HUKUM MENGALIHKAN DAN MENJUAL BARANG MASJID YANG TIDAK DIKGUNAKAN

HUKUM MENGGUNAKAN/MENGALIHKAN BAHAN MASJID YANG TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MUSHOLLA

Deskripsi Masalah:

H. Faiz  merupakan ketua ta’mir masjid Al-Amien, beliau ingin merenovasi masjid agar lebih luas dan megah. Renovasi pun terjadi, ada beberapa bahan milik masjid yang sudah tidak dipakai karena sudah diganti dengan yang baru seperti genteng, kayu, tikar dan lain-lain. Sementara itu K.Mahmud Membangun Musholla untuk tempat ngaji setelah pondasi bangunan selesai ternyata ada kebutuhan mendesak seperti kayu dan genting dll. Oleh karena K.Mahmud meminta dengan hormat kepada H. Faiz agar kayu dan genting masjid  dialihkan kemusholla secara cuma-cuma . Jika tidak dikasih maka akan dibeli. Maka karena adanya kebutuhan musholla dan barang tersebut tidak dipakai,  H. Faiz merespon atas permohonan K.Mahmud untuk mengalihkan atau menjual barang sisa masjid tersebut .

Pertanyaan:

1.Bagaimana Hukum menggunakan barang masjid yang tidak laku dimanfaatkan untuk mussholla? Karena jika tidak digunakan maka akan rusak /hilang

2.Bagaimana hukum menjual barang masjid yang tidak digunakan tersebut

Jawaban.No.1
Prioritas Penggunaan:
1. Barang bekas renovasi masjid:

Prioritas pertama: Dialihkan ke masjid lain yang membutuhkan.

Jika tidak ada masjid yang membutuhkan: Dapat dialihkan ke wakaf umum lain seperti ribath, zawiyah, jembatan, atau sumur yang bermanfaat untuk umat Islam.

2. Pengalihan ke musholla:

Jika musholla statusnya setara dengan masjid (wakaf umum): Boleh digunakan, tetapi tetap lebih utama diberikan ke masjid lain terlebih dahulu.

Jika musholla bukan wakaf umum: Tidak diperbolehkan tanpa izin atau kejelasan dari pewakaf.

Jawaban No.2

Jika tidak dapat dimanfaatkan: Boleh dijual, dengan syarat hasil penjualan digunakan untuk keperluan masjid atau wakaf umum lainnya.

إعانة الطالبين ج٣ ص ٢١٦
غير جنسه كرباط وبئر – كالعكس – إلا إذا تعذر جنسه.والذي يتجه ترجيحه في ريع وقف المنهدم، أنه إن توقع عوده: حفظ له، وإلا صرف لمسجد آخر.فإن تعذر: صرف للفقراء، كما يصرف النقض لنحو رباط.

(وسئل)

شيخنا عما إذا عمر مسجد بآلات جدد، وبقيت آلاته القديمة: فهل يجوز عمارة مسجد آخر قديم بها أو تباع ويحفظ ثمنها؟
(فأجاب) بأنه يجوز عمارة مسجد قديم وحادث بها حيث قطع بعدم احتياج ما هي منه إليها قبل فنائها،
والنقض مثل قفل وحمل بمعنى المنقوض واقتصر الأزهري على الضم، قال: النقض اسم البناء المنقوض إذا هدم، وبعضهم يتقصر على الكسر ويمنع الضم، والجمع نقوض.
اه.
وقوله فينقض، أي يبطل بناؤه بالحيثية السابقة. وقوله ويحفظ، أي نقضه.وقوله أو يعمر به، أي بالنقض. وقوله إن رآه الحاكم، أي رأى تعمير مسجد آخر به أصلح (قوله: والأقرب إليه أولى) أي وعمارة المسجد الأقرب إلى المنهدم أولى من غير الأقرب.
قال ع ش: وبقي ما لو كان ثم مساجد متعددة واستوى قربه من الجميع، هل يوزع على الجميع أو يقدم الأحوج؟ فيه نظر.
والأقرب الثاني، فلو استوت الحاجة والقرب، جاز صرفه لواحد منها.
اه.
(قوله: ولا يعمر به غير جنسه) أي ولا يعمر بالنقض ما هو من غير جنس المسجد. وقوله كرباط وبئر، تمثيل لغير جنس المسجد، وقوله كالعكس: هو أن لا يعمر بنقض الرباط والبئر غير الجنس كالمسجد (قوله: إلا إذا تعذر جنسه) أي فإنه يعمر به غير الجنس (قوله: والذي يتجه ترجيحه الخ) في سم ما نصه، الذي اعتمده شيخنا الشهاب الرملي أنه إن توقع عوده حفظ، وإلا صرفه لأقرب المساجد، وإلا فللأقرب إلى الواقف، وإلا فللفقراء والمساكين أو مصالح المسلمين.
وحمل اختلافهم على ذلك.
اه.

