Kategori
Uncategorized

HADITS KE 99 : DIHARAMKAN MEMBACA AL QU’AN BAGI ORANG JUNUB

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 99 :

وَعَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُقْرِئُنَا اَلْقُرْآنَ مَا لَمْ يَكُنْ جُنُبًا ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ وَهَذَا لَفْظُ اَلتِّرْمِذِيِّ وَحَسَّنَةُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّان

Ali Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam selalu membaca Al-Qur’an pada kami selama beliau tidak junub. Riwayat Imam Tujuh dan lafadznya dari Tirmidzi. Hadits ini shahih menurut Tirmidzi dan hasan menurut Ibnu Hibban.

MAKNA HADITS :

Al-Qur’an adalah kalamullah yang qadim, diturunkan melalui Malaikat Jibril yang terpercaya dengan bahasa Arab yang jelas. Membaca al-Qur’an sangat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat menyingkirkan segala bentuk kesusahan dan dukacita dari dalam dirinya dengan meresapi perjalanan perilaku umat terdahulu di masa lampau. Jangan anda sesekali membacanya dalam keadaan berhadas besar. Ini hendaklah dijadikan sebagai pengajaran dan peringatan demi menjaga keutamaan al-Qur’an dan mengagungkan firman Allah (s.w.t).

FIQH HADITS :

Orang yang junub diharamkan membaca al-Qur’an. Abu Ya’la menyebut satu hadits dari ‘Ali (r.a):

رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم توضئ ثم قرأ شيئا من القرأن ثم قال : هكذا لمن ليس بجنب فأما الجنب فلا ولو جنبا

“Saya pernah melihat Rasulullah (s.a.w) berwuduk, kemudian membaca ayat al-
Qur’an lalu baginda bersabda: “Keadaan sebegini dibolehkan bagi orang yang tidak berjunub. Adapun orang yang junub sama sekali tidak diperbolehkan,
sekalipun hanya satu ayat.”

Kesemua hadits tsiqah dan hadis ini dengan jelas mengharamkan orang junub membaca al-Qur’an kerana mengandung makna larangan. Hadits ini lebih tegas lagi dari hadits di atas kerana hadits di atas mengisahkan tentang perbuatan Nabi (s.a.w).

Namun mazhab Maliki mengecualikan apabila ayat yang dibacanya itu sedikit
dan bertujuan melindungi diri dari gangguan syaitan seperti Ayat al-Kursi,
Surat al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain.

Imam Ahmad mengatakan bahawa diberi keringanan bagi orang yang berjunub membaca satu ayat atau yang semisal dengannya.

Sedangkan Imam Abu Hanifah hanya memperbolehkan membaca sebahagian dari satu ayat.

Ulama mazhab al-Syafi’i juga berkata: “Diperbolehkan membaca ayat-ayat al-
Qur’an dengan tujuan untuk berzikir dan bukan berniat membaca al-Qur’an.”
Apapun, memegang mushaf adalah diharamkan bagi orang yang junub,
sekalipun memakai penghalang atau menggunakan dengan kayu. Inilah pendapat mayoritas ulama.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

J017. HUKUM TANAH GEPENG/LUBELLUH (BHS. MADURA) KETIKA MAYAT DIKUBURKAN

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz

Bagaimana hukum yang benar tentang Tanah Gepeng/ lubelluh (Bhs. Madura) (Segenggam tanah yg diletakkan di belakang mayat di liang lahad)? Kalau sunnah bagaimana tata caranya ust? Mohon penjelasan rinci. Terimakasih..

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Tanah yang ditempelkan di pipi itu tanahnya gepeng asal nempel saja walau masih menggantung, atau tanahnya agak besar seperti bantal, kedua-dunya boleh (sunah), sebagaimana dalam kitab yang sama.

– Mughnil Muhtaj 4/278 :

( وَ ) يُسْنَدُ ( ظَهْرُهُ بِلَبِنَةٍ وَنَحْوِهَا ) كَطِينٍ لِيَمْنَعَهُ مِنْ الِاسْتِلْقَاءِ عَلَى قَفَاهُ ، وَيُجْعَلُ تَحْتَ رَأْسِهِ لَبِنَةٌ أَوْ حَجَرٌ وَيُفْضِي بِخَدِّهِ الْأَيْمَنِ إلَيْهِ ، أَوْ إلَى التُّرَابِ .

