Kategori
Uncategorized

HADITS KE 185 : UKURAN PEMBATAS BAGI ORANG SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB MEMBUAT PEMBATAS BAGI ORANG SHALAT

HADITS KE 185 :

وَعَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : ( سُئِلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم – فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ – عَنْ سُتْرَةِ اَلْمُصَلِّي فَقَالَ : مِثْلُ مُؤْخِرَةِ اَلرَّحْلِ ) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah ditanya pada waktu perang Tabuk tentang batas bagi orang yang sholat. Beliau menjawab: Seperti tiang di bagian belakang kendaraan. Dikeluarkan oleh Muslim.

MAKNA HADITS :

Oleh kerana khusyuk di dalam shalat merupakan ruh shalat, sedangkan menundukkan pandangan mata antara faktor yang boleh membantu untuk merealisasikan kekhusyuan itu, maka Rasulullah (s.a.w) melarang seseorang lewat di depan orang yang sedang shalat. Baginda mensyariatkan membuat penghalang atau pembatas di hadapannya yang tingginya kira-kira dua pertiga hasta untuk mencegah orang yang akan lewat, menghindari gangguan orang lain dan merealisasikan kekhusyuan yang merupakan inti dari shalat.

Ini dilakukan apabila tempat shalat tersebut tidak berada dalam keadaan daruat. Jika dalam keadaan darurat, maka Rasulullah (s.a.w) memberikan rukhsah untuk lewat di hadapan orang yang sedang shalat.

FIQH HADITS :

Seseorang yang hendak mengerjakan shalat disunatkan membuat pembatas untuk mencegah pandangan mata melihat objek di balik pembatas tersebut dan mencegah orang yang akan lewat di hadapannya. Untuk membuat itu, cukup dengan meletakkan sesuatu objek yang tingginya dua pertiga hasta seperti bagian belakang pelana unta.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 184 : DOSA BAGI ORANG YANG LEWAT DI DEPAN ORANG SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB MEMBUAT PEMBATAS BAGI ORANG SHALAT

HADITS KE 184 :

عَنْ أَبِي جُهَيْمِ بْنِ اَلْحَارِثِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَوْ يَعْلَمُ اَلْمَارُّ بَيْنَ يَدَيِ اَلْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ مِنْ اَلْإِثْمِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ وَوَقَعَ فِي اَلْبَزَّارِ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ : ( أَرْبَعِينَ خَرِيفًا )

Dari Abu Juhaim Ibnul Harits Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Seandainya orang yang lewat di depan orang yang sholat mengetahui dosa yang akan dipikulnya maka ia lebih baik berdiri empat puluh hari daripada harus lewat di depannya. Muttafaq Alaihi dalam lafadznya menurut Bukhari. Menurut riwayat Al-Bazzar dari jalan lain: (lebih baik berdiri) Empat puluh tahun.

MAKNA HADITS :

Untuk memastikan kesinambungan khusyuk di dalam shalat dan untuk menghormati

keadaan seseorang yang sedang berdiri di hadapan Allah, maka Islam menjadikan batasan tertentu untuk mengerjakan shalat, yaitu mulai dari tempat dia berdiri

hingga tempat dia bersujud. Rasulullah (s.a.w) mengingatkan seseorang supaya sekali-kali tidak lewat di hadapan orang yang sedang shalat, karena perbuatan itu melanggar kesucian shalat. Baginda mengingatkan dengan siksaan yang pedih hingga lebih baik berdiri menunggu orang yang shalat selesai shalatnya, sekalipun

memakan waktu empat puluh hari, bahkan empat puluh bulan hingga empat puluh tahun. Betapa ringan siksaan dunia betapapun beratnya jika dibandingkan dengan azab akhirat meskipun hanya dalam waktu yang singkat.

FIQH HADITS :

1. Menghormati tempat berdiri untuk mengerjakan shalat.

2. Menerangkan adanya larangan dan ancaman siksa bagi orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat. Termasuk ke dalam perbuatan ini adalah setiap perbuatan yang mengganggu orang yang sedang shalat.

3. Tidak boleh memandang remeh sesuatu yang dilarang oleh syariat betapapun kecilnya.

4. Disyariatkan menanggung bahaya yang paling ringan di antara dua perkara yang sama-sama berbahaya.

5. Siksaan atas suatu pelanggaran adalah berdasarkan sejauh mana hukum yang berkaitan dengannya telah diketahui dan dilanggar.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

N056. SAUDARA RADHA’AH (SEPERSUSUAN) SERTA HAK-HAKNYA

PERTANYAAN :

Assalamualaikum ustadz

Mohon penjelasannya mengenai saudara Radha’ serta hak-haknya..

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

فَصْلٌ : فِي الرَّضَاعِ هُوَ بِفَتْحِ الرَّاءِ وَيَجُوزُ كَسْرُهَا وَإِثْبَاتُ التَّاءِ مَعَهُمَا لُغَةً اسْمٌ لِمَصِّ الثَّدْيِ وَشُرْبِ لَبَنِهِ وَشَرْعًا اسْمٌ لِحُصُولِ لَبَنِ امْرَأَةٍ أَوْ مَا حَصَلَ مِنْهُ فِي مَعِدَةِ طِفْلٍ أَوْ دِمَاغِهِ

…..radha’ menurut syara’ yaitu berhasil masuknya air susu seorang perempuan ke dalam perut besar anak kecil ……..

وَأَرْكَانُهُ ثَلَاثَةٌ : مُرْضِعٌ وَرَضِيعٌ وَلَبَنٌ

Dalam hadits nabi memang disebutkan bahwa anak susuan itu menjadi mahram sebagaimana mahram-nya anak nasab (kandung).

