DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Makna Hikmah  Berdasarkan Ayat  Dan Ilmu Para  Ulama

Assalamu alaikum

Deskripsi Masalah:

Dalam berbagai acara keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, Isra Mikraj, pernikahan, aqiqah, dan lain-lain, istilah “hikmah” seringkali digunakan oleh pembawa acara maupun penceramah. Mereka menyampaikan “hikmah” dari peristiwa-peristiwa tersebut, namun pengertian mendasar dari kata “hikmah” itu sendiri jarang dijelaskan. Mengingat “hikmah” berasal dari bahasa Arab, dan telah menjadi bagian dari percakapan sehari-hari masyarakat Indonesia (terlepas dari latar belakang bahasa Arab mereka), muncul pertanyaan mengenai makna sebenarnya dari “hikmah.”

Apa sebenarnya pengertian atau makna dari “hikmah” yang sering kita dengar tersebut?

Mohon penjelasannya.

Waalaikumsalam

Jawaban

Dalam konteks berbagai acara keagamaan, istilah “hikmah” merujuk pada pelajaran berharga, nilai luhur, dan pemahaman mendalam yang kita peroleh dari suatu peristiwa atau ajaran agama. Hikmah ini bukan sekadar informasi, melainkan sesuatu yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi lebih baik.
Jika kita menelusuri akarnya dari bahasa Arab, “hikmah” memiliki beberapa lapisan makna yang saling berkaitan yang diantaranya adalah:

  1. Ilmu yang Mendalam dan Penerapannya: Hikmah adalah ilmu tentang hakikat segala sesuatu sebagaimana adanya, yang kemudian diamalkan dalam tindakan nyata. Jika disandarkan kepada Allah maka yang dimaksud hikmah, adalah ilmu tentang segala sesuatu dan merealisadikannya dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi. Jika disandarkan kepada manusia maka yang dimaksud dengan hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran yang diiringi dengan pengaplikasian yang baik.
  2. Pemahaman Agama (Fiqh): Hikmah juga mencakup ilmu dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama.
  3. Hikmah dalam Al-Qur’an adalah bermakna kenabian atau bermakna Ilmu yang Bermanfaat dan Amal Saleh: Dalam Al-Qur’an, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 269, dan menurut para ulama tafsir, hikmah adalah ilmu yang memberikan manfaat dan mendorong pada perbuatan yang benar. Ini juga mencakup pemahaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an yang menghasilkan ketepatan dalam perkataan dan perbuatan. Bahkan, dalam konteks Al-Qur’an, hikmah juga bisa bermakna kenabian.
  4. Karunia Agung bagi Ulul Albab: Hikmah dipandang sebagai anugerah besar dari Allah yang membawa kebaikan yang melimpah. Hanya orang-orang yang berakal bersih (ulul albab) yang mampu mengambil pelajaran dan memahami betapa berharganya hikmah ini.
  5. Hikmah dalam Ushul Fiqh: Tujuan Pensyariatan Hukum: Dalam ilmu Ushul Fiqh, hikmah adalah tujuan di balik penetapan suatu hukum, yaitu untuk mendatangkan kemaslahatan atau menolak kemudaratan, atau setidaknya mengurangi dampak buruknya. Hikmah juga merupakan sifat yang sesuai dengan tujuan pensyariatan hukum itu sendiri.

Kesimpulan:
Secara garis besar, “hikmah” adalah lebih dari sekadar pengetahuan. Ia adalah ilmu yang mendalam dan bermanfaat, yang melahirkan pemahaman yang benar tentang agama dan kehidupan, serta mendorong perbuatan yang baik dan tepat. Hikmah adalah karunia berharga yang menuntun manusia menuju kebaikan dan kemaslahatan, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam konteks acara keagamaan, penyampaian “hikmah” bertujuan untuk menginspirasi dan membekali pendengar dengan pelajaran hidup yang praktis dan bernilai spiritual.

Referensi

المكتبة الشاملة.
الموسوعة الفقهية الكويتيه ج ١٨ص٦٧
حِكْمَةٌ
التَّعْرِيفُ:
١ – الْحِكْمَةُ فِي اللُّغَةِ: الْعِلْمُ بِحَقَائِقِ الأَْشْيَاءِ عَلَى مَا هِيَ عَلَيْهِ فِي الْوُجُودِ وَالْعَمَل بِمُقْتَضَاهَا، وَهِيَ إِذَا أُضِيفَتْ إِلَى اللَّهِ يُرَادُ بِهَا الْعِلْمُ بِالأَْشْيَاءِ وَإِيجَادُهَا عَلَى غَايَةِ الإِْحْكَامِ، وَإِذَا أُضِيفَتْ إِلَى الإِْنْسَانِ يُرَادُ بِهَا مَعْرِفَةُ الْحَقِّ، وَفِعْل الْخَيْرَاتِ.
وَتُطْلَقُ عَلَى الْعِلْمِ، وَالْفِقْهِ، (١) وَرَدَ فِي الأَْثَرِ الصَّحِيحِ: لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا. (٢)
وَجَاءَتِ الْحِكْمَةُ فِي الْقُرْآنِ بِمَعْنَى النُّبُوَّةِ، (٣) قَال تَعَالَى: فِي مَعْرِضِ الاِمْتِنَانِ عَلَى نَبِيِّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ} (١) {وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْل الْخِطَابِ} (٢)
الْحِكْمَةُ عِنْدَ الأُْصُولِيِّينَ:
٢ – الْحِكْمَةُ عِنْدَ الأُْصُولِيِّينَ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَى رَبْطِ الْحُكْمِ بِعِلَّتِهِ، أَوْ بِسَبَبِهِ مِنْ جَلْبِ مَصْلَحَةٍ أَوْ دَفْعِ مَضَرَّةٍ، أَوْ تَقْلِيلِهَا، وَتُطْلَقُ أَيْضًا عَلَى الْوَصْفِ الْمُنَاسِبِ لِشَرْعِ الْحُكْمِ

Al-Maktabah asy-Syamilah. Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah Juz 18 Halaman 67
HIKMAH
Definisi:

  • Hikmah secara bahasa: Ilmu tentang hakikat segala sesuatu sesuai dengan keadaannya dalam wujud dan mengamalkan konsekuensinya. Apabila disandarkan kepada Allah, yang dimaksud dengannya adalah ilmu tentang segala sesuatu dan mewujudkannya dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi. Apabila disandarkan kepada manusia, yang dimaksud dengannya adalah pengetahuan tentang kebenaran dan melakukan kebaikan.
    Kata “hikmah” juga digunakan untuk makna ilmu dan pemahaman agama (fiqh). Disebutkan dalam hadis sahih: “Tidak ada hasad (iri yang dibolehkan) kecuali pada dua orang: seorang laki-laki yang Allah berikan harta lalu ia menggunakannya untuk kebenaran, dan seorang laki-laki yang Allah berikan hikmah lalu ia memutuskan perkara dengannya dan mengajarkannya.”
    Hikmah dalam Al-Qur’an juga bermakna kenabian, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam konteks pemberian nikmat kepada Nabi Daud ‘alaihis salam: {وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ} (Dan Allah memberinya kerajaan dan hikmah) dan {وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ} (Dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kemampuan membedakan perkataan yang benar dan yang salah).
    Hikmah menurut Ushuliyyin (Ahli Ushul Fiqh):
  • Hikmah menurut Ushuliyyin adalah apa yang dihasilkan dari menghubungkan hukum dengan ‘illah (alasan hukum) atau sebabnya, berupa mendatangkan kemaslahatan atau menolak kemudaratan, atau menguranginya. Hikmah juga digunakan untuk menyebut sifat yang sesuai dengan pensyariatan hukum.

تفسير الجلالين : معنى و تأويل الآية 269

«يؤتي الحكمة» أي العلم النافع المؤدي إلى العمل «من يشاء ومن يُؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا» لمصيره إلى السعادة الأبدية «وما يذَّكَّر» فيه إدغام التاء في الأصل في الذال يتعظ «إلا أولوا الألباب» أصحاب العقول

Tafsir Jalalain: Makna dan takwil ayat 269
“(Allah) memberikan hikmah,” yaitu ilmu yang bermanfaat yang mengantarkan pada perbuatan, “(kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa diberi hikmah, sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak,” karena kesudahannya menuju kebahagiaan abadi. “Dan tidak dapat mengambil pelajaran,” di dalamnya terdapat idgham ta pada dzal asalnya, yaitu yadzakkaru, menjadi yazzakkaru, “kecuali ulul albab,” yaitu orang-orang yang berakal.

Firman Allah Ta’ala:

{يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَما يَذَّكَّرُ إِلاّ أُولُوا الْأَلْبابِ}

(QS. Al-Baqarah: 269)

Makna Hikmah Berdasarkan Ayat dan Penjelasan Ulama:

Makna Lugawi dan Tafsir:

Kata hikmah berasal dari kata yang berarti ilmu yang bermanfaat yang mengarah kepada amal yang benar, dan bisa memberi pengaruh positif dalam jiwa seseorang.