(واعلم) أن الوقف على المسجد إذ لم يذكر له مصرف آخر بعد المسجد من منقطع الآخر، كما قال في الروض، وإن وقفها، أي الدار على المسجد صح، ولو لم يبين المصرف وكان منقطع الآخر إن اقتصر عليه ويصرف في مصالحه اه. وقد تقرر في منقطع الآخر أنه يصرف إلى أقرب الناس إلى الواقف، فقولهم هنا إنه إذا لم يتوقع عوده يصرف إلى مسجد آخر أو أقرب المساجد، يكون مستثنى من ذلك.
فليتأمل

“Tidak boleh digunakan untuk membangun yang berbeda jenisnya, seperti ribath (pondokan) dan sumur – begitu pula sebaliknya – kecuali jika tidak memungkinkan menggunakan jenisnya.”

Pendapat yang diunggulkan terkait hasil wakaf dari masjid yang runtuh:
Jika ada harapan masjid tersebut akan dibangun kembali, maka hasilnya harus disimpan. Namun, jika tidak memungkinkan untuk dibangun kembali, hasilnya disalurkan ke masjid lain. Jika tidak memungkinkan pula, maka disalurkan kepada fakir miskin, sebagaimana hasil penjualan bangunan wakaf lain seperti ribath.

Pertanyaan:
Syaikh kami pernah ditanya tentang masjid yang dibangun ulang dengan material baru, dan material lamanya masih tersisa. Apakah diperbolehkan menggunakan material lama tersebut untuk membangun masjid lain yang sudah ada atau menjualnya untuk menyimpan hasilnya?

Jawaban:
Beliau menjawab bahwa diperbolehkan menggunakan material lama tersebut untuk membangun masjid lain yang sudah ada atau masjid baru, asalkan dipastikan bahwa masjid asalnya tidak membutuhkan material tersebut hingga materialnya benar-benar habis.

Penjelasan:

“Material lama” di sini mencakup benda seperti pintu atau tiang bekas. Al-Azhari menyebutkan bahwa istilah naqdh (material lama) mengacu pada bangunan yang telah dibongkar.

Material lama dapat digunakan untuk membangun masjid lain jika dianggap lebih maslahat oleh hakim.

Dalam kasus terdapat beberapa masjid yang sama-sama dekat dengan lokasi masjid yang runtuh, maka yang lebih membutuhkan didahulukan. Jika kebutuhan dan jaraknya sama, boleh dialokasikan hanya kepada salah satu masjid tersebut.

Catatan:

Tidak diperbolehkan menggunakan material masjid untuk membangun bangunan selain masjid, seperti ribath atau sumur, kecuali jika tidak memungkinkan digunakan untuk masjid.

Pendapat yang lebih kuat menyebutkan bahwa jika ada harapan masjid tersebut akan dibangun kembali, maka hasil wakafnya disimpan. Namun, jika tidak ada harapan, hasilnya disalurkan ke masjid lain yang terdekat. Jika tidak memungkinkan, disalurkan kepada fakir miskin atau untuk kemaslahatan umum umat Islam.

Tambahan:
Jika wakaf untuk masjid tidak mencantumkan rincian penggunaan setelah masjid tersebut tidak ada, maka hasilnya tetap disalurkan untuk kemaslahatan masjid lain atau umat Islam, sesuai pandangan ulama seperti yang disebutkan dalam Ar-Raudh.