يَحْرُمُ مِنْ الرَّضَاعَةِ مَا يَحْرُمُ مِنْ النَّسَبِ

“diharamkan karena sebab penyusuan apa-apa yang diharamkan karena nasab” (Muttafaq ‘Alayh)

maka ketika ada seorang wanita yang menyusui seorang anak, amak secara otomatis anak tersebut menjadi mahramnya layaknya ibu, termasuk suaminya juga menjadi mahram anak susuan itu layaknya ayah kandung yang terlarang untuk meninkah.

Jika wanita penyusu itu punya anak kandung, maka status anak kandungnya pun menjadi mahramdengan anak susuannya tersebut, boleh bersentuhan jika memang berbeda jenis kelamin dan juga boleh berkholwat, akan tetapi haram untuk dinikahi karena statusnya adalah mahram.

Mewarisi Atau Tidak?

Kemudian muncul pertanyaan, apakah mereka (anak susuan) itu selain menjadi mahram, mereka juga mendapatkan waris sebagaimana anak atau saudara kandung lainnya?

Jawabannya jelas tidak! menyusui itu hanya merubah status menjadi mahram, tapi tidak memasukkan ke dalam jajaran ahli waris yang akan mewariskan nantinya ketika ada salah satu kerabat meninggal.

Karena sebab-sebab waris itu ada 3:

[1] Pernikahan (Suami-Istri),

[2] Nasab (keturunan),

[3] Perbudakan,

Dan penyusuan tidak termasuk dalam 3 tersebut. Yang berubah setelah penyusuan itu ialah hanya status ke-mahram-an saja, tidak untuk yang lainnya.

Imam Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim (10/19) menjelaskan:

وأجمعت الأمة على ثبوتها (الحرمة) بين الرضيع والمرضعة وأنه يصير ابنها يحرم عليه نكاحها أبدا ويحل له النظر اليها والخلوة بها والمسافرة ولا يترتب عليه أحكام الأمومة من كل وجه فلا يتوارثان ولا يجب على واحد منهما نفقة الآخر ولا يعتق عليه بالملك ولا ترد شهادته لها …….. فهما كالأجنبيين في هذه الأحكام

“Umat ini telah ber’ijma’ atas ke-mahram-an antara yang menyusui dan disusui, dan ia menjadi anaknya yang haram dinikahi selamanya, dan ia boleh melihat kepadanya (auratnya) dan berkhalwat dengannya serta berpergian bersamanya. Dan tidak semua hukum per-ibu-an berlaku (akibat susuan), seperti bahwa ia tidak mewarisi satu sama lain, dan tidak wajib saling menafkahi, dan tidak membebaskan perbudakannya, dan juga tidak tertolak kesaksian keduanya untuk satu sama lain…..mereka dalam hukum-hukum ini seperti 2 orang asing” .

Jadi memang seorang anak susuan tidak punya jatah warisan dari ibu atau babapk susuannya, jika salah satu dari keduanya meninggal anak susuan tersebut kedudukannya bukanlah sebagai ahli waris. Karena memang susuan itu hanya menyebabkan kemahraman saja, tidak menjadikannya sebagai ahli waris.

Wallahu a’lam bishshawab..

Kategori
Uncategorized

M057. HUKUM TAQLID DAN TALFIQ BESERTA PERSYARATANNYA

PERTANYAAN :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Deskripsi masalah:

Tidak sedikit dikalang ulama’ yang ilmunya mendalam bahkan masuk dalam kategori “Mujtahid” Seperti halnya Madzhab Imam At-Tsauri, madzhab Imam Addhahiri, dan yang lainnya dan tak ketinggalan Imam mujtahid yang empat (Hanafi,Maliki,Syafi’i dan Hambali) namun yang paling masyhur dan diakui dunia adalah madzhab yang empat.

Pertanyaannya:

1-Bolehkah bagi sesorang bertaklid kepada salah satu imam yang empat ataupun pindah madzhab baik sementara ataupun selamanya?

2-Apa saja Syarat-Syarat untuk memcukupi taqlid?

3-Bolehkah talfiq?

Mohon tanggapannya..

JAWABAN :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Tanggapan: Sebelum kami menjawab terkait dengan hukum boleh dan tidak mentaqlid pada salah satu madzhab yang populer (masyhur) dikalangan dunia, maka perlu kami jelaskan definisi “Taqlid”.

“Taqlid adalah memgikuti pendapat orang lain tentang suatu hukum agama islam tanpa memperhatikan benar atau salahnya, baik buruknya, manfaat dan mafsadahnya atau tanpa mengetahui alasan (dalilnya). Dengan kata lain “Taqlid” yaitu mengamalkan satu perkataan ulama mujtahid tampa mengetahui dalilnya, dan kapan seseorang berniat mentaqlid walau tanpa diucapkan maka dianggap cukup.

Jawaban No.1 :

“Boleh bagi seseorang (selain imam mujtahid) mentaqlid kepada salah seorang dari imam mujtahid, bahkan hukumnya mentaqlid adalah wajib, yang terjadi pada hal yang baru. Dan haram bagi imam mujtahid.
Dan diperbolehkan bagi seseorang memilih dalam permulaan taqlid pada salah satu madzhab yang empat, kemudian setelah mentaqlid boleh pindah pada madzhab yang lain, sama saja pindah setusnya (selama-lamanya) atau pindah dalam sebagian beberapa hukum, walaupun tanpa keperluan. Ini menurut pendapat yang kuat.

Referensi :

تنوير القلوب فى معاملة علام الغيوب (تأليف مولانا العارف بالله المحوم) الشيخ محمد آمين الكردى الإربلي الشافعى مذهبا النقشبندي مشربا.ص ٣٩٦

{فصل فى حكم التقليد وشروطه}
وهو العمل بقول المجتهد من غير معرفة دليله ومتى نواه بقلبه كفى وإن لم ينطق به وهو واجب على غير المجتهد وحرام على المجتهد فيما يقع له من الحوادث ويتخير الشخص إبتداء فى تقليد أى مذهب من مذاهب الأربعة ثم تقليده لأى مذهب يجوز له الإنتقال منه إلى مذهب آخر سواء انتقل دواما أو فى بعض الأحكام ولو لغير حاجة على المعتمد.

