HUKUM TAUKIL WALI DAN AKAD NIKAH ONLINE
Assalamualaikum Ustadz, ma’af mengganggu waktunya 🙏
Deskripsi masalah.
Saya ibu yayuk menjadi TKW di Singapore asli Malang jatim, dan saya punya bapak di Malang Namun bapak saya minim pengetauan tentang agama dan jika di kasih tau marah-.marah.
Pada tahun yang silam ada seseorang ingin menikahi saya dari America namun gagal. Selang beberapa bulan lalu ada seorang laki-laki sholeh menurut saya ia datang dari canada dengan menempuh perjalanan 16 jam hingga sampai dimalang dengan tujuan ingin melamar saya sekaligus menikahi saya namun orang tua sayapun tidak mau menjadi wali nikah akhirnya hubungan saya kandas ditengah jalan ( gagal ).Nah sekarang ini seorang laki-laki berasal dari Mesir dengan serius dia ingin menikahi saya. Sehubungan dengan profesi saya sebagai TKW sangatlah sibuk, sehingga setiap hari dan malamnya saya terikat tidak bisa ke mana mana. Namun sambil menunggu habisnya kontrak saya tahun depan saya dan dia ingin dalam waktu dekat ingin melakukan akad nikah secara online agar hubungan saya halal dan setelah selesai kontrak saya ingin pulang dan akan pemperbaharuinya akad nikah secara ofline.
Pertanyaannya.
Apakah boleh Wali nikah mewakilkan kewaliannya kepada paman ipar ?
Bolehkah akad nikah dilakukan secara via online karena faktor jauh namun nantinya akan diperbaharui akad nikah nya secara ofline ?.
Waalaikum salam.
Wanita yang masih perawan ( belum menikah sama sekali ) maka tidak boleh menikah kecuali ada izin ortunya( orang tua wali), tetapi jika sudah pernah menikah maka boleh menikah sesukanya namun hak kewaliannya tetap harus orang tuanya atau wali yang lainnya jika orang tuannya meninggal seperti kakeknya lalu pamannya ( sadara bapaknya yang seayah dan seibu,) dan seterusnya urutan wali.
Jawabannya No.1
Boleh paman ipar menjadi wali nikah, karena atas nama wakil dari orang tuanya walaupun ketika ijab qobulnya muwakil dan wakil lewat telpon dengan catatan memenuhi syarat Taukil yang diantaranya adalah lafadh atau tulisan yang menunjukkan izin sebagaimana ibaroh berikut:
الشرقاوى ج ٢ ص١٠
ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﻭَﺻِﻴْﻐَﺔً – ﻛَﻮَﻛَّﻠْﺘُﻚَ ﻓِﻰ ﻛَﺬَﺍ ﺍﻭ ﻓَﻮَّﺿْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻛَﺬَﺍ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﻛَﺎﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺸَﺎﻓَﻬَﺔً ﺍﻭ ﻛِﺘَﺎﺑَﺔً ﺍﻭ ﻣُﺮَﺍﺳَﻠَﺔً ﻭَﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﻋَﺪَﻡُ ﺭَﺩِّﻫَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻰ ﻭَﻻَ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢُ ﺑِﻬَﺎ . ﻓَﻠَﻮ ﻭَﻛَّﻠَﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻻَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺻَﺤَّﺖْ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻮْ ﺗَﺼَﺮَّﻑَ ﻗَﺒْﻞَ ﻋِﻠْﻤِﻪِ ﺻَﺢَّ ﻛَﺒَﻴْﻊِ ﻣَﺎﻝِ ﺃَﺑْﻴْﻪِ ﻳَﻈُﻦُّ ﺣَﻴَﺎﺗِﻪِ .
بجيرمى على الإقناع ج٣ص١٠
ﻭَﺟُﻤْﻠَﺔُ ﻣَﺎ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭﻁِ ﺍﻟﺼِّﻴْﻐَﺔِ ﺧَﻤْﺴَﺔٌ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﻓِﻰ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟﻤِﻨْﻬَﺞِ ﺃﺭْﺑَﻌَﺔٌ …: ﺇﻟَﻰ ﺃﻥْ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻰ : ﺃﻥْ ﻳَﺘَﻠَﻔَّﻆَ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﺴْﻤَﻌُﻪُ ﻣَﻦْ ﺑِﻘُﺮْﺑِﻪِ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﻤَﻌْﻪُ ﺻَﺎﺣِﺒُﻪُ ﺑِﺄَﻥْ ﺑَﻠَﻐَﻪُ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻮﺭًﺍ ﺍﻭ ﺣَﻤَﻠَﺘْﻪُ ﺍﻟﺮِّﻳْﺢُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻓَﻘَﺒِﻞَ .
[تقي الدين الحصني، كفاية الأخيار
في حل غاية الاختصار، صفحة ٣٥٨]
فرع) يشْتَرط فِي صِحَة عقد النِّكَاح حُضُور أَرْبَعَة ولي وَزوج وشاهدي عدل وَيجوز أَن يُوكل الْوَلِيّ وَالزَّوْج فَلَو وكل الْوَلِيّ وَالزَّوْج أَو أَحدهمَا أَو حضر الْوَلِيّ ووكيله وَعقد الْوَكِيل لم يَصح النِّكَاح لِأَن الْوَكِيل نَائِب الْوَلِيّ وَالله أعلم
[وهبة الزحيلي، الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي، ٥٩٢٣/٨]
قال الأول – الحاكم: وهو القاضي الذي عينته السلطة أو الحكومة للفصل في الدعاوى والخصومات، وبهذا يختلف الحاكم عن المحكَّم: وهوالذي يتفق عليه الخصمان للتحكيم في النزاع الدائر بينهما.
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٣٦٤/٣]-٣٦٥
(ثم) إن لم يوجد ولي ممن مر فيزوجها (محكم عدل) حر ولته مع خاطبها أمرها ليزوجها منه وإن لم يكن مجتهدا إذا لم يكن ثم قاض ولو غير أهل، وإلا فيشترط كون المحكم مجتهدا
وقوله مع خاطبها: إنما قيد بذلك لأن حكم المحكم لا يفيد إلا برضاهما به معا ولا بد أن يكون لفظا فلا يكفي السكوت.
نعم يكفي سكوت البكر إذا استئذنت في التحكيم
(والحاصل)
يجوز تحكيم المجتهد مطلقا سواء وجد حاكم ولو مجتهدا أم لا، وتحكيم العدل غير المجتهد بشرط أن لا يكون هناك قاض ولو غير أهل: سواء وجد مجتهد أم لا (قوله: وإلا) أي بأن كان ثم قاض ولو غير أهل.
)كَوَكَّلْتُكَ) في تزوبج بنتي فاطمة (وَفَوَّضْت إلَيْك) في تزوبج بنتي فاطمة
Artinya ;” Saya mewakilkan kepadamu di dalam
menikahkan putriku yang bernama Fatimah.
Dan harus ada qobul(penerimaan)dari wakil.Dsn qobul ini sah dengan keridhoan dari wakil,dan dengan wakil mengikuti terhadap apa yang diwakilkan kepada wakil.Walaupun qobulnya wakil itu agak terlambat dan diakhirkan.
Referensi:
(اسنى المطالب)
(الرُّكْنُ الرَّابِعُ الصِّيغَةُ فَيُشْتَرَطُ) لِلْوَكَالَةِ (الْإِيجَابُ كَوَكَّلْتُكَ) بِكَذَا (وَفَوَّضْت إلَيْك) كَذَا أَوْ مَا يَقُومُ مَقَامَهُ كَطَلِّقْ (وَبِعْ وَأَعْتِقْ) ؛ لِأَنَّ الشَّخْصَ مَمْنُوعٌ مِنْ التَّصَرُّفِ فِي حَقِّ غَيْرِهِ إلَّا بِرِضَاهُ، وَهُوَ لَا يَحْصُلُ إلَّا بِذَلِكَ (وَيَصِحُّ الْقَبُولُ بِالرِّضَا وَالِامْتِثَالِ) لِمَا فُوِّضَ إلَيْهِ، وَلَوْ (عَلَى التَّرَاخِي) كَالْوَصِيَّةِ نَعَمْ لَوْ وَكَّلَهُ فِي إبْرَاءِ نَفْسِهِ، أَوْ عَرَضَهَا الْحَاكِمُ عَلَيْهِ عِنْدَ ثُبُوتِهَا عِنْدَهُ اُعْتُبِرَ الْقَبُولُ بِالِامْتِثَالِ فَوْرًا ذَكَرَهُ الرُّويَانِيُّ وَغَيْرُهُ وَهَذَانِ لَا يُسْتَثْنَيَانِ فِي الْحَقِيقَةِ؛ لِأَنَّ الْأَوَّلَ مِنْهُمَا مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّهُ تَمْلِيكٌ لَا تَوْكِيلٌ كَنَظِيرِهِ فِي الطَّلَاقِ، وَالثَّانِي إنَّمَا اُعْتُبِرَ فِيهِ الْفَوْرُ لِإِلْزَامِ الْحَاكِمِ إيفَاءَ حَقِّ الْغَرِيمِ لَا لِلْوَكَالَةِ، وَالتَّصْرِيحُ بِالِامْتِثَالِ مِنْ زِيَادَتِهِ، وَأَفَادَ بِهِ مَعَ مَا قَبْلَهُ أَنَّ الْقَبُولَ يَحْصُلُ بِكُلٍّ مِنْهُمَا (وَلَوْ لَمْ يَتَلَفَّظْ) بِمَا يَدُلُّ عَلَى الرِّضَا سَوَاءٌ أَوُجِدَ الرِّضَا أَمْ لَا كَأَنْ أَكْرَهَهُ حَتَّى تَصَرَّفَ لَهُ وَذَلِكَ؛ لِأَنَّ الْوَكَالَةَ إبَاحَةٌ وَرَفْعُ حَجْرٍ كَإِبَاحَةِ الطَّعَامِ فَلَا يَتَعَيَّنُ فِيهَا الْقَبُولُ بِاللَّفْظِ نَعَمْ لَوْ كَانَ لِإِنْسَانٍ عَيْنٌ مُعَارَةٌ أَوْ مُؤَجَّرَةٌ أَوْ مَغْصُوبَةٌ فَوَهَبَهَا لِآخَرَ فَقَبِلَهَا، وَأَذِنَ لَهُ فِي قَبْضِهَا ثُمَّ إنَّ الْمَوْهُوبَ لَهُ وَكَّلَ فِي قَبْضِهَا الْمُسْتَعِيرَ أَوْ الْمُسْتَأْجِرَ أَوْ الْغَاصِبَ اُشْتُرِطَ قَبُولُهُ لَفْظًا وَلَا يُكْتَفَى بِالْفِعْلِ، وَهُوَ الْإِمْسَاكُ؛ لِأَنَّهُ اسْتِدَامَةٌ لِمَا سَبَقَ فَلَا دَلَالَةَ فِيهِ عَلَى الرِّضَا بِقَبْضِهِ عَنْ الْغَيْرِ كَمَا سَيَأْتِي فِي الْهِبَةِ مَعَ مَا فِيهِ (فَإِنْ رَدَّهَا) أَيْ الْوَكِيلُ الْوَكَالَةَ (وَنَدِمَ جُدِّدَتْ) وُجُوبًا؛ لِأَنَّهَا جَائِزَةٌ تَرْتَفِعُ فِي الدَّوَامِ بِالْفَسْخِ فَارْتِدَادُهَا بِالرَّدِّ فِي الِابْتِدَاءِ أَوْلَى.
Jawabannya No.2
Tidak boleh dan tidak sah akad nikah lewat telpon karena akad nikah harus berlangsung dalam satu majlis artinya tidak boleh berpisah.
Adapun Hukum tentang akad nikah tidak dalam satu majlis sebagai mana kasus diatas setidaknya ada tiga pendapat dikalangan para Ulama fiqih
Menurut Hanafiyah: Tidak sah akad nikah yang kondisi pelaksanaannya tidak dalam satu majlis (tempat).
Menurut Malikiyah dan Syafi’iyah :Dalam akad nikah harus dalam satu majlis hal ini sama dengan pendapat diatas.
Menurut Hanabilah : Sah akad nikah walaupun berbeda tempat dan ada pemisah.
Adapun keabsahan dan tidaknya akad sebagaimana yang kami jelaskan diatas, jika akad nikah dalam satu majlis secara Hakiki.( artinya tidak berbeda tempat) maka sah menurut Hanafi Maliki dan Syafi’ie (artinya secara mafhum mukhalafah jika beda tempat dan terpisah maka tidak sah) . Demikian juga halnya pelaksanaan akad di satu majlis secara hukmi maka tidak ada perbedaan pendapat dikalangan Hanafiyah, dan Hanabilah bahwa hal yang sedemikan tidak masalah seperti majlis ilmu ( atau sekolah) walaupun wali dan cantin laki-laki berbeda tempat Yakni Wali nikah diruang satu sedangkan Calon istri diruang dua. Alasannya karena masih satu rumpun atau tempat secara hukmi yaitu disekolah.