Disunahkan agar punggung mayit di sandarkan dengan bata atau seumpamanya seperti tanah agar mencegah si mayit kembali celentang ke punduknya, dan dijadikan di bawah kepalanya bata atau batu kemudian menyandarkan pipi kanan ke padanya atau ketanah.

– Nihayatuzzain :

و ان يسند وجهه و رجلاه الى جدار القبر و ظهره بنحو لبنة كحجر حتى لا ينكب و لا يستلقى نهابة الزين ١٥٤

Dan hendaknya menyandarkax wajah, ke-2 kaki serta punggung jenazah ke dinding kuburan dengan sejenis batubata misal batu sehingga jenazah tidak berpaling dan menelentang.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 97-98 : ANJURAN ADUS DI HARI JUM’AT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 97 :

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( غُسْلُ اَلْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ ) أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَة ُ

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Mandi hari Jum’at itu wajib bagi setiap orang yang telah bermimpi (baligh.” Riwayat Imam Tujuh.

MAKNA HADITS :

Nabi (s.a.w) menganjurkan mandi pada hari Jum’at dengan sunat mu’akkad. Pada permulaan Islam, mandi pada hari Jum’at adalah wajib kerana kehidupan para sahabat ketika itu amat sukar dan mereka selalu memakai baju yang terbuat dari bulu kambing yang apabila melekat pada tubuh dalam waktu yang lama akan menyebabkan bau kurang enak.

Akan tetapi setelah Allah melimpahkan banyak kenikmatan dan keluasan

rezeki kepada mereka melalui harta ghanimah yang mereka peroleh, maka hukum wajib ini di-mansukh. Hukumnya yang mulanya wajib beralih menjadi menjadi sunat mu’akkad.

FIQH HADITS :

Wajib mandi pada hari Jum’at berdasarkan keterangan yang telah disebutkan diatas, kemudian hukum wajib ini di-mansukh oleh hadis berikut ini.

HADITS KE 97 :

وَعَنْ سَمُرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ اَلْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ وَمَنْ اِغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيّ

Dari Samurah Ibnu Jundab Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang berwudlu pada hari Jum’at berarti telah menjalankan sunnah dan sudah baik dan barangsiapa yang mandi maka itu lebih utama.” Riwayat Imam Tujuh dan dinilai hasan oleh Tirmidzi.

MAKNA HADITS :

Oleh kerana hari Jum’at adalah hari raya dimana pada hari itu kaum muslimin berkumpul di rumah-rumah Allah (masjid-masjid) untuk mengerjakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah dan turut hadir bersama para malaikat, maka syariat menganjurkan agar memakai wewangian dan berpakaian paling baik serta tubuh yang bersih dengan cara mandi. Ini disyari’atkan bagi orang yang mampu melakukannya dan ia lebih utama dan lebih sempurna baginya. Tetapi jika tidak mampu mandi, maka cukuplah baginya berwuduk dan orang yang mampu berwudukpun sudah dianggap mengikuti amalan Sunnah.

FIQH HADITS :

Keutamaan mandi pada hari Jum’at. Hadits ini memansukh hukum wajib yang terkandung pada hadits sebelum ini. Inilah rahasia menyebutkan hadits ini sesudahnya.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 96 : DISYARI’ATKAN ADUS BAGI MUALLAF (ORANG YANG BARU MASUK ISLAM)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 96 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ( -فِي قِصَّةِ ثُمَامَةَ بْنِ أُثَالٍ عِنْدَمَا أَسْلَم- وَأَمَرَهُ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَغْتَسِلَ ) رَوَاهُ عَبْدُ اَلرَّزَّاق ِ وَأَصْلُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْه

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu tentang kisah tsamamah Ibnu Utsal ketika masuk Islam Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyuruhnya mandi. Riwayat Abdur Rozaq dan asalnya Muttafaq Alaihi.