Jawaban No.2 :

Adapun syarat-syarat taqlid yaitu ada 6 (emam) :

1-Harus mengetahui terhadap permasalahan yang hendak ia taqlid, berikut mengetahui syarat-syarat dan kewajiban-kewabannya. Contoh seseorang yang bermadzhab Syafi’i bertaqlid pada imam Malik dalam hal menyentuh perempuan tidak merusak wudlu’ dengan tanpa disengaja nikmat bahkan tidak adanya rasa nikmat

(من غير قصد اللذة ولاوجودها)

Maka taqlid dalam situasi dan kondisi seperti ini tidak sah sehingga ia mengetahui terhadap penjelasan/ ibarahnya imam Malik didalam bab wudlu’ mulai dari kewajiban-kewajiban wudlu, seperti mengusab semua kepala, dan menggellap/ menggosok, dan berkesenambungan itu harus dalam wudlu, dan taqlidnya tidak adanya batal wudlu’.

2-Harus mentaqliq sebelum melakukan (terjadi).

3-Tidak mengambil/ mengikuti yang mudah-mudah saja (gampang).

Contoh: Manakala waktu sempit sementara tidak ada air dan juga debu dan ia berada dilapangan yang suci, maka ia meninggalkan tayammum karena mentaqlid pada imam Syafi’i dan meninggalkan (tidak menqodlo’ shalat karena mentaqlid pada imam Malik, karena Imam Syafi’i tidak memperbolehkan tayammum dengan tampa debu (harus dengan debu yang suci), dan wajib menurut imam Syafi’i melakukan shalat lihurmatil wakti, dan wajib mengqodlo’ shalat.

Sedangkan Imam Malik berpendapat : Manakala tidak suci (فقد الطهورين) dan tidak batu yang suci (صخرا) maka ia wajib tayammum dan gugur pekerjaan shalat dan tidak pula mengqodlo’.

4-Harus yang ditaqlid adalah ulama’ Mujtahid, dan sah walaupun dengan melalui fatwa seperti fatwa Imam Rafi’i, Imam Nawawi, Imam Romli dan Imam Ibnu Hajar. Dengan catatan selama ulama tersebut tidak menyatakan/menjelaskan, bahwa perkataannya dalam masalah ini adalah lemah sekali.

5-Tidak talfiq

6-Hukum orang yang mentaqlid tidak menjadi rusak sebab keputusan Qodli (pemutus hukum) seandainya dia menghukuminya karena perbedaan Nash atau Ijma’ atau sejenisnya.

Referensi :

تنوير القلوب .ص ٣٩٦-٣٩٧
وللتقليد شروط:

(الأول )معرفة المقلد مااعتبره مقلده فى المسألة التى يريد التقليد فيها من شروط وواجبات ؛فلو قلد شافعي الإمام مالكا فى عدم نقض الوضوء باللمس من غير قصد اللذة ولاوجودها لم يصح تقليده حتى يعرف مااعتبره الإمام مالك فى الوضوء من الواجبات كمسح كل الرأس والتدليك والموالاة ليأتي بها فى وضوئه ثم يقلد ه فى عدم النقض المذكور.

(الثاني) أن لا يكون التقليد بعد الوقوع؛ فمن أدى عبادة مختلفا فى صحتها من غير تقليد للقائل بها لزمه إعادتها لأن إقدامه علي فعلها عبث وبذالتعليل يعلم أنه حال تلبسه بها عالم بفسادها إذ لايكون عبثابها إلا حينئذ. فخرج من مس فرجه فنسي أو كان جاهلا بالحكم فى مذهبه وهو معذور فى جهله ثم صلى فله تقليد أبي حنيفة فى إسقاط القضاء، لأنه يرى جواز التقليد بعد الوقوع على المعتمد ،خلافا للحنابلة. وأماعند المالكية ففى المسألة خلاف ،كما قاله العلامة الأمير.

(الثالث) أن لا يتبع الرخص بحيث يخرجه عن عقد التكليف كما إذا ضاق الوقت ولم يجد الماء ولا ترابا ووجد صخرا طاهرا فترك التيمم عليه تقليدا للشافعي وترك قضاء هذه الصلاة تقليدا للإمام مالك ؛ لأن الشافعي لايجوز التيمم بغير التراب الطاهر، ويوجب الصلاة عليه لحرمة الوقت وعليه القضاء، والإمام مالك يقول :إذافقد الطهور ين وفقد صخرا يتيمم عليه سقطت عنه هذه الصلاة ، لاقضاء عليه فقد أخرجه هذا التتبع عن التكليف بهذه الصلاة.،

(الرابع) أن يكون مقلده مجتهدا ولو فى الفتوى كالرافعى والنواوى والرملى وابن حجر مالم يصرح العلماء بأن قوله فى هذه المسألة ضعيفة جدا وإلا لم يصح تقليدا الإمام فى القول الذى رجع عنه مالم يختره علماءمذهبه لدليل استنبطوه من قواعده.

