PERTANYAAN :
Assalamualaikum Ustadz..
Diskripsi masalah:
Dalam istilah orang madura apabila ada orang memamerkan kenikmatan berupa makanan dan yg melihat tidak diberi sama sekali maka orang madura mengatakan “awas andik otang matah”.
Pertanyaan:
Apakah dalam konteks tersebut ada ayat atau hadits yang menjelaskannya..?
Terima kasih..
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
Jawabn kami dibawah lebih kami larikan pada Literatur ilmu hukum fiqh, bagaimna fiqih menyikapi hal tersebut ?? Sebab marak sekali hal ini terjadi, lebih-lebih biasanya posisi dapur tempat masak satu tetangga dengan tetangga yang lainnya saling berdekatan, sehingga muncul lagi masalah mengenai batasan bau sedap masakan yang konsekswensinya nanti menyakiti orang lain sebab ikut mencium baunya namun tak kebagian nikmatnya.
Dalam pertanyaan penanya di atas
Baik yang dimaksudkan adalah adakah Hadits/Ayat yang menjelaskan hutang mata?
Atau penjelasan hadits yang menyinggung diskripsi diatas tersebut?
Begini, Mari kita kontekstual dalam menyikapi segala masalah, sebab sekecil apapun masalah itu maka pasti ada hukumnya.
Sebelum masuk pada fiqh
Pertama:
Dalam hadits nabi dijelaskan:
ان استقرضك اقرضته,وان استعانك اعنته,وان مرض عدته,وان احتاج اعطيته,وان افتقر عدت عليه,وان اصابه خير هنيته,وان اصابه مصيبۃ عزيته,واذا مات اتبعت جنازته,ولا تستطيل عليه بالبناء فتحجب عنه الريح الا باءذنه,
ولا توءذيه بريح قدرك الا ان تغرف له منها
,وان اشتريت فاكهۃ فاءهد له,وان لم تفعل فاءدخلها سرا,ولا تخرج بها ولدك ليغيظ بها ولده(رواه ابو الشيخ)
Dalam hadits di atas, artinya:
Janganlah kamu menyakiti tetanggamu dengan bau masakan kuah yang direbus di dalam periukmu, kecuali kamu memberi kuah kepada tetanggamu sekedarnya
Dalam fiqh hal ini masuk pada : Melakukan aktifitas dalam milik diri sendiri namun berdampak mudhorat Pada orang lain, mudharat dimaksud adalah menyakiti hati tetangga.
Di bawah dijelaskan sebagaimana anda dapat temukan dalam hasil keputusan pada Ikaba.net Seputar hukum menggali sumur ke samping sehingga berdampak mudharat pada milik tetangga. Baca :
https://ikaba.net/2018/03/04/m031-hukum-mengebor-sumur-ke-arah-samping/
Batasan menggunkan hak sendiri (bukan fasilitas umum) adalah dibatasi dengan tidak melampawi kebiasaan tradisi yang ada, dalam arti disini Perbuatan harus merupakan perbuatan yang dimaklumi oleh pandangan publik umum/setempat. Yaitu dikembalikan pada ‘uruf masyarakat, apakah hal itu dianggap berlebihan atau tidak. Jika sudah dianggap tidak berlebihan ( لا يخالف العادة) maka hal itu dapat dibenarkan meskipun nanti berdampak mudharat pada orang lain. Pendapat ini merupakan Pendapat imam syafi’i. Ulamak menambah harus tidak ada niat menyakiti/membuat kerusakan dari pengguna yang dalam hal ini adalah orang yang memasak makanan.
Tentu Qosdu atau niat darinya juga menentukan.