MAKNA HADITS :

Jika orang kafir masuk Islam, maka batinnya menjadi suci dari ‘akidah yang bathil. Oleh sebab itu, syari’at memerintahkan mandi supaya dzahirnya turut menjadi suci dari kekufuran dan sisa-sisa junub yang dilakukan ketika masih kafir. Tujuannya ialah supaya dia bersiap sedia melakukan ibadah dengan dzahir dan batin yang suci serta keyakinan dan amal yang suci pula.

FIQH HADITS :

Disyari’atkan mandi bagi orang yang baru masuk Islam. Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Imam Ahmad mewajibkan mandi berlandaskan kepada dzahir hadits. Imam Malik dan Imam al-Syafi’i mewajibkannya pula bagi orang yang pernah berjunub ketika kafir, baik dia telah mandi ataupun belum, sedangkan bagi yang tidak pernah berjunub ketika kafir, hukum mandi itu hanyalah sunat. Imam Abu Hanifah mewajibkan mandi bagi orang yang berjunub ketika kafir sedangkan dia tidak pernah mandi junub dan mandi tidak wajib baginya apabila dia pernah mandi semasa dia kafir.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

S039. HUKUM MENJAMAK SHALAT KARENA TERJEBAK MACET DI JALAN

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Saya penduduk kota yg rawan macet. suatu ketika saya nyetir mobil dlm perjalanan menuju tempat kerja yg tak begitu jauh dari rumah saya namun kena macet sehingga masuk waktu sholat, sehingga :
– Tidak bisa turun dari mobil
– Tidak bisa ambil wudhu

Pertanyaannya :

1-Bagaimana caranya agar bisa sholat?

2-Bolehkah sy niat menjamak sholat (kalau sholat yg bisa dijamak) padahal sy bukan musafir.

Mohon penjelasannya berikut dalilnya..

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

1. Jawaban untuk pertanyaan yang pertama.

Orang yg tidak bisa turun dari mobil, dan orang itu tidak punya wuduk, dan jalannya macet, dan didalam mobil tidak ada debu yang bisa digunakan untuk bertayammum, maka hal tersebut disebut faaqiduththohuuroini (فاقد الطهورين), sama halnya dengan orang yang dipenjara dalam ruangan yang tidak ada air untuk wuduk dan tidak ada debu untuk tayammum, dia tetap wajib shalat dalam keadaan tersebut seadanya dengan sholat lihurmatil waqti:
Umpama niat shalat Dzuhur

(اصلي فرض الظهر لحرمۃ الوقت )

Namun ketika sudah menemukan air atau debu baik masih dalam perjalanan atau dirumah, maka orang itu harus mengqodho’ (mengganti) sholat duhurnya dengan cara berwuduk memakai air atau dengan cara bertayammum memakai debu (jika tidak ada air).

Referensi:

فاقد الطهورين هو الذي لم يجد ماء ولا صعيدا يتيمم به ، كأن حبس في مكان ليس فيه واحد منهما ، أو في موضع نجس ليس فيه ما يتيمم به ، وكان محتاجا للماء الذي معه لعطش ، وكالمصلوب وراكب سفينة لا يصل إلى الماء ، وكمن لا يستطيع الوضوء ولا التيمم لمرض ونحوه .فذهب جمهور العلماء إلى أن صلاة فاقد الطهورين واجبة لحرمة الوقت ولا تسقط عنه مع وجوب إعادتها عند الحنفية والشافعية ، ولا تجب إعادتها عند الحنابلة ، أما عند المالكية فإن الصلاة عنه ساقطة على المعتمد من المذهب أداء وقضاء