Jadi dalam kondisi darurat kondisi berada ditempat yang jauh terpisah dengan walinya sejauh dua marhalah yakni sejauh boleh mengqoshor sholat maka boleh wanita menikah dengan dua alternatif/pilihan:
1️⃣Boleh orang tuanya mewakilkan kewaliannya kepada orang lain walau pun dengan via online Misalkan jauh Seperti Malang kemadura apalagi Indonesi- Singapura. Meskipun demikian masih ada beberapa poin yang perlu dikaji lebih lanjut dari persoalan diatas yang terkait dengan salah satu rukun dari WAKALAH yakni SIGHAT (Bentuk kalimat yang digunakan mewakilkan ).
Poin-poin tersebut adalah seperti: Saya mewakilkan kepadamu untuk…………….atau saya memasrahkan kepadamu untuk……..atau ungkapan yang menjukan izin
Sighat-Nya memakai bahasa ajami ( bukan bahasa Arab)
Transaksi melalui via telepon
Adapun yang dipertimbangkan dalam penggunaan bahasa transaksi adalah subtansi ( tujuan/isi ) dari bahasa yang digunakan saat bertransaksi yang bisa dimengerti umum. Oleh karenanya, tidak ada keharusan dalam transaksi ( akad) Wakalah dengan menggunakan bahasa Arab, disamping yang ditekankan dalam sighat adalah sesuatu yang dapat mengartikan kehendak dari pihak yang bertransaksi .
Transaksi saksi Wakalah dengan menggunakan media penyambung suara, seperti telepon, diperbolehkan dengan pertimbangan bahwa Wakalah merupakan salah satu dari dari akad selain wasiat yang tidak mengharuskan al-ittibad al-Majlis .Dalam salah satu kitab dijelaskan bahwa yang dikehendaki dari al-ittibad al-Majlis adalah interaksi antara dua belah pihak untuk saling bertransaksi pada waktu yang sama dan tidak diharuskan berada dalam satu tempat atau ruang.Oleh karena itu transaksi dapat dihasilkan dengan semacam ini ( telepon) artinya apabila transaksi wakalah mengharuskan al-ittihab al-Majlis maka transaksi melalui telepon bisa diperbolehkan.
Referensi
الأشباه والنظائر : ص.٩٨
تَنْبِيهٌ:
إنَّمَا يَتَجَاذَبُ الْوَضْعُ وَالْعُرْفُ فِي الْعَرَبِيِّ، أَمَّا الْأَعْجَمِيُّ فَيُعْتَبَر عُرْفُهُ قَطْعًا ; إذْ لَا وَضْعَ يُحْمَل عَلَيْهِ. فَلَوْ حَلَفَ عَلَى الْبَيْتِ بِالْفَارِسِيَّةِ، لَمْ يَحْنَثْ بِبَيْتِ الشَّعْرِ، وَلَوْ أَوْصَى لِأَقَارِبِهِ لَمْ يَدْخُلْ قَرَابَةُ الْأُمِّ فِي وَصِيَّةِ الْعَرَبِ وَيَدْخُلُ فِي وَصِيَّةِ الْعَجَمِ.
وَلَوْ قَالَ: إنْ رَأَيْت الْهِلَالَ فَأَنْتِ طَالِقٌ، فَرَآهُ غَيْرُهَا، قَالَ الْقَفَّالُ: إنْ عَلَّقَ بِالْعَجَمِيَّةِ حُمِلَ عَلَى الْمُعَايَنَة. سَوَاء فِيهِ الْبَصِيرُ وَالْأَعْمَى.
قَالَ: وَالْعُرْفُ الشَّرْعِيُّ فِي حَمْلِ الرُّؤْيَةِ عَلَى الْعِلْمِ، لَمْ يَثْبُتْ إلَّا فِي اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ، وَمَنَعَ الْإِمَامُ الْفَرْقَ بَيْنَ اللُّغَتَيْنِ
Al-Imam as-Suyuthi menegaskan
إنَّمَا يَتَجَاذَبُ الْوَضْعُ وَالْعُرْفُ فِي الْعَرَبِيِّ، أَمَّا الْأَعْجَمِيُّ فَيُعْتَبَر عُرْفُهُ قَطْعًا إذْ لَا وَضْعَ يُحْمَل عَلَيْهِ.