Menurut berbagai ulama tafsir:

As-Suddi: Hikmah adalah kenabian.

Ibnu Abbas: Hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur’an, termasuk ayat-ayat yang muhkam (tegas) dan mutasyabih (samar), nasikh-mansukh, dan ilmu tafsir.

Qatadah dan Mujahid: Hikmah adalah fiqh dalam Al-Qur’an.

Mujahid (pendapat lain): Hikmah adalah ketepatan dalam ucapan dan perbuatan.

Ibnu Zaid: Hikmah adalah akal dalam beragama.

Imam Malik bin Anas: Hikmah adalah berpikir dalam urusan agama dan mengikuti perintah Allah, atau bisa disebut sebagai ketaatan dan pemahaman agama yang benar serta mengamalkannya.

Semua pendapat ini menunjukkan bahwa hikmah adalah gabungan antara ilmu yang benar, pemahaman yang dalam, serta penerapan yang tepat dalam kehidupan, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

Kandungan Ayat:

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.

Barangsiapa diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.

Namun yang dapat mengambil pelajaran hanyalah orang-orang yang memiliki akal yang bersih dan sehat (ulul albab).

Kesimpulan :
Hikmah Menurut Ayat dan Tafsir

Hikmah adalah ilmu yang benar, pemahaman yang mendalam terhadap agama, khususnya Al-Qur’an, serta kemampuan untuk bertindak dan berkata dengan tepat.

Hikmah merupakan karunia besar dari Allah yang hanya diberikan kepada hamba pilihan-Nya.

Orang yang diberi hikmah, sejatinya telah mendapatkan kebaikan yang melimpah, karena hikmah menuntun seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tidak semua orang bisa memahami pentingnya hikmah kecuali mereka yang memiliki akal bersih (ulul albab), yang mampu membedakan antara bisikan setan dan ilham kebenaran.