Faqidut Thahuurain adalah Orang yang tidak mendapati sarana untuk bersuci baik berupa air atau debu seperti saat ia dipenjara dan tidak mendapati salah satu dari keduanya, atau ditempat najis yang tidak ia dapatkan debu untuk bersuci sementara air yang ada dibutuhkan untuk dahaganya orang yang bersamanya, orang yang sedang disalib atau berada diperahu yang tidak dapat meraih air dan seperti orang sakit yang tidak mampu menjalani wudhu atau tayammum sebab sakit atau semacamnya, maka mayoritas ulama mewajibkan hukum shalat baginya sekedar penghormatan terhadap waktu, hukum kewajiban shalat tidak semata-mata gugur baginya namun baginya wajib mengulangi shalat yang ia kerjakan dalam kondisi demikian menurut kalangan Hanafiyyah dan Syafi’iyyah, sedang menurut kalangan hanabilah tidak wajib mengulangi shalatnya. Menurut pendapat yang mu’tamad (dapat dijadikan pegangan) dikalangan Malikiyyah seseorang yang dalam kondisi diatas shalatnya gugur dan dalam pendapat lainnya wajib menjalani dan mengqadhainya. [ Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 14/273 ].

Referensi lain:

(المجموع شرح المهذب,جز ٢,صحيفۃ ٣۰٣-٣۰٤) واما حكم المسئلۃ: فإذا لم يجد المكلف ماء ولا ترابا بأن حبس في موضع نجس او كان في ارض ذات وحل ولم يجد ماء يجففه به او ما اشبه ذلك ففيه اربعۃ اقوال حكاها اصحابنا الخراسانيون. (احدها) يجب عليه ان يصلي في الحال علی حسب حاله ويجب عليه الاءعادۃ اذا وجد ماء او ترابا في موضع يسقط الفرض فيه بالتيمم. وهذا قول هو الصحيح الذي قطع به كثيرون من الاءصحاب او اكثرهم وصصحه الباقون وهو المنصوص في الكتب الجديدۃ. (والثاني )لا تجب الصلاۃ بل تستحب ويجب القضاء,سواء صلی ام لم يصل حكوه عن القديم,وحكاه الشيخ ابو حامد وغيره من العراقيين (والثالث),يحرم عليه الصلاۃ ويجب القضاء حكاه الاءمام الحرمين وجماعۃ من الخراسنيين عن القديم. (والرابع)تجب الصلاۃ في الحال علی حسب حاله ولا تجب الاءعادۃ,حكاه عن القديم ايضا,وستاءتي ادلۃ هذه الاءقوال في فرع مذاهب العلماء ان شاء ﷲ تعالی ,انتهی,

2. Jawaban untuk pertanyaan yang kedua

Ketika seseorang dalam situasi seperti dalam deskripsi diatas maka yang diterapkan tetap penjelasan dalam jawaban yang pertama yaitu tidak boleh jamak, dia wajib sholat lihurmatil wakti setiap masuk waktu shalat dan wajib qadla apabila menemukan air atau debu sebagaimana penjelasan diatas.

Namun terlepas dari deskripsi penanya, ketika seseorang dalam keadaan suci dari najis dan hadats serta memungkinkan mengerjakan shalat, maka dalam situasi tertentu boleh menjamak shalat walaupun tidak dalam perjalanan jauh, sebagaimana uraian berikut;

Dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin hal. 77 disebutkan :

(فائدة) لنا قول بجواز الجمع في السفر القصير اختاره البندنيجي. وظاهر الحديث جوازه في حضر كما في شرح مسلم. وحكى الخطابي عن ابي اسحاق جوازه في الحضر للحاجة وإن لم يكن خوف ولا مطر ولا مرض. وبه قال ابن المنذر ا.هـ

(Faidah)
Kami berpendapat boleh menjamak shalat bagi orang yang menempuh perjalanan singkat yang telah dipilih oleh Syekh Albandaniji. Sebuah hadits dengan jelas memperbolehkan melakukan shalat jamak bagi orang yang bukan musafir sebagaimana yang tercantum dalam Syarah Muslim. Alkhatthabi menceritakan dari Abu Ishak tentang bolehnya menjamak shalat dalam perjalanan singkat karena suatu keperluan/hajat meskipun tidak dalam kondisi keamanan terancam, hujan lebat, dan sakit. Ibnul Munzir juga memegang pendapat ini,”

والله اعلم بالصواب.

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 95 : SEBAB-SEBAB ANJURAN MANDI BESAR (ADUS)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 95 :

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( كَانَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَغْتَسِلُ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ اَلْجَنَابَةِ وَيَوْمَ اَلْجُمُعَةِ وَمِنْ اَلْحِجَامَةِ وَمِنْ غُسْلِ اَلْمَيِّتِ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة

‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam biasanya mandi karena empat hal: jinabat hari Jum’at berbekam dan memandikan mayit. Riwayat Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah.