(الخامس) عدم التلفيق بأن لايلفق فى قضية واحدة إبتداء ولا دواما بين قولين يتولد منهما حقيقة لايقول بها صاحبهما، واشتراط عدم التلفيق فى العبادات فقط، للتلفيق صور (منها) ما إذا مسح بعض رأسه ولمس امرأة أجنبية ولم يقصد اللذة ولم يجدها وصلى تقليدا للإمام مالك فى عدم النقض باللمس المذكور ، وللشافعى فى الإكتفاء بمس بعض الرأس فوضوئه باطل بالتفاق الإمامين، وكذلك صلاته لأن الشافعى وإن كتفى بمسح بعض الرأس يقول بالنقض باللمس ، ومالكا وإن لم يقل بالنقض باللمس المذكور يقول ببطلان وضوء من مس بعض الرأسه،(ومنها)……الخ………

(والسادس) أن لايكون الحكم المقلد فيه مما ينقض فيه قضاء القاضي لوحكم به لمخالفته نصّا أو إجماعا أو نحوهما فإن كان مما ينقض فيه قضاء القاضي لم يصح التقليد فيه مع الحرمة وأمثلة كثيرة…………

Dari difinisi dan ibarah diatas dapat disimpulkan bahwa boleh bagi sesorang mentaqlid pada salah satu dari madzhab yang empat, bahkan setelah mentaqlid boleh pindah madzhab baik selamamanya atau hanya disebagian beberapa hukum.
Sedang syarat mentaqlid sebagaima diatas dan tidak boleh talfiq yakni mencampur adukkan dua pendapat (mengumpulkan dua pendapat) dalam satu masalah). Ini menurut madzhab Hanafiyah Syafiiyah dan Hambaliyah. Sedangkan menurut Malikiyah boleh talfiq hanya dalam ibadah saja.

Jawaban :No.3 :

Terkait dengan talfiq ulama beda pendapat Menurut Syafi’iyah, Hanafiyah dan Hambaliyah hukumnya tidak boleh. Sedangkan menurut Malikiyah hukumnya boleh dalam ibadah saja.

تنوير القلوب ص ٣٩٦-٣٩٧

Adapun definisi “Talfiq”: Menurut etemologi (Bahasa) adalah mengumpulkan. Merupakan masdar yang diambil dari kata لفق, dan metode لفق dalam bahasa mempunyai banyak arti, maka talfiq dipakai dengan arti mengumpulkan, celah, kebohongan yang dikemas, (dihiasi dengan beranika ragam rupa).

Adapun
والتلفاق أو للفاق
dengan dikasrahkan maka berarti dua pakaian yang dihiasi/ dipola yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut Termonologi (Istilah) Ulama’ fiqhih Adalah mengumpulkan. Sebagaimana seorang perempuan yang darahnya terputus-putus, sehari terlihat sehari kemudian suci (ampet), dua hari terlihat, dua hari lagi ampet sekiranya tidak melewati terputusnya 15 hari. Menurut kebanyakan madzhab Syafi’i.

Referensi :

موسوعة الفقهية. ص.٨١٩١
التعريف
1 – التلفيق في اللغة: الضم، وهو مصدر لفق، ومادة لفق لها في اللغة أكثر من معنى، فهي تستعمل بمعنى الضم، والملاءمة، والكذب المزخرف.
والتلفاق أو اللفاق بكسرهما: ثوبان يلفق أحدهما بالآخر (١) .
وفي الاصطلاح: يستعمل الفقهاء التلفيق بمعنى الضم كما في المرأة التي انقطع دمها فرأت يوما دما ويوما نقاء، أو يومين ويومين بحيث لا يجاوز التقطع خمسة عشر يوما عند غير الأكثرين على مقابل الأظهر عند الشافعية. وكما هو الحال في حصول الركعة الملفقة في صلاة الجمعة للمسبوق (٢) .
ويستعملونه أيضا بمعنى التوفيق والجمع بين الروايات المختلفة في المسألة الواحدة، كما في
(١) انظر الصحاح، والقاموس، واللسان، والمصباح، مادة: ” لفق “.
(٢) روضة الطالبين ١ / ١٦٢ ط المكتب الإسلامي، وأسنى المطالب ١ / ٢٥٥ط المكتبة الإسلامية.

Adapun diatra contohnya talfiq adalah: Jika seseorang mengusaf kepala dan menyentuh perempuan yang bukan mahrom (أجنبية) dan tiak bemaksud pada rasa enak dan melakukan shalat dengan mentaqlid pada imam Malik didalam tidak batalnya wudlu’ dengan menyentuh sebagaimana disebutkan. Sedangkan menurut imam Syafi’i cukup dengan membasuh sebagian kepala maka wudlu’nya batal dengan bersatunya dua imam, begitu juga shalatnya batal. Dengan alasan karena imam Syafi’i walaupun mengambil cukup dengan mengusap sebagian kepala dan berpendapat batal wudlu’nya dengan menyentuh lain jenis yang bukan mahrom.

والله أعلم بالصواب

Kategori
Uncategorized

H008. HUKUM MEMPERGUNAKAN DAGING KURBAN UNTUK ACARA WALIMAHAN

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Bagaimana hukumnya mepergunakan daging kurban untuk acara walimahan?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Daging kurban wajib disedekahkan dalam keadaan mentah dan boleh mudhahhi memakan sebagiannya, kecuali jika kurban itu dinadzarkan (kurban wajib), maka harus disedekahkan keseluruhannya.

والفرض بعض اللحم لوبنزر# وكل من المندوب دون النذر) متن زبد ابن رسلان ج 1 ص: -136 )

Wajib (dalam kurban sunnah) mensedekahkan sebagian dagingnya walaupun sedikit dan makanlah dari kurban sunnah bukan kurban nadzar.

ويشترط فى اللحم ان يكون نيأ ليتصرف فيه من يأخذه بما شاء من بيع وغيره (الباجورى جز 2 ص : 302)

Disyaratkan untuk daging dibagikan dengan mentah agar sipenerima bebas mentasarufkan dengan sekehendaknya apakah dijual atau yang lain.