Artinya, “Tarik ulur antara makna asli dengan ‘urf hanya ada dalam bahasa Arab. Sedangkan dalam bahasa non-Arab, yang dipertimbangkan adalah ‘urf menurut kesepakatan ulama, karena tidak ada makna asli yang menjadi tolak ukur.” (Lihat: al-Imam as-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair, hal.95).
الفقه الإسلامي وأدلته – (ج ٤ / ص ٤٦٣)
كيفية إبرام التعاقد بالهاتف واللاسلكي ونحوهما من وسائل الاتصال الحديثة : ليس المراد من اتحاد المجلس المطلوب في كل عقد كما بينا كون المتعاقدين في مكان واحد، لأنه قد يكون مكان أحدهما غير مكان الآخر، إذا وجد بينهما واسطة اتصال، كالتعاقد بالهاتف أو اللاسلكي أو بالمراسلة (الكتابة) وإنما المراد باتحاد المجلس: اتحاد الزمن أو الوقت الذي يكون المتعاقدان مشتغلين فيه بالتعاقد ، فمجلس العقد: هو الحال التي يكون فيها المتعاقدان مقبلين على التفاوض في العقد (٢) ، وعن هذا قال الفقهاء «إن المجلس يجمع المتفرقات» وعلى هذا يكون مجلس العقد في المكالمة الهاتفية أو اللاسلكية: هو زمن الاتصال ما دام الكلام في شأن العقد، فإن انتقل المتحدثان إلى حديث آخر انتهى المجلس -الى أن قال- ومجلس التعاقد بين غائبين: هو محل وصول الكتاب أو تبليغ الرسالة، أو المحادثة الهاتفية. اهـ لكن للمرسل أو للكاتب أن يرجع عن إيجابه أمام شهود، بشرط أن يكون قبل قبول الآخر ووصول الرسالة أو الخطاب ونحوه من الإبراق والتلكس والفاكس. ويرى جمهور المالكية أنه ليس للموجب الرجوع قبل أن يترك فرصة للقابل يقرر العرف مداها، كما تقدم. هذا وإن بقية شروط الإيجاب والقبول عدا اتحاد المجلس لا بد من توافرها في وسائط الاتصال الحديثة.زمن إتمام العقد في التعاقد بين غائبين : أجمع الفقهاء على أن العقد ينعقد بين الغائبين كما في آلات الاتصال الحديثة بمجرد إعلان القبول، ولا يشترط العلم بالقبول بالنسبة للطرف الموجب الذي وجه الإيجاب .فلو كان المتعاقدان يتحدثان بالهاتف أو بالاسلكي، وقال أحدهما للآخر: بعتك الدار أو السيارة الفلانية، وقال الآخر: قبلت، انعقد العقد، بمجرد إعلان القبول، ولو لم يعلم الموجب بالقبول، بأن انقطع الاتصال بينهما. ولو وجهّ أحد العاقدين خطاباً أو برقية إلى آخر أو تلكساً أو فاكساً، وفيها إيجاب ببيع شيء، أو بإبرام عقد زواج، انعقد العقد بعد وصول البرقية أو الخطاب ونحوهما، وإعلان الآخر قبوله، دون حاجة إلى علم الموجب أو سماعه بالقبول لكن إبعاداً لكل لبس أو غموض، وتمكيناً من إثبات العقد، وتأكيداً لإبرامه اهـ الفوائد المختارة لسالك طريق الأخرة المستفادة من كلام العلامة الحبيب زين بن إبراهيم بن سميط جمع و تقديم علي بن حسن باهارون ص : ٢٤٦ التلفون كناية في العقود كالبيع والسلم والإجارة , فيصح ذلك بواسطة التلفون , أما النكاح فلا يصح بالتلفون لأنه يشترط فيه لفظ صريح , والتلفون كناية وأن ينظر الشاهد إلى العاقدين وفقد ذلك إذا كان بالتلفون أو ما هذا معناه اهـ
.بغية المسترشدين صـ ١٨٦
( مسئلة ب )
مذهب الشافعى أن مجرد الكتابة فى سائر العقود والإخبارات والإنشاءات ليس بحجة شرعية , فقد ذكر الأئمة أن الكتابة كناية فتنعقد بها نحو الوصية مع النية ولو من ناطق. اهـ الفقه على مذاهب الأربعة الجزء : 3 صـ :100 الشافعية : وإذا وقع العاقدان على عقد مكتوب كالمتعارف فى زماننا فإنه يصح ويقوم التوقيع على المكتوب مقام التلفظ بالصيغة ويكون من باب الكناية. ومثل ذلك كل عقد مكتوب فالكتابة تقوم مقام الصيغة اللفظية على أنها من باب الكناية . اهـ
(المغني لابن قدامة – الجزء الخامس.)
( ٣٧٤٣ ) فصل : ولا تصح الوكالة إلا بالإيجاب والقبول ; لأنه عقد تعلق به حق كل واحد منهما ، فافتقر إلى الإيجاب والقبول ، كالبيع . ويجوز الإيجاب بكل لفظ دل على الإذن ، نحو أن يأمره بفعل شيء ، أو يقول : أذنت لك في فعله { . فإن النبي صلى الله عليه وسلم وكل عروة بن الجعد في شراء شاة { بلفظ الشراء ، وقال الله تعالى ، مخبرا عن أهل الكهف أنهم قالوا : { فابعثوا أحدكم بورقكم هذه إلى المدينة فلينظر أيها أزكى طعاما فليأتكم برزق منه } .
ولأنه لفظ دال على الإذن ، فجرى مجرىقوله : وكلتك .
2️⃣Boleh yang menikahkan wali hakim, karena sudah melebihi dua marhalah walaupun ada wali namun walinya Ghaib atau jauh apalagi lintas Negara ( Indonesi-Singapura) maka alternatif untuk bisa menikahkan satu-satunya adalah wali Hakim.
Kenapa harus wali hakim Karena wali hakim diangkat oleh pemerintah secara rismi yang diberi mandat atau wewenang untuk menikahkan wanita yang tidak punya wali nikah, namun dengan syarat wali hakim harus berada diwilahnya tempat dia bertugas( bekerja) bukan didaerah lain.Artinya jika wanita dari Malang kemudian berada Singapura maka wali hakimnya harus wakim yang berada disingapure ( Kepala KUA yang berada dikecamatan setempat / Singapura) bukan daerah lain ( Malang ) maka tidak boleh. Sesuai dengan hadits:
فَإِنَّ السُّلْطَانَ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ
Artinya, “Sungguh penguasa adalah wali bagi perempuan yang tidak memiliki wali,” (HR. Ahmad).
Namun jika Wali hakim diwilayah setempat meminta bayaran untuk menikahkan maka boleh kedua pempelai mengangkat Wali muhakkam walaupun bukan diwilayahnya perempuan yang akan menikah.
Dengan demikian berbeda antara wali hakim dan walimuhakkan perbedaannya adalah:
Wali Hakim adalah orang yang diangkat oleh pemerintah secara rismi yang punya wewenang untuk menikahkan orang perempuan yang tidak punya wali dengan syarat harus menikahkan didaerahnya sendiri. Sehingga perempuan yang dinikahkan oleh wali hakim sah secara agama maupun pemerintah.
Sedangkan Muhakkam adalah orang yang diangkat oleh kedua pempelai laki-laki dan perempuan dengan syarat harus mujtahid atau walaupun tidak mujtahid yang penting adil walaupun bukan didaerahnya perempuan.( berada diderah lain/tidak terikat dengan wilayah ).
Artinya jika wali hakim harus diwilayah setempat ( tempat bertugas ) yang bisa menikahkan. Sedangkan Wali muhakkam boleh walaupun bukan diwilayahnya perempuan dan hukum akad nikahnya sah menurut agama namun tidak sah menurut pemerintah.
Referensi:
الموسوعة الفقهية – ٣٣٥/٣١٩٤٩
اتحاد المجلس في عقد النكاح:
١٥ – للعلماء في ارتباط الإيجاب بالقبول في عقد النكاح مع اتحاد المجلس ثلاثة آراء:
الأول: اشتراط اتحاد المجلس، فلو اختلف المجلس لم ينعقد كما لو أوجب أحدهما فقام الآخر أو اشتغل بعمل آخر، ولا يشترط فيه الفور.
