ لَا الرُّخْصِ مِنْ الْأَقْوَاتِ وَلَوْ تَمْرًا أَوْ زَبِيبًا لِيَبِيعَهُ بِأَغْلَى مِنْهُ عِنْدَ الْحَاجَةِ لَا لِيُمْسِكَهُ لِنَفْسِهِ وَعِيَالِهِ أَوْ لِيَبِيعَهُ بِمِثْلِ ثَمَنِهِ أَوْ أَقَلَّ وَلَا إمْسَاكُ غَلَّةِ أَرْضِهِ

Ihtikar termasuk praktek jual-beli (mu’amalah) yang diharamkan, walaupun secara akad dihukumi sah. Dan keharaman itu semakin bertambah di saat kebutuhan semakin tinggi.

بغية المسترشدين ص : 91 دار الفكر
(مسألة ك) يجب امتثال أمر الإمام فى كل ما له فيه ولاية كدفع زكاة المال الظاهر فإن لم تكن له فيه ولاية وهو من الحقوق الواجبة أو المندوبة جاز الدفع إليه والاستقلال بصرفه فى مصارفه وإن كان المأمور به مباحا أو مكروها أو حراما لم يجب امتثال أمره فيه كما قاله م ر وتردد فيه فى التحفة ثم مال إلى الوجوب فى كل ما أمر به الإمام ولو محرما لكن ظاهرا فقط وما عداه إن كان فيه مصلحة عامة وجب ظاهرا وباطنا وإلا فظاهرا فقط أيضا والعبرة فى المندوب والمباح بعقيدة المأمور ومعنى قولهم ظاهرا أنه لا يأثم بعدم الامتثال ومعنى باطنا أنه يأثم اهـ قلت وقال ش ق والحاصل أنه تجب طاعة الإمام فيما أمر به ظاهرا وباطنا مما ليس بحرام أو مكروه فالواجب يتأكد والمندوب يجب وكذا المباح إن كان فيه مصلحة كترك شرب التنباك إذا قلنا بكراهته لأن فيه خسة بذوى الهيآت وقد وقع أن السلطان أمر نائبه بأن ينادى بعدم شرب الناس له فى الأسواق والقهاوى فخالفوه وشربوا فهم العصاة ويحرم شربه الآن امتثالا لأمره ولو أمر الإمام بشىء ثم رجع ولو قبل التلبس به لم يسقط الوجوب اه

اسنى المطالب :
قَالَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ أَنَّ الثِّيَابَ إذَا كَانَ النَّاسُ يَحْتَاجُونَ إلَيْهَا لِشِدَّةِ الْبَرْدِ غَايَةَ الِاحْتِيَاجِ أَوْ لِسَتْرِ الْعَوْرَةِ يُكْرَهُ لَهُ الْإِمْسَاكُ فَإِنْ أَرَادَ كَرَاهَةَ التَّحْرِيمِ فَظَاهِرٌ وَهُوَ مُوَافِقٌ لِمَا قُلْته مِنْ أَنَّهُ يَنْبَغِي أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي كُلِّ مَا يُحْتَاجُ إلَيْهِ غَالِبًا مِنْ الْمَطْعُومِ وَالْمَلْبُوسِ كَمَا قَالُوا مِثْلَ ذَلِكَ فِي بَيْعِ حَاضِرٍ لِبَادٍ وَإِنْ أَرَادَ كَرَاهَةَ التَّنْزِيهِ فَبَعِيدٌ

المجموع :
ويمكن أن يلحق بالاقوات ما يترتب على احتكاره من تلف وهلاك يصيب الناس، كاحتكار الثياب في وقت البرد الشديد مع حاجة الناس إليه، وحبس وسائل النقل للجند في ابان الجهاد لما في ذلك من اضعاف لقوة المسلمين واتاحة الفرصة لتفوق العدو عليهم وغلبته.