Adapun kemaslahatan umum (mashalih ‘ammah) dalam konteks wakaf dapat mencakup musholla dan madrasah, terutama jika penggunaannya mendukung tujuan utama dari wakaf tersebut, yaitu manfaat bagi umat Islam. Berikut beberapa poin penjelasannya:

1. Definisi Kemaslahatan Umum
Kemaslahatan umum mengacu pada segala hal yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya dalam mendukung kebutuhan agama, pendidikan, dan sosial. Musholla dan madrasah masuk dalam kategori ini karena keduanya digunakan untuk ibadah, pendidikan agama, dan pembinaan umat.

2. Syarat dan Ketentuan

Jika tidak memungkinkan digunakan untuk masjid: Ketika material wakaf atau dana wakaf masjid tidak bisa digunakan untuk masjid, maka penyalurannya diperbolehkan ke fasilitas lain yang mendukung ibadah, seperti musholla.

Keselarasan dengan tujuan wakaf: Pengalihan penggunaan wakaf ke musholla atau madrasah harus tetap selaras dengan niat awal wakaf, yaitu mendukung agama Islam dan kemaslahatan umat.

3. Pendapat Ulama
Dalam Hasyiyah Asy-Syarwani dan Fathul Mu’in, disebutkan bahwa hasil atau manfaat wakaf masjid, jika tidak bisa digunakan untuk masjid lain, dapat dialihkan kepada keperluan umat Islam lainnya seperti lembaga pendidikan, madrasah, atau musholla.

4. Contoh Implementasi

Material bekas masjid dapat digunakan untuk pembangunan musholla jika musholla tersebut membutuhkan dan tidak ada masjid lain yang lebih membutuhkan.

Dana hasil wakaf dapat diberikan ke madrasah untuk mendukung pendidikan agama, seperti penyediaan fasilitas belajar atau pembangunan ruang kelas.

Namun, untuk memastikan keabsahan pengalihan ini, biasanya memerlukan keputusan hakim atau otoritas yang berwenang dalam pengelolaan wakaf agar tetap sesuai dengan syariat dan tidak menyalahi amanah wakaf:

Referensi

*بغية المسترشدين في تلخيص فتاوى بعض الأئمة المتأخرين، ص ١٣٤*
(مسألة : ك) انهدم مسجد وله وقف، فإن توقع عوده حفظ ريعه، وإلا جاز صرفه لمسجد آخر، فإن تعذر صرف للفقراء كما في التحفة ، وقال في النهاية : صرف لأقرب الناس إلى الواقف ثم الفقراء اهـ. قلت : وقال أبو مخرمة : وإذا عمر المسجد المنهدم رد عليه وقفه اهـ. فائدة : تعطل مسجد وتعذرت عمارته لخراب البلاد وقلة ما يحصل من غلته وخيف ضياعها باستيلاء ظالم ، جاز نقلها لمسجد آخر معمور على المعتمد من خمسة أوجه ، نعم المسجد الأقرب أولى ، وكذا يقال في البئر والقنطرة إذا تعذرت إعادتها أو استغني عنها ، أما المسجد في المكان العامر فتجمع غلاّت وقفه إلى أن يحصل منها ما يعمره ولا تنقل عنه اهـ حسن النجوق للعموي ، وبنحوه أفتى العلامة أحمد بن حسن الحداد قال : فإن تعذر وجود مسجد فلرباط أو زاوية أو قنطرة أو بئر ونحوها من الأوقاف العامة الأشبه فالأشبه ، ولا يبنى بها مسجد جديد مع إمكان صرفها لعامر اهـ.فائدة : لا يجوز للقيم بيع الفاضل مما يؤتى به لنحو المسجد من غير لفظ ، ولا صرفه في نوع آخر من عمارة ونحوها ، وإن احتيج إليه ما لم يقتض لفظ الآتي به أو تدل قرينة عليه ، لأن صرفه فيما جعل له ممكن وإن طال الوقت ، قاله أبو شكيل اهـ فتاوى ابن حجر.