MAKNA HADITS :

Nabi (s.a.w) mandi kerana sesuatu perkara dan memerintahkan mandi kerana beberapa perkara yang lain. Baginda mandi kerana berjunub, mandi untuk hari Jum’at dan mandi pula setelah berbekam kerana darah biasanya menyebar ke seluruh tubuh hingga sukar membasuhnya hanya pada bagian tertentu.

Menyedot darah dengan alat dapat menyebabkan darah keluar dari setiap sisi yang disedot, sedangkan mandi dapat menghentikan mengalirnya darah dan mencegah keluarnya darah secara berlebihan.

Kemestian mandi setelah memandikan jenazah adalah disebabkan tubuh

orang yang memandikannya selalunya sukar menghindar dari terkena percikan air. Jika seseorang tahu yang dirinya bakal mandi sesudah itu, maka dia tidak lagi ragu memandikan jenazah dan menyentuh tubuhnya. Apapun, belum pernah terdengar bahwa Nabi (s.a.w) pernah memandikan jenazah.

FIQH HADITS :

1. Wajib mandi kerana berjunub meskipun hanya sekedar hubungan seks sekalipun tanpa keluar air mani.

2. Disyariatkan mandi pada hari Jum’at, sesudah berbekam dan sesudah memandikan jenazah.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 94 : KEWAJIBAN ADUS BAGI WANITA YANG KELUAR MANI SETELAH BERMIMPI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 94 :

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى الْمَرْأَةِ تَرَى فِى مَنَامِهَا مَايَرَى الرَّجُلُ – قَالَ : ( تَغْتَسِلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

زَادَ مُسْلِمٌ: فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْم ٍ ( وَهَلْ يَكُونُ هَذَاقَالَ: نَعَمْ فَمِنْ أَيْنَ يَكُونُ اَلشَّبَهُ)

Anas Radliyallahu ‘Anhu berkata: Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang perempuan yang bermimpi sebagaimana yang dimimpikan oleh laki-laki, maka sabdanya, “Ia wajib mandi.” Hadits riwayat Muttafaqun ‘Alaih

Imam Muslim menambahkan: Ummu Salamah bertanya: Adakah hal ini terjadi؟ Nabi menjawab: “Ya lalu darimana datangnya persamaan؟”

MAKNA HADITS :

Allah (s.w.t) membentuk rupa janin dalam rahim mengikut gambaran yang Dia kehendaki. Adakalanya anak itu mirip dengan ayahnya atau kakeknya dari sebelah ayahnya dan adakalanya pula mirip dengan ibunya atau neneknya dari sebelah ibunya. Air mani siapa diantara keduanya yang mampu mengalahkan yang lain, maka anak yang bakal dilahirkan akan mirip dengan mani yang menang

itu. Ini merupakan salah satu di antara mukjizat Nabi (s.a.w) kerana baginda

mengetahui tentang fasa yang dialami oleh janin. Nabi (s.a.w) mewajibkan mandi kepada wanita yang mengeluarkan air mani dalam mimpi, sebagaimana ia juga diwajibkan kepada lelaki, kerana wanita pada hakekatnya merupakan belahan lelaki.

FIQH HADITS :

1. Wanitapun boleh bermimpi mengeluarkan air mani sama dengan kaum lelaki.

2. Wanita tidak diwajibkan mandi kecuali apabila dia melihat adanya air mani.

3. Pengakuan yang menyatakan bahwa anak itu adakalanya mirip dengan ayahnya atau mirip dengan ibunya. Jika air mani salah seorang di antara keduanya mendahului air mani yang lainnya, maka anaknya akan mirip dengan siapa yang mengeluarkan air mani terlebih dahulu itu.

4. Seorang wanita dibolehkan meminta fatwa mengenai perkara-perkara yang

dianggap musykil baginya dalam urusan agama.