تحفة :
اهـ وَهَلْ يَخْتَلِفُ الْقُوتُ بِاخْتِلَافِ عَادَةِ الْبِلَادِ حَتَّى لَا يَحْرُمَ احْتِكَارُ الذُّرَةِ فِي بَلَدٍ لَا يَقْتَاتُونَهَا اهـ سم وَقَوْلُهُ: يَنْبَغِي أَنْ لَا يَكُونَ مِنْ الِاحْتِكَارِ إلَخْ وَلَعَلَّهُ أَخْذًا مِمَّا تَقَدَّمَ عَنْ شَرْحِ الْعُبَابِ فِيمَا إذَا لَمْ يَتَحَقَّقْ اضْطِرَارُ أَهْلِ الْبَلَدِ الْمَنْقُولِ عَنْهُ وَإِلَّا فَيَكُونُ مِنْهُ إذَا لَمْ يَتَحَقَّقْ اضْطِرَارُ أَهْلِ الْبَلَدِ الْمَنْقُولِ إلَيْهِ أَيْضًا وَيَحْتَمِلُ مُطْلَقًا وَيَظْهَرُ أَنَّ نَقْلَ النُّقُودِ عِنْدَ تَحَقُّقِ الِاضْطِرَارِ فِي الْمُعَامَلَةِ إلَيْهَا كَنَقْلِ الْأَقْوَاتِ عِنْدَ تَحَقُّقِهِ وَقَوْلُهُ: وَهَلْ يَخْتَلِفُ الْقُوتُ إلَخْ وَظَاهِرُ التَّعْلِيلِ بِالتَّضْيِيقِ أَنَّهُ كَذَلِكَ.

اعانة الطالبين :
(تنبيه) قال في المغني: يحرم التسعير – ولو في وقت الغلاء – بأن يأمر الوالي السوقة أن لا يبيعوا أمتعتهم إلا بكذا، للتضييق على الناس في أموالهم.
وقضية كلامهم أن ذلك لا يختص بالاطعمة، وهو كذلك.
يعني أن الاحتكار هو الامساك للذكور، وإن لم يكن وقت الشراء قاصدا ذلك

Ada beberapa poin menyangkut masalah ini :

1. Imsaak = menahan (menimbun). Berbeda kalau tidak ada unsure menahan, maka tidak dihukumi ihtikar yang haram. Seperti penjual warung membeli barang dari pasar dan langsung dijual sebagaimana biasa.

2. Maa isytaroohu = hasil pembelian. Berbeda bila barang yang disimpan itu hasil dari panen sendiri (ghollatu adldloi’ati atau ghollatu al alrdli), maka tidak dihukumi ihtikar yang haram.

3. Fil gholaa-I = harga beli mahal
Berbeda bila pembelian dilakukan dengan atau pada saat harga murah (standar), maka tidak termasuk ihtikar haram.

4. Al aqwaat = makanan pokok (sembako). Berbeda bila barang yang disimpan itu bukan makanan pokok, maka tidak termasuk haram. Tetapi Alqodli Husain menambahkan (ilhaq) bahwa menimbun pakaian pun apabila sedang sangat dibutuhkan bisa termasuk ihtikar, walaupun tidak haram minimal makruh tahrim. Barangkali dari wajhu (fatwa) qodli Husain ini, bisa diilhaq-kan bahwa jenis barang apapun apabila sudah memenuhi syarat IHTIKAR, maka bisa dihukumi makruh tahrim. [Seperti pada kasus BBM dsb]

5. Niat atau tujuan ihtikar tidak mesti saat pembelian barang. Bisa saja niat itu muncul setelah pembelian dan melihat harga jual tinggi.

Juga Tidak termasuk ihtikar yang haram apabila :

1. Apabila penimbunan bertujuan untuk konsumsi sendiri, ini lebih ke penyediaan stok dengan cara memborong.

2. Apabila membeli dengan harga mahal dan dijual dengan harga yang lebih mahal tetapi pejualan dilakukan di tempat lain yang mata uangnyanya berbeda (kurs lebih tinggi), maka tidak termasuk ihtikar yang haram (ekspor – impor).

