PERTANYAAN :
Assalamualaikum ustadz..
Bolehkah seorang istri menolak ajakan suaminya untuk melakukan hubungan suami istri sedangkan si suami telah di vonis dgn penyakit HIV AIDS?
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
Bila betul-betul sudah terjangkit penyakit tersebut maka tidak mengapa menolak berhubungan seksual, bahkan boleh meminta cerai / fasakh.
Referensi :
1. يسئلونك في الدين والحياة ٢/١٨٢.
ذكر الفقهاء طائفة من الأمراض والعيوب التي تبيح التلخيص من عقد الزواج……وللحاكم من جهة السياسة الشرعية أن يفرق بين الزوجين متى ثبت أن أحدهما مصاب بمرض من هذه الأمراض التي تنفر وتعدى أو تمنع من المعاشرة أو يتعدى ضررها على النسل أو الذرية.
Menurut ulama fiqih tentang bolehnya memfasakh apabila seseorang punya penyakit dan cacat. Hakim dalam Syari’at Islam boleh menetapkan cerai antara suami istri yang terkena penyakit seperti tidak bisa behubungan badan atau punya penyakit tidak bisa mempunyai keturunan (mandul).
2. ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺴﺎﺩﺱ ﻋﺸﺮ ﺍﻟﺼﺤﻴﻔﺔ: ٢٦٥-٢٦٦.
ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﻣﺠﻨﻮنة ﺃﻭ ﻣﺠﺬﻭمة ﺃﻭ ﺑﺮﺻﺎﺀ ﺃﻭ ﺭﺗﻘﺎﺀ ﻭﻫﻰ ﺍﻟﺘﻰ ﺍﻧﺴﺪ ﻓﺮﺟﻬﺎ ﺃﻭ ﻗﺮﻧﺎﺀ ﻭﻫﻰ ﺍﻟﺘﻰ ﻓﻲ ﻓﺮﺟﻬﺎ ﻟﺤﻢ ﻳﻤﻨﻊ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ، ﺛﺒﺖ ﻟﻪ ﺍﻟﺨﻴﺎﺭ. ﻭﺍﻥ ﻭﺟﺪﺕ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻣﺠﻨﻮﻧﺎ ﺃﻭ ﻣﺠﺬﻭﻣﺎ ﺃﻭ ﺍﺑﺮﺹ ﺃﻭ ﻣﺠﺒﻮﺑﺎ ﺃﻭ ﻋﻨﻴﻨﺎ، ﺛﺒﺖ ﻟﻬﺎ ﺍﻟﺨﻴﺎﺭ … ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ : ﻓﺜﺒﺖ ﺍﻟﺮﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺮﺹ ﺑﺎﻟﺨﺒﺮ، ﻭﺛﺒﺖ ﻓﻲ ﺳﺎﺋﺮ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﺑﺎﻟﻘﻴﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺮﺹ، ﻷﻧﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻓﻲ ﻣﻨﻊ ﺍﻻﺳﺘﻤﺘﺎﻉ.
Apabila seorang wanita mempunyai penyakit gila atau judzam atau kusta atau mandul yang hal tersebut membuat terganggunya farjik atau ada daging yang menghalangi terjadinya jimak maka perempuan tersebut boleh di cerai. Begitu juga seorang suami yang punya penyakit gila atau kusta atau terputus kemaluannya atau impoten maka boleh bagi istri untuk fasakh. Dalam hadits hanya menyebutkan penyakit kusta. Tentang penyakit yang lain mengqiaskan penyakit tersebut terhadap kusta karena sama-sama mencegah kemesraan (berhubungan suami istri).
Wallahu a’lamu bisshowab..