5. Perhatian yang sangat luar biasa dimiliki oleh sahabat wanita untuk sentiasa memperdalam ilmu agama.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 93 : JIMAK TERMASUK HAL YANG MEWAJIBKAN ADUS WALAUPUN TIDAK MENGELUARKAN MANI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 93 :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا اَلْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ اَلْغُسْلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه

زَادَ مُسْلِمٌ: وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang laki-laki duduk di antara empat bagian (tubuh) wanita lalu mencampurinya maka ia telah wajib mandi.” Muttafaq Alaihi.

Riwayat Muslim menambahkan: “Meskipun ia belum mengeluarkan (air mani).”

MAKNA HADITS :

Bersetubuh termasuk perkara yang mewajibkan mandi junub, kerana di dalamnya terdapat bersatunya kedua alat kelamin antara suami dengan isteri, baik keluar air mani ataupun tidak. Pada permulaan Islam, syari’at memberikan rukhshah bahwa yang diwajibkan mandi hanyalah apabila persetubuhan itu mengeluarkan air mani, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits sebelum ini: “Mandi itu (wajib) kerana keluar air mani.” Kemudian syari’at memerintahkan mandi apabila telah memasukkan zakar ke dalam kemaluan isteri, sebab makna jinabah menurut istilah orang Arab secara hakiki ditujukan kepada persetubuhan, sekalipun tidak keluar air mani.

FIQH HADITS :

1. Disunatkan memakai kata sindiran dalam mengungkapkan perkara yang

bersifat aib untuk disebutkan secara langsung.

2. Wajib mandi junub kerana memasukkan zakar ke dalam kemaluan perempuan, sekalipun tidak mengeluarkan air mani.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kategori
Uncategorized

HJ006. SISTEM TUNGGU KUOTA HAJI TIDAK MENGGUGURKAN KEWAJIBAN BERANGKAT HAJI

PERTANYAAN :

Assalamualaikum Ustadz..

Pertanyaan, Mengamati lamanya menungu bagi jamaah haji indonesia menimbulkan sebuah permasalahan, masih wajibkah daftar haji bagi orang yang sudah berusia 50 tahun ke atas?

Apakah kasusnya bisa disamakan dengan haji muhshar?

JAWABAN :

Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh..

Orang berumur 50 tahun ataupun lebih dari 50 ke atas ia masih berkewajiban melakukan ibadah haji manakala ia mampu.

Firman Allah swt, Suroh Ali lmron ayat 97 :

وانما شرطت الإستطاعة لقوله تعالى :
ولله على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيلا.

قال ابن عباس : والإستطاعة ان يكون قادرا على الزاد والراحلة وان يصح بدن العبد وان يكون الطريق أمنا.
إعانة الطالبين ج ٢ ص ٣١٨

Jadi yang di maksud mampu adalah: punya bekal, Ada kendaraan, badan sehat Dan Dalam perjalanan Aman.

Mampu disini oleh ulama di bagi 2 yaitu :
1- Mampu mubasyaroh, mencakup fisik Dan harta benda.
2-Mampu Niyabah, mencakup harta benda.

Referensi :
i’anatut tolibin juz 2 Hal 318.

ثم الإستطاعة نوعان :
أحدهما : الاستطاعة مباشرة،وهذه يقال لها استطاعة بالبدن والمال ولها أحد عشر شرطا.. الى ان قال…
وثانيها بإنابة الغير عنه،وهذه يقال لها استطاعة بالمال فقط،وانما تكون في ميت ومعضوب.. الخ

Juga dijelaskan dalam kitab :

مغنى المحتاح
الْخَصْلَةُ الثَّانِيَةُ لِلاِسْتِطَاعَةِ: صِحَّةُ الْبَدَنِ:
– إِنَّ سَلاَمَةَ الْبَدَنِ مِنَ الأَْمْرَاضِ وَالْعَاهَاتِ الَّتِي تَعُوقُ عَنْ الْحَجِّ شَرْطٌ لِوُجُوبِ الْحَجِّ.
فَلَوْ وُجِدَتْ سَائِرُ شُرُوطِ وُجُوبِ الْحَجِّ فِي شَخْصٍ وَهُوَ مَرِيضٌ زَمِنٌ أَوْ مُصَابٌ بِعَاهَةٍ دَائِمَةٍ، أَوْ مُقْعَدٌ أَوْ شَيْخٌ كَبِيرٌ لاَ يَثْبُتُ عَلَى آلَةِ.