3. Atau dijual ke tempat yang daya belinya lebih tinggi.

– Tuhfatl ahwadzy

(تنبيه) قال في المغني: يحرم التسعير – ولو في وقت الغلاء – بأن يأمر الوالي السوقة أن لا يبيعوا أمتعتهم إلا بكذا، للتضييق على الناس في أموالهم.
وقضية كلامهم أن ذلك لا يختص بالاطعمة، وهو كذلك.
يعني أن الاحتكار هو الامساك للذكور، وإن لم يكن وقت الشراء قاصدا ذلك.

Keharaman ihtikar salah satunya dikarenakan ada unsur TADHYIIQ = membuat kesulitan kepada masyarakat umum minimal dalam sisi ekonomi/materi. Antara penjual dan pembeli tidak ada yang lebih utama dalam sisi mashlahat. Artinya, keduanya masing-masing saling memberi dan mendapat mashlahat dari praktek mu’amalahnya. Untuk mendapat mashlahat dari jual beli itu, maka aturan dan syarat jual beli harus dipenuhi, serta motif dan tujuannya pun harus mengarah ke kemaslahatan bersama. Setelah itu, masing-masing berhak untuk mendaya gunakan pendapatannya demi kemaslahatan masing-masing tapi dengan tidak merugikan pihak lain, dan itulah idealism jual beli.

– i’anah At Thalibin :

فَيَحْرُمُ الِاحْتِكَارُ ) لِلتَّضْيِيقِ عَلَى النَّاسِ
( قَوْلُهُ لِلتَّضْيِيقِ عَلَى النَّاسِ فِي أَمْوَالِهِمْ ) وَلَيْسَ الْمُشْتَرِي بِأَوْلَى مِنْ الْبَائِعِ بِالنَّظَرِ فِي مَصْلَحَتِهِ فَإِذَا تَقَابَلَتْ الْمَصْلَحَتَانِ فَلْيُمَكَّنَا مِنْ الِاجْتِهَادِ لِأَنْفُسِهِمَا

– Asnal matholib :

قوله عليه السلام: مَرْفُوعًا : مَنْ اِحْتَكَرَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ طَعَامَهُمْ ضَرَبَهُ اللَّهُ بِالْجُذَامِ وَالْإِفْلَاسِ . أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ قَالَ الْحَافِظُ فِي الْفَتْحِ : إِسْنَادُهُ حَسَنٌ
قوله عليه السلام: من احتكر طعاما أربعين يوما ثم تصدق به لم يكن له كفارة

Dan ihtikar adalah salah satu bentuk mu’amalah yang tidak memberi maslahat kepada pihak lain dan bisa berdampak negative terhadap perekonomian local (pembeli) maupun global (masyaakat umum). Terlepas dari tujuan apakah barang yang dibeli itu untuk dijual atau konsumsi sendiri, apabila bisa memicu gejolak pasar, dan apabila melihat keumumam hadits bahwa : “menyimpan barang (makanan) dalam kurun 40 hari adalah memancing murka Alloh dan tidak menjadikan berkah. maka jelas tindakan ihtikar itu termasuk perbuatan tercela. Ibarot yang lebih lengkapnya di I’anah bab albuyuu’u almuharromat, awal jilid 3, hal 20-an.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

J021. POSISI JANAZAH KETIKA DIMANDIKAN

PERTANYAAN :

Assalamu alaikum Ustadz

Mau tanya ada orang meninggal di perkampungan sedangkan jalan kampung tersebut barat dan timur. di sebelah manakah posisi kepala si mayyit saat di mandikan mohon penjelasannya.

