HUKUM MENUNDA PEMGELUARAN ZAKAT
Assalamualaikum
Deskripsi Masalah:
Seorang muslim memiliki harta yang telah mencapai nisab dan telah berlalu satu tahun hijriah (haul), yang berarti zakat atas harta tersebut telah wajib ditunaikan. Namun, karena suatu alasan, ia menunda pembayaran zakatnya hingga beberapa bulan setelah jatuh tempo. Alasan penundaan ini bisa bermacam-macam, seperti menunggu waktu yang lebih tepat, seperti bulan Ramadan, menunggu kerabat yang lebih membutuhkan, atau kesulitan dalam menemukan mustahik (penerima zakat). Dari kasus ini muncul sebuah pertanyaan :
1. Apakah diperbolehkan menunda pembayaran zakat dengan alasan tertentu, seperti menunggu bulan Ramadan atau kesulitan distribusi? Menurut pandangan ulama’ fiqih dan ulama kontemporer seperti Dr.Yusuf al-Qardhawi?
Masalah ini penting untuk dibahas agar umat Islam memahami batasan penundaan zakat, sehingga mereka tidak terjebak dalam kelalaian dalam menunaikan kewajiban zakat.
Waalaikum salam.
Jawaban
Hukum Menunda Pengeluaran/Pembayaran Zakat Mal
Menunda pembayaran zakat mal (setelah satu tahun berlalu atau setelah mencapai nisab) adalah hal yang sering ditanyakan oleh umat Islam. Berikut adalah penjelasan hukum syar’i terkait dengan penundaan pembayaran zakat mal menurut para ulama fikih serta pandangan dari Dr. Yusuf al-Qaradawi:
1. Pendapat Para Ulama
Menurut para ulama fikih, hukum menunda pembayaran zakat setelah waktu wajibnya (yakni setelah mencapai nisab dan melewati satu tahun hijriah) umumnya tidak diperbolehkan tanpa alasan yang syar’i, kecuali dalam keadaan darurat atau ada kebutuhan mendesak yang membenarkan penundaan. Berikut beberapa pandangan:
– Mazhab Syafi’i: Zakat harus segera dikeluarkan setelah satu tahun penuh (haul) dan tidak diperbolehkan menunda pembayaran zakat tanpa alasan yang syar’i, seperti menunggu waktu tertentu atau menunda karena alasan pribadi.
– Mazhab Hanafi: Sama seperti dalam mazhab Syafi’i, zakat wajib segera dibayar ketika syarat-syaratnya terpenuhi. Namun, jika ada alasan syar’i seperti sulit menemukan orang yang berhak menerima zakat, maka diperbolehkan menunda asalkan tidak terlalu lama.
– Mazhab Maliki dan Hanbali: Kedua mazhab ini juga mewajibkan pembayaran zakat segera setelah satu tahun berlalu. Namun, mereka memperbolehkan penundaan jika ada alasan yang kuat, seperti kesulitan dalam distribusi zakat atau adanya keadaan darurat yang tidak dapat dihindari.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa menunda pembayaran zakat mal (dengan alasan menunggu waktu tertentu seperti bulan Ramadan)” diharamkan“. Ini karena kebutuhan orang yang berhak menerima zakat tidak dapat ditunda. Seperti yang dikatakan oleh Syekh Zakariya al-Ansari:
أَدَاؤُهَا فِي وَقْتِهَا عِنْدَ التَّمَكُّنِ مِنْهُ وَاجِبٌ عَلَى الْفَوْرِ لِلْأَمْرِ بِهِ مَعَ نِجَازِ حَاجَةِ الْمُسْتَحِقِّينَ
“Pembayaran zakat pada waktunya, ketika mampu, wajib segera karena diperintahkan dengan adanya kebutuhan mendesak dari para mustahik.”
