HUKUM MASUKNYA AIR KE TELINGA SAAT BERPUASA

Hukum Masuknya Air ke Telinga Saat Berpuasa

Deskripsi Masalah

Sebagaimana diketahui, puasa adalah menahan diri setelah telah terbitnya fajar shodiq  hingga terbenamnya mata hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan segala sesuatu yang masuk ke dalam lubang tubuh. Namun, tanpa disengaja, seseorang yang sedang berpuasa mandi atau berwudhu, lalu saat membasuh telinga atau mandi, air masuk ke dalam telinganya.
Pertanyaan:
Apakah batal puasa seseorang yang telinganya kemasukan air?

Waalaikum salam
Jawaban

Jika air masuk ke telinga dengan sengaja dan mencapai bagian dalam, maka puasanya batal. Namun, jika tidak disengaja—seperti saat mandi atau berwudhu tanpa ada unsur kesengajaan—maka tidak membatalkan puasa, karena tidak ada unsur kesengajaan sebagaimana dikecualikan dalam kaidah bahwa sesuatu yang masuk ke dalam jauf tanpa kesengajaan tidak membatalkan puasa.

Air yang masuk akibat aktivitas yang diperintahkan dalam syariat seperti mandi wajib atau wudhu, maka jika tidak disengaja, tidak membatalkan puasa. Namun, jika dengan sengaja memasukkan air ke dalam telinga hingga mencapai bagian dalam, maka puasanya batal.

Kesimpulannya: Jika air masuk ke telinga secara tidak sengaja saat mandi atau wudhu, maka tidak membatalkan puasa. Namun, jika seseorang sengaja memasukkan air ke dalam telinga hingga mencapai bagian dalam (shamak), maka puasanya batal.Kenapa batal karena telinga termasuk saluran terbuka (manfadz maftuh), sehingga jika ada sesuatu yang masuk ke dalamnya hingga mencapai bagian dalam (shamak), maka dapat membatalkan puasa. Oleh karena itu, meneteskan obat ke dalam telinga dianggap membatalkan puasa karena dapat mencapai bagian dalam.Wallahu a’lam bish-shawab

Referensi:

فقه العبادة على مذهب الإمام الشافعى. ص.٥٣٢

رابعا – الإمساك عن وصول عين إلى ما يسمى جوفا هن منفذ مفتوح:
فأما العين: فيدخل فيها دخان اللفائف (١) والتنباك (٢) ، فيفطران الصائم لأن لهما أثرا يشاهد في باطن العود، وكذلك ابتلاع ما لا يؤكل في العادة، كقطع النقد، والتراب، والحصاة، والحشيش، والحديد، والخيط.
ويستثنى من العين المفطرة الريح والطعم، ولو وجد ذاك الطعم في الفم.
كما يستثنى وصول ذباب أو بعوض أو غبار طريق، أو غربلة دقيق إلى الجوف لعسر التحرز منه، وكدا لو خرجت مقعدة المبسور فأعادها فلا يضر لعذره، وكذا لو بقي طعام بين أسنانه فجرى به ريقه حتى دخل جوفه من غير قصد لم يضر إن عجز عن تمييزه ومجه، أما النخامة فإذا خرجت إلى مخرج الخاء ثم ابتلعها فإنه يفطر. وكذا لا يضر وصول الريق الخالص الطاهر من معدنه (٣) إلى جوفه، بخلاف غير الخالص وغير الطاهر، كالمختلط بدم فإنه يفطر، إلا أنه يعفى عنه بحق من ابتلي بنزف اللثة، وبخلاف الخارج من غير معدنه، كما لو جمعه على شفتيه ثم بلعه، فهذا يضر، أما إذا خرج على لسانه ثم ابتلعه فلا يفطر. وكذا لو سبق ماء المضمضة أو الاستنشاق شريطة عدم المبالغة فيهما، أو سبق ماء غسل مطلوب – ولو مندوبا كغسل الجمعة – إلى الجوف فلا يضر لتولده من مأمور به، أما إذا سبق الماء إلى الجوف نتيجة المبالغة فإنه يفطر لأن المبالغة منهي عنها في الصوم، لما روى لقيط بن صبرة رضي الله عنه قال: “قلت يا رسول الله أخبرني عن الوضوء قال: (أسبغ الوضوء، وخلل بين الأصابع، وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائما) ” (٤) . وكذا ماء الغسلة الرابعة في الوضوء، وإن لم يبالغ فإنه مفطر إن سبق إلى الجوف، أما إذا سبق الماء إلى الجوف نتيجة المبالغة في غسل النجاسة (٥) فلا يفطر لأن إزالة النجاسة واجبة، وأما ماء الغسل غير المطلوب كغسل التبرد والنظافة فسبقه إلى الجوف مفطر، وأما الماء الذي يضعه الصائم على فمه للتبرد أو لدفع عطش فلا يضر سبقه لشدة الحاجة إليه، وكذا الأكل والشرب ناسيا للصوم لا يفطر لحديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (من نسي وهو صائم فأكل أو شرب فليتم صومه، فإنما أطعمه الله وسقاه) (٦) .
ولا يضر الأكل والشرب مكرها، بل يبقى الصيام صحيحا، بخلاف ما لو فعل ذلك جاهلا كونه مفطرا فإنه يفطر، إلا إذا كان الجاهل معذورا، لما روى ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم (إن الله وضع عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه) (٧) .
وإن تبين للصائم يقينا طلوع الفجر وهو لم يزل يأكل وجب عليه إعادة صوم ذاك اليوم، ولو طلع الفجر وفي فمه طعام فليلفظه، فإن فعل صح صومه، وإن ابتلعه أفطر، فلو لفظه في الحال فسبق منه شيء إلى جوفه بغير اختياره فلا يفطر.
وأما الجوف: فيشمل جوف الإنسان كله؛ فلو أدخلت المرأة إصبعها في فرجها أثناء الاستنجاء أو الغسل، ولو بقصد النظافة، ولو بمقدار رأس الإصبع فإنها تفطر. ومثله حك الأذن من داخلها بشيء صلب، أما بالإصبع فلا يفطر ما لم تصل إلى الصماخ. والقطرة في الأذن والأنف تفطر، أما في العين فلا، ولو وجد طعمها في حلقه، لأن العين ليس بمنفذ مفتوح. وكذا الحقنة والتحميلة فإنهما تفطران سواء كانتا في قبل أو دبر. أما لو أدخلت في الفرج قطعة قطن عليها دواء، أثناء الإفطار، بحيث تتجاوز ما يظهر أثناء قضاء الحاجة، فإذا بقيت إلى ما بعد الفجر فلا تفطر، ومثله موانع الحمل الآلية، لا تضر بالصوم ما وضعت في الإفطار.
وأما المنفذ المفتوح: فإما أن يكون مفتوحا أصالة مثل الأذن والفم والأنف والشرج، أو مفتوحاً بواسطة جرح مثل المأمومة (٨) ، لذا لا يضر وصول الكحل من العين، أو الدهن أو ماء الغسل من تشرب مسام البشرة، وكذا الحقن العضلية والوريدية لا تفطر بكل أنواعها، ولو كانت للتغذية.

Kitab: Fiqh Al-‘Ibadah ‘Ala Madhhab Al-Imam Al-Syafi’i, hlm. 532

Keempat – Menahan Diri dari Sampainya Suatu Zat ke Dalam Apa yang Disebut Sebagai Jauf Melalui Saluran Terbuka

Adapun yang dimaksud dengan zat (ain) mencakup asap rokok dan tembakau, yang keduanya membatalkan puasa karena memiliki efek yang tampak di dalam batang tenggorokan. Begitu pula dengan menelan sesuatu yang umumnya tidak dimakan, seperti potongan uang logam, tanah, kerikil, rumput, besi, dan benang.

Namun, ada beberapa zat yang dikecualikan dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti udara dan rasa, meskipun rasa tersebut terasa di dalam mulut. Juga dikecualikan jika ada lalat atau nyamuk yang masuk ke dalam jauf, atau debu jalanan, atau tepung hasil pengayakan yang masuk ke dalam tubuh, karena sulit menghindarinya. Demikian pula, apabila dubur seseorang yang mengalami ambeien keluar, lalu ia mengembalikannya, maka hal itu tidak membatalkan puasa karena uzurnya. Hal yang sama berlaku bagi sisa makanan di antara gigi yang terbawa air liur hingga masuk ke dalam jauf tanpa disengaja, maka tidak membatalkan puasa jika ia tidak mampu membedakan dan meludahkannya.