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Posisi kepala mayyit ketika dimandikan adalah sama dengan posisi kepala mayyit pada waktu dia mati dan sama dengan posisi kepala mayyit pada waktu dia sakarotul maut (hampir meninggal dunia) yaitu

(وَوجهَ لِلۡقِبۡلَۃ كَمحۡتَضَرٍ) لٰكِنۡ يلۡقٰی هٌنَا عَلی قَفَاه

Mukanya dihadapkan ke kiblat, tapi dia diposisikan telentang di atas tengkuknya (bagian belakang lehernya). Jadi, jika qiblat itu ada di sebelah barat, maka posisi kepalanya itu ada disebelah timur.

Referensi :

(السراج الوهاج.علی شرح المنهاج, صحيفۃ ١۰٢-١۰٣)

(فاءذا مات غمض) ندبا (وشد لحياه بعصابۃ) تعمهما وتربط فوق راءسه (ولينت مفاصله) باءن يردٌَ ساعده الی عضده, وساقه الی فخده, وفخده الی بطنه, ولينت اصابعه (وستر جميع بدنه) ان لم يكن محرما (بثوب خفيف) بعد نزع ثيابه (ووضع علی بطنه شيء ثقيل) كسيف (ووضع علی سرير ونحوه) كدكۃ, ولا يوضع علی فرش (ونزعت ثيابه) لكن يترك عليه قميصه الذي يغسل فيه, ويشمر حتی لا يتنجس بما يخرج منه (,وَوٌجٌِهَ لِلۡقِبۡلَۃِ كَمٌحۡتَضَرٍ) لَٰكِنۡ يٌلۡقَی هٌنَا عَلَی قَفَاه.

Posisi kepala disebelah timur dan kedua telapak kakinya menghadap kiblat,sebagaimana sholatnya mustalqi (orang yang sholat terlentang).

(حاشيۃ البجيرمي علی شرح المنهاج,جز ١,صحيفۃ ٥٨٥)
(قوله وَوُجٌِهَ لِلۡقِبۡلَۃِ) اي خلافا للاءذرعي حيث قال: ان المراد بتوجيهه هنا القاءه علی قفاه ووجهه واخمصاه للقبلۃۡ.

(روضۃ الطالبين,جز ٢,صحيفۃ ٩٧)
(ويستقبل به القبلۃ كالمحتضر) قوله ويستقبل به القبلۃ كالمحتضر اي يستقبل به القبلۃ,وفي كيفيته وجهان:,احدهما:يلقی علی قفاه واخمصاه الی القبلۃ,والثانی وهو الصحيح المنصوص,وبه قطع العراقيون وصححه الاءخرون: يضجع علی جنبه الاءيمن مستقبل القبلۃ كالموضوع في اللحد,فاءن لم يمكن لضيق الموضع,او سبب اخر,فعلی قفاه ووجهه واخمصاه الی القبلۃ.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

H009. HUKUM URAT TENGGOROKAN TERSISA SEDIKIT SAAT MENYEMBELIH

PERTANYAAN :

Assalamu alaikum Ustadz..

Ketika menyembelih ayam tenggorokannya masih tersisa sedikit, ( tak kottong sakonik red madura) hal tersebut apakah ada ulama yang memperbolehkan (halal) atau sudah menjadi bangkai.

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Masalah ini Khilaf

▶ Menurut qaul shohih syarat menyembelih harus putus hulqum dan mari’ tidak boleh tersisa, apabila masih tersisa, ayam tersebut statusnya menjadi bangkai, Haram untuk di konsumsi.

▶ Menurut qaul Dhoif praktek penyembelihan tersebut Sah / Halal di untuk konsumsi.

Referensi :

مغنى المحتاج

ﻓﺼﻞ ﻭﺫﻛﺎﺓ ﻛﻞ ﺣﻴﻮﺍﻥ ﻗﺪﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻘﻄﻊ ﻛﻞ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ، ﻭﻫﻮ ﻣﺨﺮﺝ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻭﻫﻮ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، *ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﻮﺩﺟﻴﻦ ، ﻭﻫﻤﺎ ﻋﺮﻗﺎﻥ ﻓﻲ ﺻﻔﺤﺘﻲ ﺍﻟﻌﻨﻖ* ، ﻭﻟﻮ ﺫﺑﺤﻪ ﻣﻦ ﻗﻔﺎﻩ ﻋﺼﻰ ، ﻓﺈﻥ ﺃﺳﺮﻉ ﻓﻘﻄﻊ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻭﺑﻪ ﺣﻴﺎﺓ ﻣﺴﺘﻘﺮﺓ ﺣﻞ ، ﻭﺇﻻ ﻓﻼ