Namun, jika penundaan dilakukan karena alasan yang sah, seperti menunggu kerabat, tetangga, atau orang yang lebih membutuhkan, maka tidak apa-apa. Seperti yang dikatakan oleh Syekh Zainuddin al-Malibari:
إن أخر لانتظار قريب، أو جار، أو أحوج، أو أصلح، لم يأثم
“Jika penundaan dilakukan karena menunggu kerabat, tetangga, atau orang yang lebih membutuhkan atau lebih tepat, maka tidak berdosa.”
Ini berlaku jika mustahik yang ada tidak dalam kondisi darurat. Namun, jika kondisinya sangat mendesak, maka tidak boleh menunda zakat. Syekh al-Bakri ibn Shaṭṭa mengatakan:
محله ما لم يشتد ضرر الحاضرين، وإلا أثم بالتأخير، لأن دفع ضررهم فرض، فلا يجوز تركه لحيازة الفضيلة.
“Penundaan diperbolehkan untuk menunggu kerabat, orang yang lebih membutuhkan, atau tetangga jika kondisi mustahik yang ada tidak darurat. Jika kondisinya sangat mendesak, maka haram menunda karena membantu menghilangkan kesulitan mereka adalah kewajiban, dan tidak boleh ditinggalkan demi mengejar keutamaan.”
Secara umum, para ulama sepakat bahwa menunda zakat tanpa alasan syar’i tidak diperbolehkan, dan orang yang menundanya dianggap lalai dalam menunaikan kewajiban zakat. Zakat harus segera dikeluarkan karena itu adalah hak bagi fakir miskin.
2. Pendapat Dr. Yusuf al-Qardhawi
Dalam bukunya Fiqh al-Zakat, Dr. Yusuf al-Qardhawi menjelaskan hukum penundaan pembayaran zakat. Beliau merinci sebagai berikut:
– Jika zakat sudah wajib dan mencapai haul, maka harus segera dikeluarkan. Tidak boleh ditunda kecuali jika ada alasan darurat. Menunda zakat tanpa alasan yang jelas dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak fakir miskin dan kelalaian dalam menunaikan kewajiban.
– Dr. al-Qardhawi menegaskan bahwa zakat bukan sekadar kewajiban finansial, tetapi juga merupakan hak fakir miskin yang harus segera dipenuhi. Menunda pemberian hak ini tanpa alasan syar’i adalah tidak dapat diterima dalam syariat.
– Namun, jika ada alasan syar’i untuk menunda pembayaran zakat, seperti menunggu waktu yang tepat untuk distribusi atau kesulitan dalam menemukan mustahik, atau dalam keadaan darurat, maka boleh menunda sementara hingga masalah tersebut teratasi. Zakat harus segera dikeluarkan begitu alasan tersebut hilang.
Kesimpulan
– Hukum Asal: Menunda pembayaran zakat setelah tiba waktunya (haul) tidak diperbolehkan/haram , kecuali jika ada alasan syar’i seperti keadaan darurat atau kesulitan menemukan orang yang berhak menerima zakat, atau alasan lainnya yang dibenarkan syariat.
– Jika Ditunda Tanpa Alasan: Penundaan ini dianggap sebagai kelalaian dalam menunaikan kewajiban, sehingga disarankan untuk segera mengeluarkan zakat sesegera mungkin guna menghindari tanggungan lebih besar dalam kewajiban syar’i.
– Pandangan Dr. Yusuf al-Qardhawi: Penundaan tidak diperbolehkan kecuali ada alasan syar’i. Jika ada alasan syar’i, maka penundaan harus bersifat sementara, dan zakat harus segera dikeluarkan setelah alasan tersebut hilang.
Dengan demikian, jika zakat ditunda tanpa alasan yang sah, maka harus segera dikeluarkan untuk menghindari tanggungan akibat kelalaian ini.
Wallahu a’lam.
