السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI
BAB SHALAT BERJAMAAH DAN IMAM SHALAT
HADITS KE 331 :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ, فَإِنَّ فِيهِمْ الصَّغِيرَ وَالْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ, فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang di antara kamu mengimami orang-orang maka hendaknya ia memperpendek sholatnya, karena sesungguhnya di antara mereka ada yang kecil, besar, lemah, dan yang mempunyai keperluan. Bila is sholat sendiri, maka ia boleh sholat sekehendaknya.” Muttafaq Alaihi.
MAKNA HADITS :
Nabi (s.a.w) memberikan bimbingan dan penyuluh kepada para imam dan ulama kaum muslimin untuk memudahkan orang yang mengerjakan sholat. Baginda menyuruh mereka mengambil kira keadaan makmum. Tidak boleh memperpanjang bacaan sholat sehingga tidak menjenuhkan, tidak pula mempercepat bacaan sholat sehingga mengakibatkan sholat menjadi tidak sempurna.
Inilah bimbingan Nabi (s.a.w) bagi seorang imam sholat. Jika seseorang sholat seorang diri, dia boleh melakukannya sesuka hatinya, meskipun dalam waktu yang lama selagi waktu sholat masih ada. Tetapi jika waktu sholat telah habis, maka perbuatan itu dianggap melampawi.
FIQH HADITS :
1. Disunatkan meringankan sholat demi menjaga keadaan para makmum, tetapi semua rukun sholat mesti tetap dikerjakan dengan sempurna.
2. Keperluan yang bersifat duniawi termasuk udzur yang membolehkan seseorang meringankan sholat, karena hati seseorang senantiasa memikirkannya sehingga dia
tidak dapat melakukan sholat dengan khusyuk.
Wallahu a’lam bisshowab..
Demikian Kajian Hadits untuk hari ini
Semoga bermanfaat. Aamiin..