وهو مذهب الحنفية، وهو الصحيح عند
الحنابلة، وهو ما في المعيار عن الباجي من المالكية (١) .
الثاني: اشتراط الفورية بين الإيجاب والقبول في المجلس الواحد، وهو قول المالكية عدا ما تقدم عن الباجي، وهو قول الشافعية، غير أنهم اغتفروا فيه الفاصل اليسير. وضبط القفال الفاصل الكثير بأن يكون زمنا لو سكتا فيه لخرج الجواب عن كونه جوابا. والأولى ضبطه بالعرف (٢) .
الثالث: صحة العقد مع اختلاف المجلس، وهو رواية للحنابلة. وعليها لا يبطل النكاح مع التفرق (٣) .
وهذا كله عند اتحاد المجلس الحقيقي، أما مع اتحاد المجلس الحكمي فلا يختلف الأمر عند الحنفية في اشتراط القبول في مجلس العلم، وهو الصحيح عند الحنابلة (٤) .
واشترط المالكية الفورية في الإيجاب حين العلم (٥) . والصحيح عند الشافعية أنه لا ينعقد النكاح بالكتابة. وكذلك إن كان الزوج غائبا وبلغه الإيجاب من ولي الزوجة. وإذا صححنا في المسألتين فيشترط القبول في مجلس بلوغ الخبر وعلى الفور (٦) .
بغية المسترشدين ص ٢٠٧ – ٢٠٨
(مسألة: ب ش):
الحال في مسألة التحكيم أن تحكيم المجتهد في غير نحو عقوبة لله تعالى جائز مطلقاً، أي ولو مع وجود القاضي المجتهد، كتحكيم الفقيه غير المجتهد مع فقد القاضي المجتهد، وتحكيم العدل مع قد القاضي أصلاً أو طلبه مالاً وإن قل، لا مع وجوده ولو غير أهل بمسافة العدوى، وكذا فوقها إن شملت ولايته بلد المرأة، بناء على وجوب إحضار الخصم من ذلك الذي رجح الإمام الغزالي والمنهاج وأصله عدمه، ولا بد من لفظ من المحكمين كالزوجين في التحكيم كقول كل: حكمتك لتعقد لي أو في تزويجي، أو أذنت لك فيه، أو زوجني من فلانة أو فلان، وكذا وكلتك على الأصح في نظيره من الإذن للولي، بل يكفي سكوت البكر بعد قوله لها: حكميني أو حكمت فلاناً في تزويجك، ويشترط رضا الخصمين بالمحكم إلى صاحب الحكم لا فقد الولي الخاص، بل يجوز مع غيبته على المعتمد كما اختاره الأذرعي، ولا كون المحكم من أهل بلد المرأة ، فلو حكمت امرأة باليمن رجلاً بمكة فزوّجها هناك من خاطبها صح وإن لم تنتقل إليه ، نعم هو أولى لأن ولايته عليها ليست مقيدة بمحل، وبه فارق القاضي فإنه لا يزوج إلا من محل ولايته فقط ، بل لو قالت: حكَّمتك تزوجني من فلان بمحل كذا لم يتعين إلا إن قالت: ولا تزوِّج في غيره
:(مسألة: ي)
غاب وليها مرحلتين ولم يكن ثم قاض صحيح الولاية بأن يكون عدلاً فقيهاً، أو ولاه ذو شوكة مع علمه بحاله بمسافة القصر حكَّمت هي والزوج عدلاً يقول كل منهما: حكمتك تزوجني من فلانة أو فلان، ولا بد من قبول المحكم على المعتمد ثم تأذن له في تزويجها، ويجوز تحكيم الفقيه العدل ولو مع وجود القاضي كغير الفقيه مع عدمه بمحل المرأة ولو مع وجود فقيه
Referensi:
الفتوى الشرعية.ص ١٨٣
عقد الزواج اذا ستوفى أركانه وشروطه تحل به المعاشرة بين الزوجين ، وليس من شرائطه الشرعية اثباته كتابة فى وثيقة رسمية ولاغير رسمية، وإنما التوثيق لدى المأذون أو الموظف المختص نظام اجابته اللواح والقوانين الخاصة بالمحاكم الشرعية خشية الجحود وحفظا للحقوق وحذرت من مخالفته لما له من النتائج الخطيرة عند الجحود. والله أعلم بالصواب