Berikut adalah referensi yang digunakan dalam penjelasan mengenai hukum penundaan zakat:
1. Zakarīyā al-Anṣārī, Asna al-Matalib :
Buku ini adalah salah satu referensi penting dalam mazhab Syafi’i. Dalam Asna al-Matalib, al-Anṣārī menjelaskan bahwa pembayaran zakat harus dilakukan segera setelah mencapai nisab dan melewati haul, kecuali ada alasan syar’i. [Asna al-Matalib, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Jilid 4, Halaman 481].
2. Zainuddin al-Malibari, “Fath al-Mu’in“:
Karya ini banyak digunakan dalam kajian fikih Syafi’i. Al-Malibari memperbolehkan penundaan zakat dalam keadaan tertentu, seperti menunggu kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, namun melarang penundaan jika mustahik dalam keadaan darurat. [Fath al-Mu’in, Semarang, Thoha Putra, Edisi Ketiga, 2001, Halaman 76].
3. Syekh al-Bakri ibn Shaṭṭa,” I’ana al-Thalibin“:
Dalam kitab ini, al-Bakri ibn Shaṭṭa menjelaskan bahwa menunda zakat hanya diperbolehkan jika tidak ada orang yang sangat membutuhkan. Jika ada yang mendesak, maka menunda zakat tidak diperbolehkan. [*I’ana al-Thalibin*, Beirut, Dar al-Fikr, Edisi Pertama, 1997, Jilid 2, Halaman 200].
4. Dr. Yusuf al-Qardjawi, “Fiqh al-Zakat Juz 2:
Kitab ini adalah salah satu karya modern terkemuka mengenai fikih zakat. Dalam Fiqh al-Zakat, Dr. al-Qardhawi menegaskan bahwa zakat harus segera dikeluarkan begitu zakat wajib, dan penundaan hanya diperbolehkan dengan alasan syar’i. [Fiqh al-Zakat, Dr. Yusuf al-Qardhawi].
5. Ibnu al-Humam, “Fath al-Qadir” (Mazhab Hanafi):
Dalam karya ini dijelaskan bahwa zakat harus segera dibayar setelah wajib, namun penundaan diperbolehkan jika ada alasan syar’i. [Fath al-Qadir].
6. Ibnu Qudamah,” Al-Mughni (Mazhab Hanbali):
Ibnu Qudamah juga menyebutkan bahwa zakat wajib dibayar segera setelah mencapai nisab dan haul, namun ada toleransi untuk penundaan jika ada kesulitan atau keadaan darurat. [Al-Mughni].
7. Ibnu Rusyd, “Bidayat al-Mujtahid” (Mazhab Maliki):
Dalam kitab ini, Ibnu Rusyd juga membahas bahwa zakat harus dibayar segera setelah memenuhi syarat, dan menunda pembayaran tanpa alasan syar’i tidak diperbolehkan. [*Bidayat al-Mujtahid*].
Referensi-referensi ini menjelaskan pandangan ulama klasik dan kontemporer mengenai pentingnya menunaikan zakat tepat waktu dan ketentuan penundaan dengan alasan syar’i.Wallahu A’lam bisshowab.
حكم تأخير الزكاة
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الوصف:
مسلم يمتلك مالًا قد بلغ النصاب، ومرت عليه سنة هجرية (الحول)، مما يعني أن الزكاة على هذا المال قد وجبت. ومع ذلك، لأسباب معينة، قام بتأجيل دفع الزكاة لعدة أشهر بعد استحقاقها. قد تتنوع أسباب التأخير، مثل انتظار وقت أفضل مثل شهر رمضان، أو انتظار أحد الأقارب الذين يحتاجون الزكاة، أو صعوبة العثور على المستحقين للزكاة.
السؤال الذي يطرح نفسه: هل يجوز تأخير دفع الزكاة لأسباب معينة، مثل انتظار شهر رمضان أو وجود صعوبة في التوزيع؟ وفقًا لرأي علماء الفقه والعلماء المعاصرين مثل الدكتور يوسف القرضاوي.