Adapun dahak, jika telah mencapai batas keluarnya huruf “kha’” lalu ditelan, maka itu membatalkan puasa. Berbeda dengan air liur murni dan suci yang berasal dari dalam mulut, jika masuk ke dalam jauf, maka tidak membatalkan puasa. Namun, jika air liur tersebut bercampur dengan darah, maka itu membatalkan puasa, kecuali bagi orang yang mengalami pendarahan gusi, maka dimaafkan. Begitu pula, jika air liur yang keluar dari tempatnya, seperti dikumpulkan di bibir lalu ditelan, maka itu membatalkan puasa. Namun, jika air liur hanya keluar ke lidah lalu ditelan, maka tidak membatalkan puasa.

Begitu juga, jika ada air kumur atau istinsyaq (menghirup air ke hidung) yang masuk ke jauf secara tidak sengaja, maka tidak membatalkan puasa, selama tidak berlebihan dalam berkumur dan beristinsyaq. Namun, jika berlebihan hingga menyebabkan air masuk ke jauf, maka puasanya batal, karena berlebihan dalam hal ini dilarang saat berpuasa. Sebagaimana diriwayatkan dari Laqith bin Shabirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang wudhu, beliau bersabda: ‘Sempurnakanlah wudhu, sela-selailah jari-jemari, dan bersungguh-sungguhlah dalam istinsyaq kecuali jika engkau sedang berpuasa.’” (HR. Abu Dawud).

Demikian pula, jika ada air bekas basuhan keempat dalam wudhu yang masuk ke dalam jauf, maka hal itu membatalkan puasa meskipun tidak berlebihan. Namun, jika air masuk ke dalam jauf karena berlebihan dalam mencuci najis, maka tidak membatalkan puasa, karena menghilangkan najis itu wajib.

Adapun air yang digunakan untuk mandi yang tidak wajib, seperti mandi untuk menyegarkan diri atau membersihkan tubuh, jika airnya masuk ke dalam jauf, maka membatalkan puasa. Sedangkan air yang diletakkan di mulut untuk mendinginkan tubuh atau menghilangkan rasa haus, jika masuk ke dalam jauf, maka tidak membatalkan puasa karena ada kebutuhan mendesak.

Begitu pula, makan dan minum karena lupa tidak membatalkan puasa, sebagaimana hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang lupa dalam keadaan berpuasa, lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Makan dan minum karena dipaksa juga tidak membatalkan puasa, sehingga puasanya tetap sah. Berbeda halnya jika seseorang makan dan minum karena tidak tahu bahwa itu membatalkan puasa, maka puasanya batal, kecuali jika ia memiliki alasan yang dapat diterima atas ketidaktahuannya. Sebagaimana hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah mengampuni umatku atas kesalahan, lupa, dan apa yang mereka lakukan karena dipaksa.” (HR. Ibnu Majah).

Jika seseorang yakin bahwa fajar telah terbit sementara ia masih makan, maka wajib baginya mengqadha puasa hari itu. Namun, jika fajar telah terbit sementara ada makanan di dalam mulutnya, maka hendaknya ia segera memuntahkannya, jika ia lakukan maka puasanya sah, tetapi jika ia menelannya maka puasanya batal. Namun, jika ia memuntahkannya tetapi ada sedikit yang tidak sengaja tertelan, maka puasanya tetap sah.

Adapun jauf (rongga tubuh) mencakup seluruh bagian dalam tubuh manusia. Sehingga jika seorang wanita memasukkan jarinya ke dalam farjinya saat bersuci atau mandi, meskipun dengan tujuan kebersihan, maka puasanya batal, meskipun hanya sebatas ujung jari. Hal yang sama berlaku jika seseorang menggaruk bagian dalam telinga dengan benda keras, tetapi jika hanya dengan jari maka tidak membatalkan puasa, selama tidak mencapai bagian dalam telinga (shamak).

Tetesan yang dimasukkan ke dalam telinga dan hidung membatalkan puasa, sedangkan tetesan mata tidak membatalkan puasa meskipun terasa di tenggorokan, karena mata bukanlah saluran terbuka.