تحفة المحتاج في شرح المنهاج (6/ 209)
(وَاخْتَارَ جَمْعٌ الْمَنْعَ مِنْ كُلِّ مُؤْذٍ لَمْ يُعْتَدْ وَالرُّويَانِيُّ أَنَّهُ لَا يُمْنَعُ إلَّا إنْ ظَهَرَ مِنْهُ قَصْدُ التَّعَنُّتِ وَالْفَسَادِ وَأَجْرَى ذَلِكَ فِي نَحْوِ إطَالَةِ الْبِنَاء),ِ وَأَفْهَمَ الْمَتْنُ أَنَّهُ يُمْنَعُ مِمَّا الْغَالِبُ فِيهِ الْإِخْلَالُ بِنَحْوِ حَائِطِ الْجَارِ كَدَقٍّ عَنِيفٍ يُزْعِجُهَا وَحَبْسِ مَاءٍ بِمِلْكِهِ تَسْرِي نَدَاوَتُهُ إلَيْهَا قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَالْحَاصِلُ مَنْعُ مَا يَضُرُّ الْمِلْكَ دُونَ الْمَالِكِ اهـ. وَاعْتُرِضَ بِمَا مَرَّ فِي قَوْلِنَا وَلَا يُمْنَعُ مِنْ حَفْرِ بِئْرٍ بِمِلْكِهِ وَيُرَدُّ بِأَنَّ ذَاكَ فِي حَفْرٍ مُعْتَادٍ وَمَا هُنَا فِي تَصَرُّفٍ غَيْرِ مُعْتَادٍ فَتَأَمَّلْهُ، ثُمَّ
رَأَيْتُ بَعْضَهُمْ نَقَلَ ذَلِكَ عَنْ الْأَصْحَابِ فَقَالَ قَالَ أَئِمَّتُنَا وَكُلٌّ مِنْ الْمُلَّاكِ يَتَصَرَّفُ فِي مِلْكِهِ عَلَى الْعَادَةِ وَلَا ضَمَانَ إذَا أَفْضَى إلَى تَلَفٍ وَمَنْ قَالَ يُمْنَعُ مِمَّا يَضُرُّ الْمِلْكَ دُونَ الْمَالِكِ مَحَلُّهُ فِي تَصَرُّفٍ يُخَالِفُ فِيهِ الْعَادَةَ لِقَوْلِهِمْ لَوْ حَفَرَ بِمِلْكِهِ بَالُوعَةً أَفْسَدَتْ مَاءَ بِئْرِ جَارِهِ أَوْ بِئْرًا نَقَصَتْ مَاءَهَا لَمْ يَضْمَنْ مَا لَمْ يُخَالِفْ الْعَادَةَ فِي تَوْسِعَةِ الْبِئْرِ أَوْ تَقْرِيبِهَا مِنْ الْجِدَارِ أَوْ تَكُنْ الْأَرْضُ خَوَّارَةً تَنْهَارُ إذَا لَمْ تُطْوَ فَلَمْ يَطْوِهَا فَيَضْمَنُ فِي هَذِهِ كُلِّهَا وَيُمْنَعُ مِنْهَا لِتَقْصِيرِهِ
الموسوعة الفقهية الكويتية (16/ 222)
(وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّ كُل وَاحِدٍ مِنَ الْمُلاَّكِ لَهُ أَنْ يَتَصَرَّفَ فِي مِلْكِهِ عَلَى الْعَادَةِ فِي التَّصَرُّفِ، وَإِنْ تَضَرَّرَ بِهِ جَارُهُ أَوْ أَدَّى إِلَى إِتْلاَفِ مَالِه)، كَمَنْ حَفَرَ بِئْرَ مَاءٍ أَوْ حُشٍّ فَاخْتَل بِهِ جِدَارُ جَارِهِ أَوْ تَغَيَّرَ بِمَا فِي الْحُشِّ مَاءُ بِئْرِهِ؛ لأَِنَّ فِي مَنْعِ الْمَالِكِ مِنَ التَّصَرُّفِ فِي مِلْكِهِ مِمَّا يَضُرُّ جَارَهُ ضَرَرًا لاَ جَابِرَ لَهُ، (فَإِنْ تَعَدَّى بِأَنْ جَاوَزَ الْعَادَةَ فِي التَّصَرُّفِ ضَمِنَ مَا تَعَدَّى فِيهِ لاِفْتِيَاتِهِ).
KESIMPULAN JAWABAN :
Orang yang memasak makanan yang orang melihatnya bahkan turut mencium bau sedapnya namun sengaja tidak diberi oleh pengadon makanan?
Maka Ditafshil :
Pekerjaan yang seperti itu Boleh boleh saja apabila :
A. Dia tidak ada niat menyakiti dan seterusnya.
B. Perbuatannya sudah susuai dengan pemakluman ‘uruf setempat, Seperti satu dapur dengan tetangga sebelah atau dapurnya berhimpitan sehingga aroma sedap makanan selalu sampai dan seterusnya.
C. Haram apabila salah satu dua poin diatas tidak terpenuhi.
Contoh yang melanggar poin A
Semisal ada inisiatif menyakiti. Seperti dalam diskripsi masalah, yaitu ada unsur/ niatan kesengajaan memamerkan serta tidak akan memberinya.
Wallahu a’lamu bisshowab..