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
الجواب
حكم تأخير إخراج الزكاة
تأخير إخراج الزكاة بعد مرور الحول والوصول إلى النصاب هو مسألة يتساءل عنها كثير من المسلمين. وفيما يلي توضيح الحكم الشرعي بشأن تأخير إخراج الزكاة وفقًا لآراء علماء الفقه وكذلك رأي الدكتور يوسف القرضاوي:
آراء الفقهاء
وفقًا للفقهاء، فإن حكم تأخير إخراج الزكاة بعد وقت وجوبها (أي بعد وصول النصاب ومرور الحول) عمومًا غير جائز دون عذر شرعي، إلا في حالات الضرورة أو الحاجة الملحة التي تبرر التأخير. وفيما يلي بعض الآراء:
١.المذهب الشافعي
يجب إخراج الزكاة فورًا بعد مرور الحول، ولا يجوز تأخير دفع الزكاة دون عذر شرعي، مثل انتظار وقت معين أو التأجيل لأسباب شخصية.
٢. المذهب الحنفي
مثل المذهب الشافعي، تجب الزكاة فورًا عند تحقق الشروط. ومع ذلك، إذا كان هناك عذر شرعي مثل صعوبة العثور على المستحقين، يجوز التأخير بشرط ألا يطول.
٣. المذهب المالكي والحنبلي
يوجبان إخراج الزكاة فورًا بعد مرور الحول، لكنهما يسمحان بالتأخير إذا كان هناك عذر قوي، مثل صعوبة في التوزيع أو وجود ضرورة ملحة لا يمكن تجنبها.
من خلال هذه الآراء، يُفهم أن تأخير إخراج الزكاة (بنية انتظار وقت معين كرمضان) حرام ، لأن حاجة المستحقين للزكاة لا يمكن تأجيلها. كما قال الشيخ زكريا الأنصاري:
“أداؤها في وقتها عند التمكن منه واجب على الفور للأمر به مع نجاز حاجة المستحقين.”
ومع ذلك، إذا تم التأخير بسبب عذر شرعي، مثل انتظار قريب أو جار أكثر حاجة، فلا بأس. كما قال الشيخ زين الدين المليباري:
“إن أخر لانتظار قريب، أو جار، أو أحوج، أو أصلح، لم يأثم.”
ولكن إذا كانت حاجة المستحقين ملحة، فيحرم التأخير. كما قال الشيخ البكري بن شطة:
“محله ما لم يشتد ضرر الحاضرين، وإلا أثم بالتأخير، لأن دفع ضررهم فرض.”
عمومًا، يتفق العلماء على أن تأخير الزكاة بدون عذر شرعي غير جائز، ومن يؤخرها يعتبر مقصرًا في أداء واجب الزكاة.
رأي الدكتور يوسف القرضاوي
في كتابه “فقه الزكاة”، يوضح الدكتور يوسف القرضاوي حكم تأخير إخراج الزكاة بالتفصيل، حيث يؤكد ما يلي:
١. إذا وجبت الزكاة وبلغت الحول، فيجب إخراجها فورًا، ولا يجوز تأخيرها إلا إذا كان هناك عذر شرعي. يعتبر تأخير إخراج الزكاة بدون سبب مشروع تعديًا على حقوق الفقراء وتقصيرًا في أداء الواجب.
٢. يوضح الدكتور القرضاوي أن الزكاة ليست مجرد واجب مالي، بل هي حق للفقراء والمساكين يجب الوفاء به فورًا. تأخير إعطاء هذا الحق بدون عذر شرعي غير مقبول في الشريعة.
٣. ومع ذلك، إذا كان هناك عذر شرعي لتأخير إخراج الزكاة، مثل انتظار الوقت المناسب للتوزيع أو صعوبة العثور على المستحقين، أو في حالة الضرورة، يجوز التأخير بشكل مؤقت حتى يتم حل المشكلة. ويجب إخراج الزكاة فور زوال العذر.