Bughiyatul Mustarsyidin fi Talkhishi Fatawa Ba‘dhil Aimmatil Muta’akhkhirin, hlm. 134

(Masalah: K) Jika sebuah masjid runtuh dan memiliki harta wakaf, jika diharapkan masjid tersebut akan dibangun kembali, maka hasil wakafnya disimpan. Namun, jika tidak ada harapan untuk membangunnya kembali, maka diperbolehkan mengalihkan hasil wakaf tersebut ke masjid lain. Jika tidak memungkinkan, maka disalurkan kepada fakir miskin sebagaimana disebutkan dalam Tuhfah. Dalam Nihayah disebutkan: “Disalurkan kepada kerabat terdekat dari pewakaf, kemudian kepada fakir miskin.” Saya berkata: Abu Makhramah berkata, “Jika masjid yang runtuh tersebut dibangun kembali, maka hasil wakafnya dikembalikan kepada masjid itu.”

Faedah: Jika sebuah masjid tidak dapat digunakan dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena kehancuran wilayah atau sedikitnya hasil wakafnya, serta dikhawatirkan hasil wakaf tersebut akan hilang akibat perampasan orang zalim, maka diperbolehkan memindahkan hasil wakaf tersebut ke masjid lain yang masih berfungsi. Pendapat ini merupakan yang paling kuat dari lima pendapat. Namun, masjid yang paling dekat lebih utama. Hal yang sama berlaku pada sumur atau jembatan jika tidak memungkinkan untuk diperbaiki atau jika keberadaannya sudah tidak diperlukan. Adapun masjid yang terletak di daerah yang masih dihuni, maka hasil wakafnya dikumpulkan hingga mencukupi untuk membangunnya kembali, dan tidak boleh dipindahkan. (Hasanun Nujum lil ‘Amuwi). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Al-‘Allamah Ahmad bin Hasan Al-Haddad yang berkata, “Jika tidak memungkinkan untuk menemukan masjid, maka hasil wakaf boleh dialihkan ke ribath, zawiyah, jembatan, sumur, atau tempat wakaf umum lainnya yang paling sesuai. Tidak diperbolehkan membangun masjid baru selama masih memungkinkan untuk memanfaatkan hasil wakaf tersebut pada masjid yang sudah ada.”

Faedah: Tidak diperbolehkan bagi pengelola wakaf untuk menjual kelebihan yang diberikan untuk masjid (tanpa adanya pernyataan eksplisit) atau mengalihkannya untuk jenis perbaikan lain seperti renovasi, kecuali jika hal tersebut diizinkan oleh orang yang memberikan atau ada indikasi yang jelas untuk itu. Karena memanfaatkan hasil wakaf untuk tujuan yang telah ditentukan masih memungkinkan meskipun membutuhkan waktu yang lama. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Abu Syaqil dalam Fatawa Ibn Hajar.

Berikut keterangan tentang
Menjual sisa-sisa barang masjid terjadi perbedaan pendapat:

1. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik tidak boleh dijual dan barang-barang yang masih dapat digunakan, diberikan kepada masjid lain yang membutuhkan.

2. Menurut Imam Ahmad boleh dijual dan uang hasil penjualan digunakan untuk membeli barang yang sama.

Menurut pendapat Syeikh Abu Bakar bin Ahmad Al-Khotiib bekas dari bangunan masjid baik berupa batu bata atau genteng boleh dijual jika tidak dibutuhkan lagi oleh masjid tersebut dan khawatir tersia-sia atau dicuri orang.