بجيرمى على الخطيب

ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻛﺎﺓ ‏) ﺃﻱ ﺫﻛﺎﺓ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺍﻟﻤﻘﺪﻭﺭ ﻋﻠﻴﻪ ‏( ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ ‏) ﺍﻷﻭﻝ ‏( ﻗﻄﻊ ‏) ﻛﻞ ‏( ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ‏) ﻭﻫﻮ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻨﻔﺲ ‏( ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﻄﻊ ﻛﻞ ‏( ﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ‏) ﻭﻫﻮ ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻤﻴﻢ ﻭﺍﻟﻤﺪ ﻭﺍﻟﻬﻤﺰﺓ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺸﺮﺍﺏ .

‏( ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻭﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﻗﻄﻊ ﻛﻞ ‏( ﺍﻟﻮﺩﺟﻴﻦ ‏) ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻮﺍﻭ ﻭﺍﻟﺪﺍﻝ ﺍﻟﻤﻬﻤﻠﺔ ﻭﺍﻟﺠﻴﻢ ﻭﻫﻤﺎ ﻋﺮﻗﺎﻥ ﻓﻲ ﺻﻔﺤﺘﻲ ﺍﻟﻌﻨﻖ ﻣﺤﻴﻄﺎﻥ ﺑﺎﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﻗﻴﻞ ﺑﺎﻟﻤﺮﻱﺀ ﻭﻫﻤﺎ ﺍﻟﻮﺭﻳﺪﺍﻥ ﻣﻦ ﺍﻵﺩﻣﻲ ، ﻷﻧﻪ ﺃﻭﺣﻰ ﻭﺃﺳﻬﻞ ﻟﺨﺮﻭﺝ ﺍﻟﺮﻭﺡ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﺑﺢ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻗﻄﻊ ﻣﺎ ﻭﺭﺍﺀ ﺫﻟﻚ

ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ج: ٩ ص: ٩٥

والمستحب أن يقطع الحلقوم والمرىء والودجين، لأنه أوحي وأروح للذبيحة فإن اقتصر على قطع الحلقوم والمرىء أجزأه، لأن الحلقوم مجرى النفس، والمرىء مجرى الطعام، والروح لا تبقى مع قطعهما، والمستحب أن ينحر الإبل ويذبح البقر والشاة، فإن خالف ونحر البقر والشاة وذبح الإبل أجزأه، لأن الجميع موت من غير تعذيب، ويكره أن يبين الرأس وأن يبالغ في الذبح إلى أن يبلغ النخاع، وهو عرق يمتد من الدماغ، ويستبطن الفقار إلى عجب الذنب لما روى عن عمر رضي الله عنه أنه «نهى عن النخع» ولأن فيه زيادة تعذيب *فإن فعل ذلك لم يحرم لأن ذلك يوجد بعد حصول الذكاة*

