
ADZAN KETIKA AKAN MUSAFIR HAJI APAKAH MUADZZIN HARUS DIBELAKANG MUSAFIR?
Assalamualaikum
Deskripsi
Sudah lumrah Setiap rangkaian pemberangkatan haji dan umroh selalu di adzani dan iqomah.
Pertanyaan
1. Apakah ada dalil yang memperbolehkan muadzin tidak dibelakang jamaah yang mau berangkat ?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Perlu diketahui bahwa azan dan iqamah tidak hanya sunnah dikumandangkan untuk mendirikan shalat fardu saja, namun dalam kondisi-kondisi tertentu azan dan iqamah pun juga disunnnahkan. Salah satunya dilakukan ketika orang yang hendak melakukan perjalanan, baik perjalanan untuk melakukan ibadah haji atau yang lainnya yang penting bukan perjalanan maksiat.
Adapun persoalan posisi muadzzin ketika mengadzani orang yang akan bepergian tidak ada keterangan harus berada dibelakangnya saafir karena adanya dalil hanya anjuran / sunnah adzan dan tidak ada ketentuan harus dibelakang atau didepan walaupun ada keterangan خلف yang berarti dibelakang namun yang dimaksudkan bukan posisi muadzzin harus berada dibelakang saafir akan tetapi maksud dari خلف adalah adzan dan iqomah. Oleh karena terkadang makna kalimat dan interpretasi (penafsiran) itu berbeda yang terpenting jika mencari keutamaan dan sunnah adalah muadzzin menghadap kearah kiblat karena adanya hadits.
خير المجالس مااستقبل به القبلة ( رواه الطبرانى)
Artinya sebaik tempat adalah menghadap kearah kiblat.( lihat dalam kitab Tanwirul Qulub)
Dari Malik bin Al Huwairits, ia berkata,
أَتَى رَجُلاَنِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يُرِيدَانِ السَّفَرَ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِذَا أَنْتُمَا خَرَجْتُمَا فَأَذِّنَا ثُمَّ أَقِيمَا ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا »
“Ada dua orang yang pernah mengunjungi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berdua ingin melakukan safar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jika kalian berdua keluar, maka kumandangkanlah azan lalu iqamah, lalu yang paling tua di antara kalian hendaknya menjadi imam.” (HR.Bukhari no.630).
Dalam Tuhfatul Habib disebutkan:
وَيُسَنُّ الأَذانُ والْإِقامَةُ أَيْضًا خَلْفَ المُسَافِرِ اهـ
Artinya, “Sunnah mengumandangkan azan dan iqamah juga di belakang orang yang hendak melakukan perjalanan.”
Berikut penjelasan interpretasi خلف dalam kitab I’anatut Thalibin, juz 1, hal. 23 berikut ini:
قوله خلف المسافر—أي ويسنّ الأذان والإقامة أيضا خلف المسافر لورود حديث صحيخ فيه قال أبو يعلى في مسنده وابن أبي شيبه: أقول وينبغي أنّ محل ذالك مالم يكن سفر معصية
“Kalimat ‘menjelang bepergian bagi musafir’ maksudnya dalah disunnahkan adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat.” Dalil kedua diperoleh dari kitab yang sama:
فائدة: لم يؤذن بلال لأحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم غير مرة لعمر حين دخل الشام فبكى الناس بكاء شديدا – قيل إنه أذان لأبي يكر إلي أن مات … الخ
“Sahabat Bilal tidak pernah mengumandangkan adzan untuk seseorang setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali sekali. Yaitu ketika Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Syam. Saat itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya. Tapi ada khabar lain: Bilal mengumandangkan adzan pada waktu wafatnya Abu Bakar.” Dalil ketiga, dalam Shahih Ibnu Hibban, juz II, hal 36:
من طريق أبي بكر والرذبري عن ابن داسة قال: حدثنا ابن محزوم قال حدثني الإمام على ابن أبي طالب كرم الله وجهه وسيدتنا عائشة رضي الله عنهم—كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استودع منه حاج أو مسافر أذن وأقام – وقال ابن سني متواترا معنوي ورواه أبو داود والقرافي والبيهقي
“Riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan mengomati. Hadits ini menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Qarafi, dan al-Baihaqi.”
Imam An Naasyirii termasuk ulama’ Syafiiyyah, di dalam kitab Al Idhoh berkata:
Disunnatkan adzan untuk menolak gangguan para jin,dan bagi orang yang sedih,dan untuk bayi ketika dilahirkan disunnatkan di adzani di telinga kanannya,dan di qomati telinga kirinya,dan disunnatkan adzan dan iqomah di belakang musafir(yang akan berangkat haji/umroh dan lain-lain).
Referensi:
وقال الناشري من الشافعية في الإيضاح يستحب الأذان لمزدحم الجن ، وفي أذن الحزين والصبي عندما يولد في اليمين ، ويقيم في اليسرى ، والأذان خلف المسافر والإقامة ، وفي فتاوى الأصبحي ، هل ورد في الأذان والإقامة عند إدخال الميت القبر خبر ؟ فالجواب : لا أعلم فيه ورود خبر ولا أثر إلا ما يحكى عن بعض المتأخرين ، ولعله مقيس على استحباب الأذان والإقامة في أذن المولود فإن الولادة أول الخروج إلى الدنيا وهذا أول الخروج منها وهذا فيه ضعف فإن مثل هذا لا يثبت إلا توقيفا انتهى .والله أعلم بالصواب.