مواهب الفضال بفتوى بافضال الجزء ١ صح : ٢٢٨
وَسُئِلَ الْعَلامَةُ الشَّيْخُ أَبُو بَكْرِ ابْنُ مواهب الفضال بفتوى بافضال الجزء ١ صح : ٢٢٨
وَسُئِلَ الْعَلامَةُ الشَّيْخُ أَبُو بَكْرِ ابْنُ أَحْمَدَ الْخَطِيبُ مُفْتِي تَرِيْمٍ عَمَّا بَقِيَ فَتَاتُ النَّوْرَةِ وَالطِّينِ وَالأَخْشَابِ بَعْدَ الْهَدْمِ فَأَجَابَ بِجَوَابِ طَوِيلِ مَالَ بهِ إِلَى جَوَازِ بَيْعِهَا إِذَا لَمْ تَظْهَرْ حَاجَةً لَهَا لِلْمَسْجِدِ الْمَذْكُورِ وَلَوْ فِي الْمُسْتَقْبَلِ وَخِيفَ ضِيَاعُهُ أَوْ أَخَذَ ظَالِمٌ أَوْ غَاصِبٌ لَهَا عَمَّا إِذَا لَمْ يُخْشَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ فَتُحْفَظُ إِلَى آخِرِ مَا أَطَالَ بِهِ رَحِمَ اللهُ اهـ نَصُ الْوَارِدِ فِي حُكْمِ تَجْدِيدِ الْمَسْجِدِ لِلْعَلامَةِ عَلَوِي ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ حُسَيْنِ – إلى أن قال – ثُمَّ اخْتَلَفُوا فِي جَوَازِ بَيْعِهِ وَصَرْفِ ثَمَنِهِ فِي مِثْلِهِ وَإِنْ كَانَ مَسْجِدًا فَقَالَ الْمَالِكُ وَالشَّافِعِيُّ يَبْقَى عَلَى حَالِهِ وَلاَ يُبَاعُ وَقَالَ أَحْمَدُ يَجُوزُ بَيْعُهُ وَصَرْفُ ثَمَنِهِ فِي مِثْلِهِ وَكَذَلِكَ فِي الْمَسْجِدِ إِذَا كَانَ لَا يُرْجَى عَوْدُهُ وَلَيْسَ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ نَصَّ فِيَهَا اهـ
الْخَطِيبُ مُفْتِي تَرِيْمٍ عَمَّا بَقِيَ فَتَاتُ النَّوْرَةِ وَالطِّينِ وَالأَخْشَابِ بَعْدَ الْهَدْمِ فَأَجَابَ بِجَوَابِ طَوِيلِ مَالَ بهِ إِلَى جَوَازِ بَيْعِهَا إِذَا لَمْ تَظْهَرْ حَاجَةً لَهَا لِلْمَسْجِدِ الْمَذْكُورِ وَلَوْ فِي الْمُسْتَقْبَلِ وَخِيفَ ضِيَاعُهُ أَوْ أَخَذَ ظَالِمٌ أَوْ غَاصِبٌ لَهَا عَمَّا إِذَا لَمْ يُخْشَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ فَتُحْفَظُ إِلَى آخِرِ مَا أَطَالَ بِهِ رَحِمَ اللهُ اهـ نَصُ الْوَارِدِ فِي حُكْمِ تَجْدِيدِ الْمَسْجِدِ لِلْعَلامَةِ عَلَوِي ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ حُسَيْنِ – إلى أن قال – ثُمَّ اخْتَلَفُوا فِي جَوَازِ بَيْعِهِ وَصَرْفِ ثَمَنِهِ فِي مِثْلِهِ وَإِنْ كَانَ مَسْجِدًا فَقَالَ الْمَالِكُ وَالشَّافِعِيُّ يَبْقَى عَلَى حَالِهِ وَلاَ يُبَاعُ وَقَالَ أَحْمَدُ يَجُوزُ بَيْعُهُ وَصَرْفُ ثَمَنِهِ فِي مِثْلِهِ وَكَذَلِكَ فِي الْمَسْجِدِ إِذَا كَانَ لَا يُرْجَى عَوْدُهُ وَلَيْسَ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ نَصَّ فِيَهَا .اهـ

“Dan ditanyakan kepada al-‘Allamah Syekh Abu Bakar bin Ahmad al-Khathib, Mufti Tarim, tentang sisa-sisa puing berupa kapur, tanah, dan kayu setelah pembongkaran bangunan. Maka beliau menjawab dengan jawaban panjang yang condong pada pendapat bolehnya menjual sisa-sisa tersebut apabila tidak ada kebutuhan yang nyata untuk masjid yang dimaksud, bahkan di masa mendatang, serta dikhawatirkan barang-barang tersebut akan hilang atau diambil oleh orang zalim atau perampas. Adapun jika tidak ada kekhawatiran terhadap hal-hal tersebut, maka barang-barang itu hendaknya disimpan. Hingga akhir jawaban panjangnya, semoga Allah merahmatinya.