Dlm kitab ianatuttolibin juz 2, hal.333 :

ويجب التصدق ولو على فقير واحد بشيء نيئا ولو يسيرا من المتطوع والأفضل التصدق بكاه الا لقما يتبرك باكلها. وقوله نيئا اى ليتصرف فيه المسكين بما شاء من بيع وغيره فلا يكفي جعله طعاما ودعاء الفقير اليه لان حقه في تملكه لا في اكله

Disebutkan dlm kitab Albajuri juz 2, hal 302 :

قوله ويطعم حتما اي وجوبا قوله من الا ضحية المتطوع بها اي من لحمها لا من غيره كالجلد والكرش ويشترط في اللحم ان يكون نيئا لتصرف فيه من يأخذه بما شاء من بيع وغيره………. الفقراء والمساكين

Adapun yang berhak menerima daging qurban adalah orang faqir sebgaimana yang dijelaskan oleh al-Qur’an :

فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ (الحج : 27 )

Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah (sebagian yang lain) untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.

Ijtihad para fuqaha’ tentang pembagian daging qurban ini setidaknya ada tiga pendapat :

(1) Disedekahkan seluruhnya kecuali sekedar untuk lauk-pauk

(2) Dimakan sendiri separo dan disedekahkan separo

(3) Sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga lagi disedekahkan. (Kifayatul Akhyar, juz 2 : 241)

Bagaimana dengan mendistribusikan daging qurban ke daerah lain atau disalurkan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana?

(فرع) محل التضحية بلد المضحى وفى نقل الاضحية وجهان يخرجان من نقل الزكاة والصحيح هنا الجواز (كفاية الأخيار جز 2 ص : 242)

Tempat penyembelihan qurban ditempat orang berkorban. Dalam hal memindah qurban terdapat dua pendapat ulama yang ditakhrij dari masalah memindah zakat dan menurut pendapat yang shahih dalam hal qurban adalah diperbolehkan.

وقد يستعمل فيمن نزلت به نازلة دهر وان لم يكن فقيرا (تفسير القرطبى جز 12 ص : 49)

Terkadang dipergunakan (makna) dari البائس الفقير pada orang yang tertimpa musibah bencana alam sekalipun ia bukan orang fakir.

Bagaimanakah hukum menjadikan daging hewan kurban sebagai hidangan acara semisal pernikahan?”

Imam Sulaiman bin Amr bin Mashur al-‘Ajili al-Ashari yang populer dengan sebutan “al-Jamal” di dalam kitabnya (Hasyiyah al-Jamal) juga menjelaskan bahwa Aqiqah adalah sebagaimana kurban dalam semua hukum, meliputi jenis (hewan), usia, keselamatan (dari cacat), niat, hal yang lebih utama, mensedekahkan, hasil sunah dengan 1 kambing walaupun bagi anak laki-laki dan hal-hal lain yang akan diterangkan dalam bab Aqiqah. Namun dalam Aqiqah tidak wajib bersedekah dengan daging mentah darinya sebagaimana keterangan yang akan diketehui mendatang.

Imam Sa’id bin Muhammad Baa’alawi Baa’asyin al-Hadrami al-Syafi’i di dalam kitabnya (Busyra al-Karim) juga menjelaskan bahwa dalam kurban sunah wajib mensedekahkan sebagian dagingnya. Beliau juga mengutip pernyataan Syaikh Ali bin Asy-Syibromilsy (عش) yang menyatakan bahwa daging (yang dibagikan) harus mencapai 2564 gram. Maka haram memakan seluruhnya, karena yang dimaksud (dengan kurban) adalah berbagi dan berbelas kasih dengan orang-orang miskin dan tidak cukup dengan hanya menyembelih (dan seterusnya). Dan harus diberikan dalam keadaan mentah, bukan daging yang telah dimasak atau dendeng kepada orang Muslim merdeka atau budak (mukatab atau muba’ad) yang fakir atau miskin walaupun hanya 1 orang. Dan tidak cukup dengan menjadikannya makanan siap saji lalu memanggil orang miskin atau mengirimkannya, karena haknya adalah memiliki bukan mengkonsumsinya.

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa hukum menjadikan daging hewan kurban sebagai hidangan sebuah acara oleh wakil adalah diperinci sebagai berikut:

• Jika seluruh daging kurban tersebut memang dibagikan secara matang kepada orang-orang miskin sebagai hidangan dalam sebuah acara, maka hal itu tidak dapat dibenarkan dan tidak sah sebagai kurban.

• Jika kurban tersebut berstatus sunah dan sebagian dagingnya dibagikan kepada orang miskin sedang sebagian yang lain dipergunakan sebagai santapan dalam sebuah acara serta mendapat izin dari orang yang mewakilkan, maka hal itu tidak dilarang dan sah sebagai kurban.

وَهِيَ) أَيْ الْعَقِيقَةُ (كَضَحِيَّةٍ) فِي جَمِيعِ أَحْكَامِهَا مِنْ جِنْسِهَا وَسِنِّهَا وَسَلَامَتِهَا وَنِيَّتِهَا وَالْأَفْضَلِ مِنْهَا وَالْأَكْلِ وَالتَّصَدُّقِ وَحُصُولِ السُّنَّةِ بِشَاةٍ وَلَوْ عَنْ ذَكَرٍ وَغَيْرِهَا مِمَّا يَتَأَتَّى فِي الْعَقِيقَةِ لَكِنْ لَا يَجِبُ التَّصَدُّقُ بِلَحْمٍ مِنْهَا نِيئًا كَمَا يُعْلَمُ مِمَّا يَأْتِي فَتَعْبِيرِي بِذَلِكَ أَعَمُّ مِنْ قَوْلِهِ وَسِنُّهَا وَسَلَامَتُهَا وَالْأَكْلُ وَالتَّصَدُّقُ كَالْأُضْحِيَّةِ.. حاشية الجمل على شرح المنهج = فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب (5/ 264)