Referensi

تفسير المنير للزحيلي ج٣ ص ٦٢- ٦٥

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَما يَذَّكَّرُ إِلاّ أُولُوا الْأَلْبابِ (٢٦٩)} الإعراب: {الشَّيْطانُ يَعِدُكُمُ} مبتدأ، وجملة {يَعِدُكُمُ} خبره، وسمي شيطانا (فيعالا) من شطن أي بعد؛ لأنه بعد عن رحمة الله، وقيل في وجه ضعيف: على وزن فعلان: من شاط‍ يشيط‍: إذا احترق. البلاغة: {يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشاءُ} وفي قراءة «تشاء» على الخطاب، وهو التفات إذ هو خروج من غيبة إلى خطاب. المفردات اللغوية: {يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ} أي يخوّفكم من الفقر إن تصدقتم، فتمسكون ما بأيدكم، فلا تنفقوه في مرضاة الله، والفقر: سوء الحال وضيق ذات اليد. {وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشاءِ} أي يغريكم بالبخل ومنع الزكاة {وَاللهُ يَعِدُكُمْ} على الإنفاق {مَغْفِرَةً مِنْهُ} صفحا من الله عن ذنوبكم. {وَفَضْلاً} رزقا وخلفا منه {وَاللهُ واسِعٌ} فضله {عَلِيمٌ} بالمنفق. {يُؤْتِي الْحِكْمَةَ} العلم النافع المؤدي إلى العمل، المؤثر في النفس، واختلف العلماء في الحكمةفقال السدي: هي النبوة. وقال ابن عباس: هي المعرفة بالقرآن فقهه ونسخه ومحكمه ومتشابهه وغريبه ومقدّمه ومؤخره (أي العلم بأصول الفقه). وقال قتادة ومجاهد: الحكمة: هي الفقه في القرآن. وقال مجاهد: الإصابة في القول والفعل. وقال ابن زيد: الحكمة: العقل في الدّين. وقال مالك بن أنس: الحكمة: التفكر في أمر الله والاتّباع له، أو هي طاعة الله والفقه في الدين والعمل به. وكل هذه الأقوال تشترك في أن الحكمة: هي الفهم الصحيح والعلم النافع واتباع المعلوم المؤدي إلى سعادة الدنيا والآخرة (١). {خَيْراً كَثِيراً} لأن الحكمة أوصلته إلى السعادة الأبدية {وَما يَذَّكَّرُ} يتعظ‍، وأصله: يتذكر، فأدغم التاء في الذال {أُولُوا الْأَلْبابِ} أصحاب العقول. التفسير والبيان: الشيطان عدو الإنسان من قديم، وهو الذي أقسم {فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلاّ عِبادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ} [ص ٨٢/ ٣٨ – ٨٣] يوسوس للناس ويخوفهم من الفقر إذا تصدقوا أو أنفقوا في سبيل الله ويقول لهم: إن عاقبة إنفاقكم أن تفتقروا، ويحرضهم ويغريهم على البخل والإمساك إغراء الآمر للمأمور. والفاحش عند العرب: البخيل. والوعد: يستعمل في الخير والشر، قال الله تعالى: {النّارُ وَعَدَهَا اللهُ الَّذِينَ كَفَرُوا} [الحج ٧٢/ ٢٢]. وسمي ذلك التخويف وعدا: مبالغة في الإخبار بتحقق وقوعه، وكأن مجيئه بحسب إرادته، مع العلم بأن الوعد: هو الإخبار بما سيكون من جهة المخبر، والشيطان لم يقل: إني سأفقركم. ويوضح هذا التخويف: ما رواه ابن أبي حاتم عن عبد الله بن مسعود قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: «إن للشيطان لمّة (٢) بابن آدم، وللملك لمّة، فأما لمة الشيطان فإيعاد بالشر، وتكذيب بالحق، وأما لمة الملك فإيعاد بالخير، وتصديق بالحق، فمن وجد ذلك، فليعلم أنه من الله، فليحمد الله، ومن وجد الأخرى، فليتعوذ من الشيطان» ثم قرأ: {الشَّيْطانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ، وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشاءِ، وَاللهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً} (١). والله تعالى في مقابلة إغراءات الشيطان ووساوسه وأمره بالفحشاء (البخل) يعدكم على لسان نبيكم مغفرة بسبب الإنفاق لذنوبكم، وتعويضا وإخلافا في الدنيا لما أنفقتموه، والفضل: المال والخير، والله واسع الرحمة والفضل، فيحقق ما وعدكم به، وهو عليم بما تنفقون، فيجازيكم عليه أحسن الجزاء، كما قال تعالى: {وَما أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ، وَهُوَ خَيْرُ الرّازِقِينَ} [سبأ ٣٩/ ٣٤] وروى البخاري ومسلم أن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال: «ما من يوم يصبح فيه العباد إلا ملكان ينزلان، يقول أحدهما: اللهم أعط‍ منفقا خلفا، ويقول الآخر: اللهم أعط‍ ممسكا تلفا» أي أن الأول يعوضه الله بتسهيل أسباب الرزق له، والآخر يذهب ماله. والله تعالى يؤتي الحكمة من يشاء من عباده، وليست الحكمة على الصحيح النبوة، ولكنها كما قال الجمهور: العلم والفقه والقرآن، فهي لا تختص بالنبوة، بل هي أعم منها، وأعلاها النبوة، والرسالة أخص، وذلك يرشد إلى تمييز الحقائق من الأوهام، والتفرقة بين الوسواس والإلهام. وآلة الحكمة: العقل، فمن عرف ما في القرآن من أحكام وأسرار، وأدرك بسلامة عقله ما في الإنفاق من فوائد تعود على الأمة بالخير وعلى المنفق بالثواب الجزيل، لم يتأثر بوساوس الشيطان، ولم يتردد في البذل والإنفاق في سبيل الله. عن ابن مسعود قال: سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يقول: «لا حسد إلا في اثنتين: رجل آتاه الله مالا، فسلّطه على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله الحكمة، فهو يقضي بها ويعلمها» (٢). ومن يوفقه الله للعلم النافع، وعلى التخصيص فهم القرآن والدين، ويرشده إلى هداية العقل، فقد هدي إلى خيري الدنيا والآخرة، وأدرك الأمور على حقيقتها. ولا يتعظ‍ بالعلم ويتأثر بالموعظة وينتفع بالتذكار إلا كل ذي عقل سليم يفهم به الخطاب الشرعي ومعنى الكلام الإلهي. فقه الحياة أو الأحكام: هذه الآية متصلة بما قبلها، فهي تحث المؤمن على الإنفاق في سبيل الله: سبيل الخير؛ لأن الله وعد بالمغفرة جزاء الإنفاق، وبالإخلاف والتعويض والإمداد بالفضل الإلهي من المال والرزق، والله تعالى يعطي من سعة، فلا تنفد خزائنه، ويعلم حيث يضع ذلك، ويعلم الغيب والشهادة. وتحذر الآية من وساوس الشياطين، فإن للشيطان مدخلا في تثبيط‍ الإنسان عن الإنفاق في سبيل الله، وهو مع ذلك يأمر بالبخل والفحشاء وهي المعاصي، والإنفاق فيها. ومن أعطي الحكمة (العلم النافع الصحيح) وفهم القرآن، فقد أعطي أفضل ما أعطي من جمع كتب علم الأولين من الصحف وغيرها. والآية تحض على العلم وترفع شأن الحكمة، وتهدي إلى استعمال العقل في أشرف ما خلق له. قال بعض الحكماء: من أعطي العلم والقرآن ينبغي أن يعرف نفسه، ولا يتواضع لأهل الدنيا لأجل دنياهم: فإنما أعطي أفضل ما أعطي أصحاب الدنيا؛ لأن الله تعالى سمى الدنيا متاعا قليلا

“Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269)

Makna Hikmah Berdasarkan Ayat dan Penafsiran Ulama 1. Makna Secara Bahasa dan Tafsir:

Kata hikmah secara bahasa berarti ilmu yang bermanfaat, yang mengarahkan seseorang kepada amal perbuatan yang benar dan berpengaruh secara positif dalam jiwa.

Beberapa pendapat ulama tafsir:

As-Suddi: Hikmah adalah kenabian.

Ibnu Abbas: Hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur’an, termasuk ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, nasikh dan mansukh, serta ilmu tafsir.

Qatadah dan Mujahid: Hikmah adalah pemahaman (fiqh) terhadap Al-Qur’an.

Mujahid (pendapat lain): Hikmah adalah ketepatan dalam ucapan dan tindakan.

Ibnu Zaid: Hikmah adalah akal dalam beragama.

Imam Malik bin Anas: Hikmah adalah merenung dalam urusan agama dan menaati perintah Allah, atau ketaatan dan pemahaman agama yang benar serta mengamalkannya.

Semua pendapat ini menunjukkan bahwa hikmah adalah gabungan antara ilmu yang benar, pemahaman yang dalam, serta penerapan yang tepat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

Kandungan Ayat: Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Orang yang diberi hikmah, berarti telah menerima kebaikan yang melimpah. Hanya orang yang memiliki akal bersih dan sehat (ulul albab) yang bisa mengambil pelajaran darinya. 3. Kesimpulan: Hikmah mencakup ilmu yang benar, pemahaman agama yang mendalam, khususnya terhadap Al-Qur’an, serta kemampuan bertindak dengan tepat. Hikmah merupakan karunia besar dari Allah, tidak diberikan kepada semua orang. Orang yang diberi hikmah sejatinya telah mendapatkan kebaikan yang luar biasa, karena hikmah membimbing kepada keselamatan dunia dan akhirat. Tidak semua orang bisa menyadari pentingnya hikmah, kecuali orang yang memiliki akal yang bersih dan hati yang sadar. Penjelasan Tambahan dari Tafsir Al-Munir (Wahbah Az-Zuhaili), Jilid 3 Halaman 62-65 Setan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan, agar enggan bersedekah atau berinfak, dan memerintahkan kepada perbuatan keji, seperti kikir dan pelit. Sebaliknya, Allah menjanjikan ampunan dan karunia (rezeki) kepada orang-orang yang berinfak di jalan-Nya. Hikmah tidak terbatas pada kenabian, melainkan juga mencakup ilmu, pemahaman agama, dan kemampuan membedakan antara ilham dari Allah dan bisikan setan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua hal: seseorang yang diberi harta lalu ia infakkan di jalan kebenaran, dan seseorang yang diberi hikmah, lalu ia menggunakannya untuk memberi keputusan dan mengajarkannya kepada orang lain.”
(HR. Bukhari dan Muslim) Pelajaran Kehidupan dan Hukum Fiqih (Fiqh al-Hayah): Ayat ini mendorong agar kita berinfak di jalan Allah karena Allah akan membalasnya dengan ampunan dan rezeki yang berlimpah. Setan selalu berusaha menghalangi manusia dari amal kebaikan, terutama dalam hal mengeluarkan harta. Hikmah adalah pemberian terbaik dari Allah, bahkan lebih mulia daripada harta dunia, karena dengannya manusia bisa menilai kebenaran, memahami syariat Allah, dan meraih keberuntungan dunia dan akhirat.Wallahu a’lam bishawab