الخلاصة
– الحكم الأصلي: تأخير دفع الزكاة بعد استحقاقها (الحول) غير جائز، إلا إذا كان هناك عذر شرعي مثل حالة ضرورة أو صعوبة العثور على مستحقي الزكاة.
–إذا تم التأخير دون عذر: يعتبر هذا التأخير تقصيرًا في أداء الواجب، لذلك ينصح بإخراج الزكاة فورًا لتجنب الوقوع في مخالفة شرعية.
–رأي الدكتور يوسف القرضاوي:** لا يجوز تأخير الزكاة إلا إذا كان هناك عذر شرعي، وإذا وجد عذر شرعي فيجب أن يكون التأخير مؤقتًا، وتجب المبادرة بإخراج الزكاة فور زوال العذر.
والله أعلم
فيما يلي المراجع المستخدمة في الشرح حول حكم تأخير الزكاة:
١. زكريا الأنصاري، أسنى المطالب
هذا الكتاب من المراجع الهامة في المذهب الشافعي. في أسنى المطالب، يوضح الأنصاري أن الزكاة يجب أن تؤدى فور بلوغ النصاب ومرور الحول، إلا إذا كان هناك سبب شرعي. [أسنى المطالب، بيروت، دار الكتب العلمية، الجزء ٤، الصفحة ٤٨١].
٢. زين الدين المليباري، فتح المعين
هذا العمل يستخدم كثيرًا في دراسة الفقه الشافعي. المليباري يسمح بتأخير الزكاة في ظروف معينة، مثل انتظار الأقارب أو الأشخاص الأكثر حاجة، ولكنه يحرم التأخير إذا كان المستحقون في حالة طارئة. [*فتح المعين*، سمارة، طهى بن بطرس، الطبعة الثالثة، ٢٠٠١، الصفحة ٧٦].
٣. الشيخ البكري بن شطة، إعانة الطالبين
في هذا الكتاب، يوضح البكري بن شطة أن تأخير الزكاة جائز فقط إذا لم يكن هناك شخص في حاجة ماسة. وإذا كان هناك مستحقون في حاجة عاجلة، فلا يجوز تأخير الزكاة. [*إعانة الطالبين*، بيروت، دار الفكر، الطبعة الأولى، ١٩٩٧، الجزء ٢، الصفحة ٢٠٠٠].
٤. الدكتور يوسف القرضاوي، فقه الزكاة الجزء الثاني
هذا الكتاب من الأعمال المعاصرة الهامة حول فقه الزكاة. في فقه الزكاة، يوضح الدكتور القرضاوي أن الزكاة يجب أن تؤدى فور وجوبها، ولا يجوز تأخيرها إلا بسبب شرعي. [فقه الزكاة، الدكتور يوسف القرضاوي الجزء الثانى].
٥. ابن الهمام، فتح القدير (المذهب الحنفي)
في هذا العمل، يوضح أن الزكاة يجب أن تؤدى فور وجوبها، ولكن يسمح بالتأخير إذا كان هناك سبب شرعي. [فتح القدير].
٦. ابن قدامة، المغني (المذهب الحنبلي)
يشير ابن قدامة إلى أن الزكاة يجب أن تؤدى فور بلوغ النصاب ومرور الحول، ولكنه يسمح بالتأخير إذا كانت هناك صعوبة أو ضرورة. [المغني].
٧.ابن رشد، بداية المجتهد (المذهب المالكي)
في هذا الكتاب، يناقش ابن رشد أن الزكاة يجب أن تؤدى فور استيفاء الشروط، وأن تأخير دفعها بدون سبب شرعي غير جائز. [*بداية المجتهد*].
توضح هذه المراجع آراء الفقهاء التقليديين والمعاصرين حول أهمية أداء الزكاة في وقتها وشروط التأخير بعذر شرعي.