(ويجب) في أضحية التطوّع (التصدق بشيء من لحمها) يقع عليه الاسم. قال (ع ش): (ولا بد من كون له وقع كرطل) فيحرم أكل جميعه؛ إذ المقصود إرفاق المساكين، ولا يحصل بمجرد الذبح، ……….الى ان قال. ويجب أن يعطيه (نيئاً) طرياً لا مطبوخاً ولا قديداً لمسلم حر أو مبعض في نوبته، أو مكاتب -والمعطي غير سيده- فقير أو مسكين ولو واحداً، ولا يكفي جعله طعاماً ودعاء المسكين أو إرساله إليه؛ لأن حقه في تملكه لا في أكله، ولا مما لا يسمى لحماً كجلد وكبد. شرح المقدمة الحضرمية المسمى بشرى الكريم بشرح مسائل التعليم (ص: 700)

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

J020. HUKUM MEMANDIKAN DAN MENSHOLATKAN BAYI YANG MATI UMUR 6 BULAN

PERTANYAAN :

Assalamualaikum ustad..

Mau tanya! Jika bayi mati dalam kandungan usia 6 bulan setelah keluar apa perlu juga di mandikan, di kafani dan di shalati?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Dikafani dan dimandikan tapi tidak usah disholatkan.

Referensi :

وأما السقط حالتان

الأولى أن يستهل أي يرفع صوته بالبكاء أو لم يستهل ولكن شرب اللبن أو نظر أو تحرك حركة كبيرة تدل على الحياة ثم مات فإنه يغسل ويصلى عليه بلا خلاف لأنا تيقنا حياته وفي الحديث ( إذا استهل الصبي ورث وصلي عليه ) …

الحالة الثانية أن لا يتيقن حياته بأن لا يستهل ولا ينظر ولا يمتص ونحوه فينظر إن عرى عن إمارة الحياة كالاختلاج ونحوه فينظر أيضا إن لم يبلغ حدا ينفخ فيه الروح وهو أربعة أشهر فصاعدا لم يصل عليه بلا خلاف في الروضة ولا يغسل على المذهب لأن الغسل أخف من الصلاة ولهذا يغسل الذمي ولا يصلى عليه.

وإن بلغ أربعة أشهر فقولان الأظهر أنه أيضا لا يصلى عليه لكن يغسل على المذهب وأما إذا اختلج أو تحرك فيصلى عليه على الأظهر ويغسل على المذهب.

Dua orang yang matinya tidak dimandikan dan dishalati : Orang mati syahid dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit)…. Bayi yang lahir keguguran terbagi atas :

• Saat ia lahir dengan mengeluarkan suara, menangis, atau tidak mengeluarkan suara tetapi ia minum air susu atau melihat, atau bergerak-gerak layaknya pergerakan orang dewasa yang menunujukkan adanya kehidupan pada dirinya, kemudian ia meninggal dunia maka ia dimandikan dan dishalatkan hal ini sesuai kesepakatan ulama karena diyakini adanya kehidupan pada dirinya dan dalam sebuah hadits “Bayi yang lahir mengeluarkan suara maka berhak harta warisan dan dishalatkan”

• Tidak diyakini adanya kehidupan pada dirinya seperti saat kelahiran tidak bersuara, tidak melihat, tidak menetek, maka perihalnya ditinjau terlebih dahulu sebagai berikut :

~ Bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati, dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafi’iyyah karena hokum memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak boleh dishalatkan.

~ Bila ia telah berusia 4 bulan keatas maka :

a. Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab.

b. Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab. [ Kifaayah al-Akhyaar I/160-161 ].

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 183 : HUKUM MEMBUNUH HEWAN BUAS KETIKA SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 183 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اُقْتُلُوا اَلْأَسْوَدَيْنِ فِي اَلصَّلَاةِ : اَلْحَيَّةَ وَالْعَقْرَبَ ) أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Bunuhlah dua binatang hitam dalam sholat yaitu ular dan kalajengking. Dikeluarkan oleh Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban.

MAKNA HADITS :

Ular adalah musuh manusia, begitu pula kalajengking yang ekornya mengandung racun. Binatang berbisa ini tidak segan-segan menyerang manusia melalui gigitan dan sengatannya, meskipun manusia sedang mengerjakan shalat. Oleh sebab itu, dua jenis binatang ini mesti dibunuh, sekalipun orang yang melakukannya sedang mengerjakan shalat. Semoga Allah memelihara kita dari gangguan musuh dan menjaga diri kita dari kejahatan segala penyakit.

FIQH HADITS :

1. Dituntut menolak bahaya yang akan menimpa diri seseorang, sekalipun sedang mengerjakan shalat.

2. Boleh melakukan banyak gerakan dalam shalat apabila keadaan merbahaya.

3. Boleh membunuh ular dan kalajengking ketika dalam shalat tanpa adanya hukum makruh baik tindakan membunuhnya memerlukan satu kali pukulan ataupun lebih banyak lagi. Inilah pendapat mazhab Hanafi.

Sedangkan menurut mazhab Maliki, makruh membunuhnya apabila kedua hewan tersebut tidak mengganggu orang sedang yang mengerjakan shalat. Bagi mereka, boleh membunuhnya apabila kedua hewan hendak menyerang orang yang shalat tanpa adanya makruh lagi.

Menurut zahir pendapat mazhab Hanbali, tidak ada perbedaan dimana seseorang yang sedang shalat boleh membunuh kedua jenis hewan itu baik melakukan sedikit gerakan ataupun terpaksa melakukan banyak gerakan. Dengan arti kata lain, shalat orang yang berbuat demikian tidak batal.