Begitu juga, suntikan dan supositoria (obat yang dimasukkan ke dubur) membatalkan puasa, baik yang dimasukkan melalui qubul (kemaluan) maupun dubur. Namun, jika seorang wanita memasukkan kapas berobat ke dalam farjinya saat tidak berpuasa, lalu kapas tersebut tetap berada di dalam setelah fajar, maka tidak membatalkan puasa. Demikian pula alat kontrasepsi mekanik yang dipasang saat tidak berpuasa, maka tidak mempengaruhi keabsahan puasa.

Adapun saluran terbuka, terbagi menjadi dua:

Saluran yang terbuka secara alami seperti telinga, mulut, hidung, dan dubur. Saluran yang terbuka akibat luka, seperti luka di kepala yang mencapai otak (ma’mumah).

Oleh karena itu, penggunaan celak mata, minyak oles, atau air mandi yang meresap melalui pori-pori kulit tidak membatalkan puasa. Begitu pula, suntikan intramuskular (ke dalam otot) dan intravena (ke dalam pembuluh darah) tidak membatalkan puasa, termasuk suntikan nutrisi.

Referensi :

الفقه المنهجى على مذهب الإمام الشافعى ص ٨٤

٢ـ وصول عين إلى الجوف من منفذ مفتوح:
والمقصود بالعين: أي شيء تراه العين. والجوف: هو الدماغ أو ما وراء الحلق إلى المعدة والأمعاء.
والمنفذ المفتوح: هو الفم والأذن والقبل والدبر من الذكر والأنثى.
فالقطرة من الأذن مفطرة، لأنها منفذ مفتوح.
والقطرة في العين غير مفطرة، لأنه منفذ غير مفتوح.
والحقنة الشرجية مفطرة، لأن الشرج منفذ مفتوح.
والحقنة الوردية لا تفطر، لأن الوريد غير مفتوح. وهكذا.
وهذا كله أيضا بشرط التعمد، فإن فعل شيئاً من ذلك ناسياً لم يضر قياساً على الطعام والشراب.
ولو وصل جوفه ذباب أو بعوضة، أو غبار الطريق لم يفطر أيضاً، لما في

Kitab: Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madhhab Al-Imam Al-Syafi’i, hlm. 84

2 – Sampainya Suatu Zat ke Dalam Jauf Melalui Saluran Terbuka

Yang dimaksud dengan zat (ain) adalah sesuatu yang dapat dilihat oleh mata. Jauf mencakup otak atau bagian di belakang tenggorokan hingga lambung dan usus. Saluran terbuka mencakup mulut, telinga, qubul, dan dubur bagi laki-laki maupun perempuan.

Tetesan yang dimasukkan ke dalam telinga membatalkan puasa, karena telinga termasuk saluran terbuka. Tetesan mata tidak membatalkan puasa, karena mata bukan saluran terbuka. Suntikan dubur membatalkan puasa, karena dubur adalah saluran terbuka. Suntikan melalui pembuluh darah tidak membatalkan puasa, karena pembuluh darah bukan saluran terbuka.

Semua ini berlaku jika dilakukan dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa, maka tidak membatalkan puasa, sebagaimana qiyas dengan makan dan minum.

Demikian pula, jika ada lalat, nyamuk, atau debu jalanan yang masuk ke dalam jauf, maka tidak membatalkan puasa karena sulit dihindari. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Slot demo https://mooc.unesa.ac.id/usutoto-4d/ slot online slot online akurat77 Demo Slot Pg Toto 4D https://wiki.clovia.com/ Slot Gacor Gampang Maxwin Slot77 Daun77 Daun77 slot thailand Daun77 slot77 4d Usutoto situs slot gacor Usutoto Usutoto slot toto slot Daun77 Daun77 Daun77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 MBAK4D MBAK4D DWV99 DWV138 DWVGAMING METTA4D MBAK4D MBAK4D MBAK4D METTA4D DWV99 DWV99 MBAK4D MBAK4D MBAK4D SLOT RAFFI AHMAD METTA4D https://aekbilah.tapselkab.go.id/toto4d/ https://aekbilah.tapselkab.go.id/spaceman/ METTA4D METTA4D METTA4D demo slot MBAK4D METTA4D MINI1221 https://www.concept2.cz/ https://berlindonerkebab.ca/ togel malaysia sabung ayam online tototogel slot88 MBAK4D MBAK4D DWV138 METTA4D