Inilah teks yang disebutkan terkait hukum memperbarui masjid dari al-‘Allamah Alawi bin Abdullah bin Husain, hingga beliau berkata: ‘Kemudian terjadi perbedaan pendapat mengenai bolehnya menjual barang-barang tersebut dan menggunakan hasil penjualannya untuk hal serupa (perbaikan masjid atau keperluan sejenisnya). Jika berupa masjid, maka menurut pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i, barang-barang tersebut tetap dibiarkan sebagaimana adanya dan tidak dijual. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat boleh menjualnya dan menggunakan hasil penjualannya untuk keperluan serupa. Begitu pula dalam kasus masjid apabila tidak diharapkan lagi penggunaannya. Adapun menurut Abu Hanifah, tidak terdapat teks (keterangan langsung) mengenai hal ini

هامش الشرواني جزء  ٦ ص ٢٨٢

( وَالْأَصَحُّ جَوَازُ بَيْعِ حُصْرِ الْمَسْجِدِ إذَا بَلِيَتْ وَجُذُوعِهِ إذَا انْكَسَرَتْ ) ، أَوْ أَشْرَفَتْ عَلَى الِانْكِسَارِ ( وَلَمْ تَصْلُحْ إلَّا لِلْإِحْرَاقِ ) لِئَلَّا تَضِيعَ فَتَحْصِيلُ يَسِيرٍ مِنْ ثَمَنِهَا يَعُودُ عَلَى الْوَقْفِ أَوْلَى مِنْ ضَيَاعِهَا وَاسْتُثْنِيَتْ مِنْ بَيْعِ الْوَقْفِ ؛ لِأَنَّهَا صَارَتْ كَالْمَعْدُومَةِ وَيُصْرَفُ ثَمَنُهَا لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ… الى ان قال… وَالْخِلَافُ فِي الْمَوْقُوفَةِ وَلَوْ بِأَنْ اشْتَرَاهَا النَّاظِرُ وَوَقَفَهَا بِخِلَافِ الْمَمْلُوكَةِ لِلْمَسْجِدِ بِنَحْوِ شِرَاءِ فَإِنَّهَا تُبَاعُ جَزْمًا .

“Menurut pendapat ‘Ashoh’ adalah diperbolehkannya menjual karpet-karpet milik masjid jika bendanya telah rusak, robek atau hampir robek dan tidak layak kecuali untuk dibakar. Agar tidak sia-sia begitu saja, maka mendapatkan sedikit pemasukan (dari penjualan diatas) yang dimasukkan (ke dalam kas) wakaf, tentu lebih baik. Dan hal ini dikecualikan dari (larangan) penjualan benda wakaf, karena dihukumi seolah tidak ada, dan keuntunagannya dialokasikan untuk kepentingan masjid…. Dan khilaf Ulama terjadi pada benda-benda yang diwakafkan, meskipun telah dibeli oleh pihak yang menanganinya (Nadzir) lalu mewakafkannya. Berbeda halnya dengan infentarisir milik masjid yang diperoleh dengan cara membeli, maka sudah pasti boleh dijual kembali”

رسالة الاماجد فى احكام المسجد (٣١-٣٢)
`واعلم أن أموال المسجد تنقسم على ثلاثة أقسام، قسم للعمار كالموهوب والمتصدق به له وريع الموقوف عليه، وقسم للمصالح كالموهوب والمتصدق به لها وكذا ريع الموقوف عليها وربح التجارة وغلة أملاكه وثمن ما يباع من أملاكه وكذا ثمن الموقوف عله عند من جوز بيعه عند البلى والإنكسار وقسم مطلق كالموهوب والمتصدق به له مطلقا وكذا ريع الموقوف عليه مطلقا,` وهذا التقسيم مأخوذ من مفهوم أقوالهم فى كتب القفه المعتبرة والمعتمدة، والفرق بين العمارة والمصالح هو أن ما كان يرجع إلى عين الوقف حفظا وإحكاما كالبناء والترميم والتجصيص للإحكام والسلالم والسوارى والمكاسن وغير ذلك هو العمارة, أن ما كان يرجع إلى جميع ما يكون مصلحة وهذا يشمل العمارة وغيرها من المصالح كالمؤذن والإمام والدهن للسراج هو المصالح والذي اقتضاه افتاء با مخرمة ان هذه الثلاثة لا يجوز للناظر خلطها الا اذا اتحد مصرفها.