Mazhab al-Syafi’i mengatakan bahwa apabila diperlukan gerakan yang banyak untuk membunuhnya, maka shalat seseorang menjadi batal. Tetapi jika tidak memerlukan banyak gerakan, maka tidak batal shalatnya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

M056. HUKUM MEMBANGUN MASJID DARI BARANG HARAM & DAN HUKUM SHALAT DI DALAMNYA

PERTANYAAN :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Deskripsi masalah:
Shofwan adalah orang yang terkadang kelakuannya mengambil hak orang lain dengan tanpa izin(Ggasab/mencuri), pada suatu waktu ia sadar atas pekerjaannya yang tidak benar menurut agama islam, lalu barang yang diperoleh dari hasil curiannya/Ghasab digunakan untuk membangun masjid.

Pertanyaannya:

1-Apakah dibenarkan tindakan/niat Shafwan tersebut?

2-Apakah sah shalat dimasjid sementara bahannya dibangun dari hasil barang yang haram.?
Mohon tanggapannya..

JAWABAN :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Jawaban: No.1:

Shafwan tidak bisa dibenarkan. Sebab barang hasil curian/ghasab itu adalah haram dan tidak bisa berubah walaupun dengan tujuan baik (niat baik). Niat baik dapat berpengaruh pada hal-hal yang mubah. Seperti makan, dengan niat taqwa atau kuat ibadah bukan semata karena syahwat

( الأكل للتقوى لاللشهوة)

Niat seperti ini baik dan akan mendapat pahala.

Referensi :

إحياء علوم الدين الجزء الرابع .ص ٤٥٨
القسم الأول المعاصى وهي لاتتغير عن موضعها بالنية إلى أن قال ويبنى مدرسة أومسحدا أورباطا بمال حرام قصد الخير فهذا كله جهل والنية لاتأثر فى إخراجه عن كونه ظلما وعدوانا ومعصية.

“Bagian yang pertama adalah maksiat, yaitu yang tidak bisa berubah posisinya oleh adanya niat. …….Seseorang yang membangun sekolah, masjid atau pondok dengan harta yang haram dengan niat berbuat kebajikan, maka semuanya itu tidak berpengaruh dalam melakukannya dari perbuatan aniaya dan maksiat.

Jawaban:No.2 :

Hukum shalat di masjid yang dibangun dari barang haram adalah sah. Akan tetapi haram melakukan shalat tersebut, dan tidak mendapatkan pahala shalatnya.

Referensi :

إحياء علوم الدين الجزء الثانى ص ١٩٣
وإماالمسجد فإن بني بأرض مغصوبة أوبخشب مغصوب من مسجد آخر أو ملك معيّن فلايجوز دخوله أصلا ولا للجمعة بل لو وقف الإمام فيه فليصل وهو خلف الإمام واليقف خارج المسجد فإن الصلاة فى الأرض المغصوبة تسقط الفرض وتنعقد فى حق الإقتداء فلذلك جوّز المقتدى الإقتداء بمن صلى فى الأرض المغصوبة وإن عصى صاحبه بالوقوف فى الغصب.

“Adapun masjid yang dibangun ditanah ghasaban (milik orang lain tanpa izin) atau menggunakan kayu ghasaban dari masjid lain atau milik orang tertentu, maka sama sekali tidak boleh memasukinya dan tidak boleh pula melaksnakan shalat jum’at. Bahkan andaikata ada imam yang shalat di masjid tersebut, maka makmum hendaknya shalat dibelakangnya di luar masjid. Dengan alasan karena shalat di tanah ghasaban dapat menggugurkan kewajiban dan sah menjadi makmum orang yang shalat ditanah ghasaban tersebut. Oleh karena itu diperbolehkan seseorang bermakmum dengan imam yang shalat ditanah ghasaban walaupun si imam berdosa berada disana”.

والله أعلم بالصواب

Kategori
Uncategorized

D019. PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD

PERTANYAAN :

Assalamu’alaikum Ustadz..

Di dalam kitab Sirrur Asror karangan Syech Abdul Qodir Jailani diterangkan bahwa Makhluk yg pertama kali diciptakan oleh Allah adalah “Nur Muhammad”.

Pertanyaanya :

1. Apa Itu Nur Nuhammad ?

2. Mengapa Alloh menciptakan Nur Muhammad pertama kali, kok tidak yang lainnya ?

JAWABAN :

Waalaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh..

Jawaban No.1 :

Sebenarnya Nur Muhammad itu adalah Arruhul-A’dhzam (ruh yang paling agung) yang diciptakan oleh Allah sebelum jasad. (sebelum lahir kealam dunia).

Jawaban No.2 :

Selain Allah adalah makhluk/benda sedangkan secara garis besarnya benda ada dua jenis yaitu: Benda mati (tidak bernafas) dan benda hidup (bernafas). Dengan kata lain makhuk ada dua : Bernafas dan tidak bernafas.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya sebelum Allah menciptakan Nur Muhammad maka Allah menciptakan terlebih dahulu pohon keyaqkinan (شجرة اليقين). yang beranting empat, setelah itu Allah jadikan Nur Muhammad (s.a.w.), yang diserupakan bentuknya seperti burung merak, kemudian Allah meletakkan Nur Muhammad diatas pohon keyakinan (شجرة اليقين) dan Nur Muhammad tersebut bertasbih kepada Allah dalam perkiraan 70 tahun kemudian Allah menjadikan مرآة الحياة (kaca kehidupan) yang dihadapkan didepannya Nur Muhammad sehingga nampak telihat bentuk/ rupanya Nur Muhammad yang tampan/ paling baik rupa dan paling elok perilakunya, dan beliau merasa malu kepada Allah swt, dengan rupa yang bigitu bagus. Maka beliau merasa malu kepada Allah swt, sehingga meneteslah dari tubuhnya beberapa keringat. Maka dengan keringat Nur Muhammad itulah tercipta semua makhluk baik yang bernafas maupun yang tidak bernafas, kemudian Nur Muhammad bersujud lima kali sehingga dengan sujud itulah menjadi pelantara diwajibkannya sujud dalam shalat lima waktu. Kemudian burung merak (Nur Muhammad ) dirubah bentuk rupanya seperti rupa Nabi Muhammad seperti adanya dialam dunia ini.

