PERTANYAAN :
Assalamualaikum ustadz..
Diskrpsi :
Tetangga saya punya sumur tua tapi sudah lama gak di pake karena airnya sudah gak ada lagi, tapi kemudian dia berinisiatif untuk mengebor sumur itu ke arah samping, rencananyapun dilaksanakan sampek pengeboran tersebut membuahkan hasil, sumur itu sekarang penuh dengan air.
Pertanyaan :
Apakah si pemilik sumur ini tidak termasuk memgambil hak orang lain, karena ia mengebor ke arah samping yang jelas-jelas melewati tanah yang bukan miliknya?
JAWABAN :
Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..
Tidak Boleh kerena termasuk GHASOB yaitu mengambil hak orang lain.
مأخوذ : حاشية الباجوري ج ٢ ص ١٥
فصل : في أحكام الغصب وهو لغة أخذ الشيئ ظلما مجاهرة
وشرعا : الاستيلاء علي حق الغير ويرجع الاستيلاء للعرف
Ghasob: adalah mengambil hak milik orang lain secara terang terangan.
~ Allah swt sangat murka terhadap orang yang mencuri tanah milik orang lain. Sebagaimana disebutkan dalam Hadist:
وَقَدْ رَوَى ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ مِنْ حَدِيثِ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ : أَعْظَمُ الْغُلُولِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ذِرَاعُ أَرْضٍ يَسْرِقُهُ رَجُلٌ فَيُطَوَّقُهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِين
“paling besarnya khianat dihari kiamat adalah mencuri sehasta tanah milik orang. Maka allah akan membebani tanah yang dicuri sampai lapisan paling bawah.
Catatan :
Kepemilikan seseorang dalam kasus ini (tanah) tidak hanya dasar tanah, akan tetapi kepemilikan tersebut sampai pada lapisan yang ke tujuh (lapisan paling bawah).
Sesuai dengan penjelasan hadist di atas:
َ وَفِي الْحَدِيثِ تَحْرِيمُ الظُّلْمِ وَالْغَصْبِ وَتَغْلِيظُ عُقُوبَتِهِ ، وَإِمْكَانُ غَصْبِ الْأَرْضِ وَأَنَّهُ مِنَ الْكَبَائِرِ قَالَهُ الْقُرْطُبِيُّ ، وَكَأَنَّهُ فَرَّعَهُ عَلَى أَنَّ الْكَبِيرَةَ مَا وَرَدَ فِيهِ وَعِيدٌ شَدِيدٌ ، وَأَنَّ مَنْ مَلَكَ أَرْضًا مَلَكَ أَسْفَلَهَا إِلَى مُنْتَهَى الْأَرْضِ ، وَلَهُ أَنْ يَمْنَعَ مَنْ حَفَرَ تَحْتَهَا سَرَبًا أَوْ بِئْرًا بِغَيْرِ رِضَاهُ
وَفِيهِ أَنَّ مَنْ مَلَكَ ظَاهِرَ الْأَرْضِ مَلَكَ بَاطِنَهَا بِمَا فِيهِ مِنْ حِجَارَةٍ ثَابِتَةٍ وَأَبْنِيَةٍ وَمَعَادِنَ وَغَيْرِ ذَلِكَ ، وَأَنَّ لَهُ أَنْ يَنْزِلَ بِالْحَفْرِ مَا شَاءَ مَا لَمْ يَضُرَّ بِمَنْ يُجَاوِرُهُ
وَفِيهِ أَنَّ الْأَرَضِينَ السَّبْعَ مُتَرَاكِمَةٌ لَمْ يُفْتَقْ بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ لِأَنَّهَا لَوْ فُتِقَتْ لَاكْتُفِيَ فِي حَقِّ هَذَا الْغَاصِبِ بِتَطْوِيقِ الَّتِي غَصَبَهَا لِانْفِصَالِهَا عَمَّا تَحْتَهَا أَشَارَ إِلَى ذَلِك َالدَّاوُدِيُّ
(الحافظ ابن حجرالعسقلاني رحمه الله
فتح الباري » كتاب المظالم » باب إثم من ظلم شيئا من الأرض » 2452)
Kalimat yang ditebalkan menjelaskan sebagai berikut:
Dalam hal ini, sesungguhnya kepemilikan tanah mulai dari yang tampak dari atas sampai ke kedalaman tanah, yang terdiri dari bebatuan dan barang-barang yang terpendam didalamnya.
~Namun jika Dalam pengalian sumur tersebut Ada sangkaan kuat diperbolehkan. Semisal : Selama pengeboran berlangsung tidak Ada teguran Dari pemilik tanah.
Maka penggalian sumur BOLEH.
فتاوى الكبرى ج ٤ ص ١١٦.
(وسئل) بما لفظه هل جواز الأخذ بعلم الرضا من كل شيئ.. الى ان قال… وصرحوا بأن غلبة الظن كالعلم في ذلك. وحينئذ فمتي غلب علي ظنه أن المالك يسمح له بأخذ شيئ معين من ماله.
جاز له اخذه. ثم ان بان خلاف ظنه لزمه ضمانه والافلا.
Dan apabila Ada teguran Dari pemilik tanah, maka pengeboran harus dihentikan Dan harus mengganti kerusakan jika ada.
وأن بان خلاف ظنه لزمه ضمانه والافلا. إھ
Wallahu a’lamu bisshowab..