رسالة الاماجد فى احكام المسجد (٣١-٣٢)
`واعلم أن أموال المسجد تنقسم على ثلاثة أقسام، قسم للعمار كالموهوب والمتصدق به له وريع الموقوف عليه، وقسم للمصالح كالموهوب والمتصدق به لها وكذا ريع الموقوف عليها وربح التجارة وغلة أملاكه وثمن ما يباع من أملاكه وكذا ثمن الموقوف عله عند من جوز بيعه عند البلى والإنكسار وقسم مطلق كالموهوب والمتصدق به له مطلقا وكذا ريع الموقوف عليه مطلقا,` وهذا التقسيم مأخوذ من مفهوم أقوالهم فى كتب القفه المعتبرة والمعتمدة، والفرق بين العمارة والمصالح هو أن ما كان يرجع إلى عين الوقف حفظا وإحكاما كالبناء والترميم والتجصيص للإحكام والسلالم والسوارى والمكاسن وغير ذلك هو العمارة, أن ما كان يرجع إلى جميع ما يكون مصلحة وهذا يشمل العمارة وغيرها من المصالح كالمؤذن والإمام والدهن للسراج هو المصالح والذي اقتضاه افتاء با مخرمة ان هذه الثلاثة لا يجوز للناظر خلطها الا اذا اتحد مصرفها.

“Ketahuilah bahwa harta benda masjid terbagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian untuk perbaikan bangunan seperti harta yang dihibahkan dan disedekahkan untuk itu, serta hasil dari harta wakaf yang diperuntukkan baginya.

2. Bagian untuk kepentingan umum seperti harta yang dihibahkan dan disedekahkan untuk keperluan itu, begitu juga hasil dari harta wakaf yang diperuntukkan baginya, keuntungan perdagangan, hasil dari properti milik masjid, serta harga dari properti yang dijual, termasuk harga wakaf yang dijual ketika mengalami kerusakan atau kehancuran menurut pendapat yang membolehkan penjualannya.

3. Bagian yang bersifat umum, yaitu harta yang dihibahkan dan disedekahkan untuk masjid secara umum, serta hasil dari harta wakaf yang diperuntukkan bagi masjid secara umum.

Pembagian ini diambil dari pemahaman pernyataan mereka dalam kitab-kitab fiqih yang terpercaya dan diakui.

Perbedaan antara perbaikan bangunan dan kepentingan umum adalah bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan dan penguatan fisik bangunan wakaf, seperti pembangunan, renovasi, pelapisan dengan plester untuk penguatan, tangga, tiang, dan alat-alat lainnya, termasuk dalam kategori perbaikan bangunan.
Adapun segala sesuatu yang menjadi manfaat secara umum, baik berupa perbaikan bangunan maupun lainnya, seperti gaji muadzin, imam, dan minyak untuk lampu, termasuk dalam kategori kepentingan umum.

Menurut fatwa Ibn Makhromah, ketiga jenis harta ini tidak boleh dicampurkan oleh pengelola (nadzar) kecuali jika penggunaannya sama.”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Slot77 Daun77 akurat77 https://itgid.org/public/4d/ https://itgid.org/public/scatter/ slot77 slot online Demo Slot Pg https://aekbilah.tapselkab.go.id/aseng/ Slot Online Gacor https://aekbilah.tapselkab.go.id/dior/ https://www.uobam.co.id/public/assets/ Toto 4D https://wiki.clovia.com/ Slot Gacor Gampang Maxwin Slot77 Daun77 Daun77 slot thailand Daun77 slot77 4d Usutoto situs slot gacor Usutoto Usutoto slot toto slot Daun77 Daun77 Daun77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 Akurat77 MBAK4D MBAK4D DWV99 DWV138 DWVGAMING METTA4D MBAK4D MBAK4D MBAK4D METTA4D DWV99 DWV99 MBAK4D MBAK4D MBAK4D SLOT RAFFI AHMAD METTA4D https://aekbilah.tapselkab.go.id/toto4d/ https://aekbilah.tapselkab.go.id/spaceman/ METTA4D METTA4D METTA4D demo slot MBAK4D METTA4D MINI1221 https://www.concept2.cz/ https://berlindonerkebab.ca/ togel malaysia sabung ayam online tototogel slot88 MBAK4D MBAK4D DWV138 METTA4D