المجموع شرح المهذب ج: ٩ ص : ٩٩

ﻭﺃﻣﺎ ‏) ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺧﺮﻭﺟﺎ ﻭﺩﺧﻮﻻ ، ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻭﻫﻮ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﻭﺭﺍﺀﻫﻤﺎ ﻋﺮﻗﺎﻥ ﻓﻲ ﺻﻔﺤﺘﻲ ﺍﻟﻌﻨﻖ ﻳﺤﻴﻄﺎﻥ ﺑﺎﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ، ﻭﻗﻴﻞ : ﻳﺤﻴﻄﺎﻥ ﺑﺎﻟﻤﺮﻱﺀ ، ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﻤﺎ : ﺍﻟﻮﺩﺟﺎﻥ ، ﻭﻳﻘﺎﻝ ﻟﻠﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻣﻌﻬﻤﺎ ﺍﻷﻭﺩﺍﺝ . ﻭﻳﺸﺘﺮﻁ ﻟﺤﺼﻮﻝ ﺍﻟﺬﻛﺎﺓ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ، ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﻭﺑﻪ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻭﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ، ﻭﻓﻴﻪ ﻭﺟﻪ ﻷﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻹﺻﻄﺨﺮﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﻜﻔﻲ ﻗﻄﻊ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻷﻥ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﻻ ﺗﺒﻘﻰ ﺑﻌﺪﻩ ﻗﺎﻝ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ : ‏ ﻫﺬﺍ ﺧﻼﻑ ﻧﺺ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺧﻼﻑ ﻣﻘﺼﻮﺩ ﺍﻟﺬﻛﺎﺓ ﻭﻫﻮ ﺍﻹﺯﻫﺎﻕ ﺑﻤﺎ ﻳﻮﺣﻲ ﻭﻻ ﻳﻌﺬﺏ ، ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻘﻄﻊ ﺍﻟﻮﺩﺟﻴﻦ ﻣﻊ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻷﻧﻪ ﺃﻭﺣﻰ ﻭﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﺃﻧﻬﻤﺎ ﻳﻘﻄﻌﺎﻥ ﺑﻘﻄﻊ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻓﻠﻮ ﺗﺮﻛﻬﻤﺎ ﺟﺎﺯ ﻟﺤﺼﻮﻝ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺎﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ : ﻭﻟﻮ ﺗﺮﻙ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﻓﻬﻮ ﻣﻴﺘﺔ ، ﻭﻛﺬﺍ ﻟﻮ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ﻓﻘﻄﻊ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺘﺮﻭﻙ ﻓﻬﻮ ﻣﻴﺘﺔ ﻭﺣﻜﻰ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻭﺍﻟﺸﺎﺷﻲ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻭﺟﻬﺎ ﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﺑﻘﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﻱﺀ ﺷﻲﺀ ﻳﺴﻴﺮ ﻻ ﻳﻀﺮ ﺑﻞ ﺗﺤﺼﻞ ﺍﻟﺬﻛﺎﺓ ﻭﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﻟﺮﻭﻳﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ . ﻭﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻷﻭﻝ

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 197 : MAKRUH MENDONGAKKAN PANDANGAN KE LANGIT KETIKA SHOLAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB ANJURAN KHUSYUK DALAM SOLAT

HADITS KE 197 :

وَعَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَيَنْتَهِيَنَّ قَوْمٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى اَلسَّمَاءِ فِي اَلصَّلَاةِ أَوْ لَا تَرْجِعَ إِلَيْهِمْ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Hendaklah benar-benar berhenti orang-orang yang memandang langit waktu sholat atau pandangan itu tidak kembali kepada mereka. Riwayat Muslim.

MAKNA HADITS :

Nabi (s.a.w) melarang mengangkat atau melayangkan pandangan ke langit ketika sedang mengerjakan sholat, karena perbuatan itu memalingkan dirinya dari menghadap kiblat di samping sikap sedemikian menampilkan reaksi yang tidak bagus bagi orang yang melihatnya. Ini membuatnya keluar dari keadaan sholat sekalipun tidak membatalkan sholat.

Larangan dalam hadis ini menurut jumhur ulama menunjukkan hukum makruh. Memandang ke arah langit diperbolehkan oleh kebanyakan ulama, tetapi itu mesti dilakukan di luar sholat, karena langit merupakan kiblat doa sebagaimana Ka’bah adalah kiblat sholat. Tidak makruh mengangkat pandangan mata ke langit sebagaimana tidak makruh pula mengangkat kedua tangan ke arahnya ketika berdo’a. Allah (s.w.t) berfirman:

وفي السماء رزقكم وما توعدون

“Di dalam di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.”