شُرُوطُ الزَّادِ وَآلَةِ الرُّكُوبِ:
– ذَكَرَ الْعُلَمَاءُ شُرُوطًا فِي الزَّادِ وَآلَةِ الرُّكُوبِ الْمَطْلُوبَيْنِ لاِسْتِطَاعَةِ الْحَجِّ، هِيَ تَفْسِيرٌ وَبَيَانٌ لِهَذَا الشَّرْطِ، نَذْكُرُهَا فِيمَا يَلِي:
أ – أَنَّ الزَّادَ الَّذِي يُشْتَرَطُ مِلْكُهُ هُوَ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِي ذَهَابِهِ وَإِيَابِهِ مِنْ مَأْكُولٍ وَمَشْرُوبٍ وَكِسْوَةٍ بِنَفَقَةٍ وَسَطٍ لاَ إِسْرَافَ فِيهَا وَلاَ تَقْتِيرَ، فَلَوْ كَانَ يَسْتَطِيعُ زَادًا أَدْنَى مِنَ الْوَسَطِ الَّذِي اعْتَادَهُ لاَ يُعْتَبَرُ مُسْتَطِيعًا لِلْحَجِّ، وَيَتَضَمَّنُ اشْتِرَاطُ الزَّادِ أَيْضًا مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ مِنْ آلاَتٍ لِلطَّعَامِ وَالزَّادِ مِمَّا لاَ يَسْتَغْنِي عَنْهُ.

وَجْهُ الاِسْتِدْلاَل أَنَّ ” مَنْ كَانَ صَحِيحَ الْبَدَنِ قَادِرًا عَلَى الْمَشْيِ وَلَهُ زَادٌ فَقَدِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً فَيَلْزَمُهُ فَرْضُ الْحَجِّ “.

Kesimpulan :
Tidak Ada batasan umur dalam Melaksanakan kewajiban haji, Selama bukan Anak Anak (Belum baligh) Dan tidak Gila Maka haji tetap wajib.

Jawaban no 2.
Tidak Sama, ibarot telah disinggung pada jawaban no 1.

Wallahu a’lamu bisshowab..

Kategori
Uncategorized

HADITS KE 92 : KEWAJIBAN ADUS BAGI ORANG JUNUB

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI

BAB TENTANG MANDI DAN JUNUB

HADITS KE 92 :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اَلْمَاءُ مِنْ اَلْمَاءِ) رَوَاهُ مُسْلِم وَأَصْلُهُ فِي اَلْبُخَارِيّ

Dari Abu said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Air itu dari air.” Riwayat Muslim yang berasal dari Bukhari.

MAKNA HADITS :

Sebahagian sahabat pada mulanya mengira bahwa kewajipan mandi junub hanya kerana bersetubuh dan mereka tidak tau bahwa mereka wajib mandi apabila mimpi mengeluarkan air mani. Nabi (s.a.w) memberitau mereka bahwa bermimpi mengeluarkan air mani wajib mandi junub. Untuk itu, Nabi (s.a.w)

bersabda bahwa wajib mandi dengan air yang boleh menyucikan apabila keluar air mani. Al-Qasr dalam hadits ini adalah qasr idhafi. Makna ini lebih utama dibanding mengatakan hadits ini di-mansukh, sebab nasakh berpegang dengan kaidah asal. Apapun, ada hadits lain yang mendukunng nasakh. Oleh sebab itu, Ibn Hajar penulis Bulugh al-Maram ini tetap berpegang dengan hadits ini, lalu mengiringinya dengan hadits lain yang berkaitan dengannya.

FIQH HADITS :

1. Wajib mandi kerana mengeluarkan air mani.

2. Pemahaman hadits ini di-nasakh oleh hadits berikut ini yang menunjukkan

wajib mandi apabila kedua khitan (tempat sunnat) bertemu.

Wallahu a’lam bisshowab..

Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Ketik Pencarian