Referensi :

دقائق الأخبار:ص,٢
{الباب الأول فى خلق الروح الأعظم وهو نور سيدنا ونبينا محمد عليه الصلاة والسلام} .قد جاء فى الخبر أن الله تعالى خلق شجرة لها أربعة أغصان فسماها شجرة اليقين ثم خلق نور محمد فى حجاب من ذرة بيضاء كمثل الطاوس ووضعه على تلك الشجرة فسبح عليها مقدار سبعين ألف سنة ثم خلق مرآة الحياة فوضعت باستقباله فلما نظر الطاوس فيها رأى صورته أحسن صورة وأزين هيئة فاستحيى من الله تعالى فعرق فقطر منه ست فطرات فخلق الله تعالى من القطرة الأولى أبابكر رضي الله عنه ومن قطرة الثانية عمر رضي الله عنه ومن قطرة الثالثة عثمان ومن قطرة الرابعة عليا رضي الله عنه ومن قطرة الخامسة الورد ومن قطرة السادسة الأرز ثم سجد نور محمدى خمس مرات فصارت عليناتلك السجدات فرضا مؤقتا ففرض الله تعالى خمس صلوات على محمد وأمته ثم نظر الله تعالى إلى ذلك النور مرة أخرى فعرق حياء من الله تعالى فمن عرق أنفه خلق الله الملائكة ومن عرق وجهه خلق العرش والكرسي واللوح والقلم والشمس والقمر والحجب والكواكب وماكان فى السماء،ومن عرق صدره خلق الأنبياء والمرسلين والعلماء والشهداء والصالحين،ومن عرق ظهره خلق الله البيت المعموروالكعبة وبيت المقدس وموضع المساجد فى الدنيا،ومن عرق حاجبيه خلق أمة محمد من المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات، ومن عرق أنفه خلق أرواح اليهودى والنصارى والمجوسى وما أشبه ذلك من الملحدين والجاحدين والمنافقين ، ومن عرق رجليه خلق الأرض من المشرق الى المغرب وما فيها،ثم قال الله تعالى لذلك النور أنظر أمامك يانور محمد فنظر فرأى أمامه نورا ومن ورائه نورا وعن يمينه نورا وعن يساره نورا وهم أبوبكر وعمر وعثمان وعلى رضي الله تعالى عنهم،ثم سبح ذلك النور سبعين ألف سنة ، ثم خلق الله نور الأنبياء من نور محمد عليه السلام،ثم نظر الله إلى ذلك النور خلق منه أرواحهم يعني خلق أرواح الأنبياء من عرق روح محمد عليه السلام وخلق أرواح أمم هؤلاء الأنبياء من عرق أرواح أنبيائهم يعني أرواح كل أمة خلقت من عرق روح نبيها وخلقت أرواح المؤمنين من أمة محمد عليه السلام ،فقالوا لاإله إلا الله محمد رسول الله ثم خلق قنديلا من العقيق الأحمر يرى ظاهره من باطنه،ثم خلق صورة محمد عليه السلام كصورته فى الدنيا ثم وضعها فى هذا القنديل فقام فيه كقيامه فى الصلاة ثم طاف أرواح الأنبياء حول نور محمد عليه السلام فسبحوا وهللوا مقدار مائة ألف سنة ثم أمر الله تعالى كل الأرواح لينظروا إليها فنظروا إليها……..الخ

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 182 : HUKUM MENGGENDONG BAYI KETIKA SHALAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB SYARAT-SYARAT SHOLAT

HADITS KE 182 :

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَلِمُسْلِمٍ : ( وَهُوَ يَؤُمُّ اَلنَّاسَ فِي اَلْمَسْجِدِ)

Abu Qotadah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pernah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sholat sambil menggendong Umamah putri Zainab. Jika beliau sujud beliau meletakkannya dan jika beliau berdiri beliau menggendongnya. Muttafaq Alaihi. Dalam riwayat Muslim: Sedang beliau mengimami orang.

MAKNA HADITS :

Akhlak Rasulullah (s.a.w) sungguh mulia, berbelas kasihan, kerap menggendong anak-anak dan gemar menyantuni fakir miskin. Baginda pernah menggendong cucu perempuannya ketika sedang mengerjakan shalat. Itu baginda lakukan untuk menjelaskan kepada para sahabat bahwa pakaian dan tubuh anak-anak itu suci.

Anak-anak tidak dilarang masuk ke masjid selagi kehadiran mereka tidak mengganggu orang yang sedang shalat. Itu sekaligus sebagai tantangan terhadap tradisi Jahiliah yang membenci anak-anak perempuan, hingga kebencian itu sampai mendorong mereka menguburkan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup.

FIQH HADITS :

1. Rasulullah (s.a.w) bersikap rendah hati terhadap anak-anak dan semua orang dhu’afa dengan bersikap lemah lembut dan kasih sayang kepada mereka.

2. Anak-anak diperbolehkan masuk ke dalam masjid, tetapi dengan syarat hendaklah mereka tidak mengganggu orang yang sedang shalat dan tidak mengotori masjid.

3. Boleh menggendong anak-anak ketika dalam shalat.

4. Pakaian dan tubuh anak-anak itu suci selagi tidak ada najis padanya.

5. Gerakan yang sedikit dalam shalat tidak membatalkannya.

6. Melakukan gerakan dalam shalat secara tidak berterusan tidak membatalkan shalat.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..