(Surah al-Dzariyat: 22)

FIQH HADITS :

1. Dilarang mendongakkan pandangan mata ke langit ketika sedang sholat.

2. Dianjurkan khusyuk ketika sedang dalam sholat.

3. Dianjurkan segera merubah setiap perbuatan mungkar apabila melihat ada orang melakukannya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

M071. HUKUM MENGAMBIL HARTA ORANG CINA (KRISTEN)

PERTANYAAN :

Assalamualaikum ustadz..

Mau tanya Ustdz bagaimana seorang islam minta uang sama orang cina (kristren). Tapi dia kalau belum bilang berhenti tetep di kasih uangnya sampai berapapun. Dan dia pakek amalan (Mal amalan) maduranya. Tapi bukan hipnotis.
Minta penjelasannya Ustdz secara perinci.

JAWABAN :

Waalaikumussalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Seorang islam yang minta uang (mengambil uang) milik orang cina (kristen) dengan jalan memakai amalan, itu hukumnya haram. Alasannya ialah karena pengambilannya itu tidak dengan keridoan (tidak dengan kesadaran) dari orang cina (kristen) tersebut.

Orang kafir yang dicuri (yang diambil) uangnya itu ada dua macam:

(1). Kafir Muahad

Kafir muahad statusnya sama hak-haknya dengan warga muslim. Harta dan nyawa mereka dilindungi. Sebagaimana disebut dalam QS At-Taubah ayat 7:

[فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيمُوا لَهُمْ]

Artinya: “…maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka… ” Lihat juga keterangan dalam kitab Mausuah al-Ijmak hlm. 1/418.

Apakah seorang muslim yang mencuri harta kafir muahad atau kafir muahad yang mencuri harta orang Islam harus dipotong tangannya atau tidak?

Ulama berbeda pendapat. Mazhab Hanbali menyatakan harus dipotong tangannya. Sedangkan madzhab Syafi’i menyatakan tidak dipotong.

Dalam kitab Ahkam az-Zimmiyin wal Musta’manin hlm. 269 dikatakan

لأن المسـتأمن عندما التزم بالأمان لم يلتزم بما يرجع إلى حقوق الله تعالى من الأحكام، وحد السرقة حق الله تعالى غالب فيه ولم يلتزمه
المستأمن فلا يقام عليه الحد، أحكام الذميين والمستأمنيين

Artinya: (Alasan mazhab Syafi’i tangan muslim yang mencuri harta kafir tidak dipotong) .. karena kafir musta’man ketika dijamin keamanannya itu tidak terkait dengan hukum Allah. Sedangkan potong tangan itu hak Allah yang tidak dikenakan pada kafir musta’man karena itu tidak dikenakan juga pada muslim.

(2). Kafir Muharob (Harbi)

Al Wawardi dalam kitab Ahkam as-Sultaniyah menyatakan:

وقد أجمع الفقهاء على أنه إذا دخل مسلم دار الحرب بأمان أو بموادعة حرم تعرضه لشيء من دم ومال
وفرج منهم؛ إذ المسلمون على شروطهم.

Artinya: seorang muslim ketika masuk ke negara perang (darul harb) dengan aman atau dengan perjanjian maka haram membunuh atau mengambil harta orang kafir.

Dalam kitab Hasyiyah As-Shawi ala Syarhis Shaghir bab “Sariqah” dikatakan: Mencuri adalah mengambil harta yang dimuliakan milik orang lain … Termasuk harta yang dimuliakan adalah harta kafir harbi yang masuk ke negara muslim dengan aman. Maka pencurinya harus dipotong tangan.

Kesimpulan: Ulama sepakat atas haramnya mengembil harta orang kafir (non-muslim) baik kafir muahad atau muharab. Yang berbeda pendapat adalah tentang apakah pelaku pencurian harus dipotong tangan atau tidak. Harta orang non-muslim saat ini bukanlah harta fai (harta فَيۡء)

Wallahu a’lamu bisshowab..