HUKUM MENGKONSUMSI ARI-ARI SAPI

HUKUM MENGKONSUMSI ARI-ARI SAPI

Wa’alaikumussalam.

Deskripsi masalah:

Bagi peternak sapi, tentu setiap tahunnya menginginkan sapinya melahirkan. Seperti yang kita ketahui, ketika sapi melahirkan, pasti akan keluar ari-ari atau plasenta yang dalam bahasa lokal disebut “Red” atau “Tamonih”.

Pertanyaannya:
Bagaimana hukumnya mengonsumsi ari-ari sapi menurut hukum Islam?

Waalaikum salam
Jawaban

Dalam Islam, hukum memakan ari-ari (plasenta) sapi atau hewan lainnya tidak diperbolehkan dengan beberapa alasan:

  1. Karena ari-ari dianggap sebagai bagian yang najis dan bukan termasuk bagian yang dianjurkan untuk dikonsumsi.
  2. Ari- ari terlepas dari tubuh sapi tanpa disembelih
    Sedangkan dalam pandangan fiqih, bagian yang halal untuk dimakan dari hewan yang disembelih sesuai syariat Islam adalah daging, hati, otak, dan organ lainnya yang dianggap bersih, sedangkan bagian-bagian tertentu seperti darah, kotoran, dan bagian reproduksi (termasuk ari-ari) termasuk yang dilarang.

Sebagai referensi,/Dalil mengenai hukum memakan bagian-bagian tertentu dari hewan yang dianggap najis atau haram, termasuk ari-ari, dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berikut beberapa dalil yang relevan:

  1. Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah (5:3): “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala, dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan cara demikian) adalah kefasikan…” Ayat ini menegaskan bahwa bangkai dan darah termasuk yang diharamkan untuk dikonsumsi. Ari-ari termasuk dalam kategori benda yang keluar dari tubuh tanpa melalui penyembelihan yang sah, sehingga dianggap sebagai bangkai.
  2. Hadis Nabi ﷺ: Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ bersabda: “Diharamkan dari bangkai itu apa yang keluar darinya berupa darah dan isi perut.”
    (HR. Bukhari no. 5539, Muslim no. 1598) Hadis ini menjelaskan bahwa bagian-bagian yang keluar dari tubuh hewan, termasuk darah dan isi perut (yang mencakup ari-ari), adalah haram untuk dimakan.

3.Hadits*:
Ketika Nabi Muhammad ﷺ tiba di Madinah, mereka (penduduk Madinah) sedang menggunting telinga unta dan memotong bagian-bagian daging kambing. Maka beliau bersabda, “Apa yang dipotong dari hewan yang masih hidup, maka itu adalah bangkai.”

Rawi: Abu Waqqash Al-Laythi
Penghimpun Hadits: Al-Albani
Sumber: Shahih Tirmidzi
Halaman atau Nomor: 1480
Kesimpulan Status Hadits: Sahih

  1. Kaedah Fiqih: Dalam kaidah fiqih, “Asal dari segala sesuatu yang keluar dari hewan adalah najis kecuali yang ada dalil yang membolehkannya.” Dengan demikian, karena ari-ari keluar dari tubuh hewan tanpa proses penyembelihan yang sah dan dianggap sebagai najis, maka hukumnya haram untuk dikonsumsi.

Dalil-dalil ini menjadi dasar bagi ulama untuk menetapkan bahwa memakan ari-ari sapi atau hewan lainnya adalah haram karena termasuk bagian yang najis dan tidak disembelih sesuai dengan syariat Islam.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

وصف المشكلة:

من المعروف أن مربّي الأبقار يرغبون في أن تلد أبقارهم كل عام. وكما نعلم، عندما تلد البقرة، يخرج معها “المشيمة” أو ما يُعرف بالعامية بـ”ريد” أو “تامنح”.

السؤال:

ما حكم استهلاك مشيمة البقرة حسب الشريعة الإسلامية؟

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الجواب
في الإسلام، حكم أكل المشيمة (الـ”بلاسنتا”) من البقر أو غيره من الحيوانات غير جائز( حرام ) لعدة أسباب:

١. لأن المشيمة تُعتبر جزءًا نجسًا وليست من الأجزاء التي يُنصح بأكلها.
٢. المشيمة تنفصل عن جسم البقرة دون أن تُذبح.

أما في الفقه، فإن الأجزاء التي يجوز أكلها من الحيوان المذبوح وفق الشريعة الإسلامية هي اللحم والكبد والمخ والأعضاء الأخرى التي تعتبر طاهرة، بينما بعض الأجزاء مثل الدم، الفضلات، وأجزاء الجهاز التناسلي (بما في ذلك المشيمة) فهي من المحرمات.

وكمرجع، فإن القرآن يحرم الدم المسفوح والميتة، وقد اتفق العلماء على أن بعض أجزاء جسم الحيوان مثل المشيمة ليست صالحة للأكل.

١. الدليل من القرآن الكريم (سورة المائدة:٣):

“حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ…”
(سورة المائدة: ٣)

هذه الآية تؤكد أن الميتة والدم محرم أكلها. والمشيمة تعتبر من الأجزاء الخارجة من الجسم دون ذبح شرعي، وبالتالي تُعد ميتة.

٢. حديث النبي ﷺ:

عن ابن عباس رضي الله عنهما، قال رسول الله ﷺ:

“حُرِّمَ مِنَ المَيْتَةِ ما يُخْرَجُ مِنْها مِنْ دَمٍ وَفَرْثٍ.”
(رواه البخاري رقم ٥٥٣٩، ومسلم رقم ١٥٩٨)

هذا الحديث يوضح أن الأجزاء الخارجة من جسم الحيوان، بما في ذلك الدم ومحتويات البطن (التي
تشمل المشيمة)، هي محرمة للأكل.

٣.قدِمَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ المَدينةَ وَهُم يَجُبُّونَ أسنِمَةَ الإبلِ ويَقطعونَ آليَّاتِ الغنَمِ فقالَ ما قُطِعَ منَ البَهيمةِ وَهيَ حيَّةٌ فَهوَ ميتَةٌ

الراوي : أبو واقد الليثي | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الترمذي

الصفحة أو الرقم: ١٤٨٠ | خلاصة حكم المحدث : صحيح

٤. قاعدة فقهية:

في القاعدة الفقهية: “الأصل في كل ما يخرج من الحيوان أنه نجس إلا ما دلت الأدلة على طهارته.”
وبالتالي، بما أن المشيمة تخرج من جسم الحيوان دون عملية ذبح شرعي وتعتبر نجسة، فإن حكمها حرام للأكل.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *