السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
《JILID KE II (DUA)》
BAB SHALAT JUM’AT
HADITS KE 17 :
وَعَنْ جَابِرٍ ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا, فَجَاءَتْ عِيرٌ مِنَ الشَّامِ, فَانْفَتَلَ النَّاسُ إِلَيْهَا, حَتَّى لَمْ يَبْقَ إِلَّا اثْنَا عَشَرَ رَجُلًا ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa ketika Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang khutbah berdiri, datanglah kafilah dagang dari negeri Syam. Lalu orang-orang menyongsongnya sehingga (dalam masjid) hanya tinggal dua belas orang. Diriwayatkan oleh Muslim.
MAKNA HADITS :
Tidak ada batasan yang jelas secara syarak berapa jumlah jemaah sholat Jum’at yang dengan demikian sholat Jum’at kemudian dinyatakan sah. Oleh itu, masalah ini merupakan ruang bagi ijtihad. Menurut Abu Hanifah, sholat Jum’at dapat
didirikan hanya dengan tiga orang termasuk imam di dalamnya. Menurut Imam Malik dan qaul qadim Imam al-Syafi’i, sholat Jum’at boleh didirikan apabila ada dua belas orang lelaki. Menurut Imam al-Syafi’i dalam qaul jadid, sholat Jum’at hanya dapat didirikan apabila ada empat puluh orang laki-laki. pendapat yang sama
juga dikatakan pula oleh Imam Ahmad.
FIQH HADITS :
1. Disyariatkan berdiri ketika menyampaikan khutbah.
2. Tidak disyaratkan jumlah tertentu bagi sahnya sholat Jum’at. Inilah yang menjadi pegangan Imam Malik. Beliau berkata: “Hendaklah jumlah orang
yang mengikuti pelaksanaan sholat Jum’at terdiri dari dua belas orang
laki-laki selain imam.” Murid-murid Imam al-Syafi’i dan ulama yang lain yang mensyaratkan empat puluh orang lelaki mengatakan bahwa hadis ini dapat ditafsirkan atas dasar mereka melaksanakan sholat Jum’at atau sebagian mereka kembali hingga jumlah mereka kemudian menjadi empat puluh orang lelaki dan Rasulullah (s.a.w) setelah itu melaksanakan sholat Jum’at bersama mereka. Imam Abu Hanifah berkata: “Solat Jum’at dapat didirikan dengan tiga orang termasuk imam di dalamnya. Bilangan tersebut merupakan jumlah minimum bagi sahnya sholat Jum’at.” Imam
Abu Hanifah melandaskan pendapatnya kepada firman Allah (s.w.t):
فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ الله (٩)
“… Maka bersegeralah kamu mengingat Allah…” (Surah al-Jumu’ah: 9)
Perintah dalam ayat ini ditujukan kepada jemaah sesudah adanya seruan supaya mereka mengerjakan sholat Jum’at, sedangkan bilangan minimum bagi suatu jemaah itu adalah tiga orang.
3. Menjelaskan perjalanan hidup yang terpuji bagi Abu Bakar, Umar, dan Jabir serta mereka yang tidak tergoda oleh harta benda dan tidak meninggalkan sholat Jum’at karena disibukkan oleh harta benda tersebut.
“`Wallahu a’lam bisshowab..“`
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_
Semoga bermanfaat. Aamiin..