DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
Bahtsul Masail Muamalat Uncategorized

UJIAN DAN SIKAP ULAMA TERHADAP CACIAN DAN HINAAN ORANG-ORANG YANG BODOH

UJIAN DAN SIKAP ULAMA TERHADAP CACIAN DAN HINAAN ORANG-ORANG YANG BODOH

Assalamualaikum

Lansung saja saya bertanya Kiyai

Bagaimanakah sikap ulama kita jika dihina dan dicaci oleh orang-orang yang bodoh

Waalaikum salam.

Tanggapan sekaligus sebagai jawaban.

Di antara ujian dan cobaan ulama yang akan diangkat derajatnya lebih tinggi oleh Allah SWT dan menjadikan motivasi bermanfaat dan barokah ilmunya adalah mereka yang diuji dengan penghinaan dan cacian para sufaha’ (orang-orang bodoh/kurang akal). Bahkan mungkin bisa kita katakan, belum bisa dikatakan ulama sejati jika belum pernah diuji dengan hinaan, cacian dan kata-kata buruk dari para sufaha’. Maka sikap bagi sang ulama, ujian dan cobaan , cacian kata-kata buruk tersebut malah dijadikan semacam “kabar gembira” yang membuatnya semakin optimis bahwa Allah berkehendak untuk mencintai dan menaikkan derajatnya di sisi-Nya lebih tinggi lagi.Hal ini juga sejalan dengan hadis riwayat Abu Hurairah.


إِذا أحَبَّ الله عَبْداً ابْتَلاهُ لِيَسْمَعَ تَضَرُّعَهُ

Ketika Allah mencintai hamba-Nya, maka ia akan mengujinya dengan cobaan supaya Allah dapat mendengar tadaruk hamba-Nya (HR Baihaqi).
Senada dengan hadis ini, Imam al-Ghazali mengatakan demikian, sebagaimana dikutip al-Munawi dalam Faidhul Qadir.

ولهذا تراه يكثر ابتلاء أوليائه وأصفيائه الذين هم أعز عباده وإذا رأيت الله عز وجل يحبس عنك الدنيا ويكثر عليك الشدائد والبلوى فاعلم أنك عزيز عنده وأنك عنده بمكان يسلك بك طريق أوليائه وأصفيائه فإنه يراك ولا يحتاج إلى ذلك أما تسمع إلى قوله تعالى {واصبر لحكم ربك فإنك [ص:246] بأعيينا} بل اعرف منته عليك فيما يحفظ عليك من صلاتك وصلاحك ويكثر من أجورك وثوابك وينزلك منازل الأبرار والأخيار والأعزة عنده

Karena ini, kamu pasti seringkali melihat banyak wali dan hamba pilihan Allah itu banyak diuji, padahal mereka hamba-hamba paling mulia. Ketika Anda melihat Allah menahan duniamu, banyak cobaan dan musibah yang menimpamu, itu tandanya kamu itu mulia di sisi-Nya, sama seperti jalan yang dilalui para kekasih dan hamba pilihan Allah. Allah itu tahu keadaanmu, dan sebenarnya tidak butuh terhadap pengakuan Anda. Apakah kamu tidak pernah mendengar firman Allah, “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami” Seharusnya kamu pahami bahwa Allah itu memberikan anugerah padamu berupa shalat dan kebaikan yang selalu terjaga. Allah memberikan banyak pahala, ganjaran, dan kedudukan orang-orang baik, terpilih dan mulia di sisi-Nya.

Bagi hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas dan terus- menerus ( kontino) menggali ilmu dari sang ulama, karena hinaan dan cacian para sufaha’ itu sama sekali tidak akan berpengaruh menurunkan kemuliaan beliau.
Para sufaha’ adalah sekumpulan orang yang memang tidak mengerti kadar dirinya sendiri dan tidak pernah mau belajar tahu diri. Oleh karena itu betapa pentingnya mengenali diri agar tidak termasuk orang bodoh dan sesat, sebagaimana Sayyid Al-Qurdiy al-Irbiliy rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Tanwirul Quluub.

Ketahuilah bahwa mengetahui nafsu adalah merupakan perkara yang penting dari setiap perindividu manusia, kenapa demikian? karena sesungguhnya orang yang mengenal terhadap nafsunya (dirinya), maka sungguh ia mengenal Tuhannya. Artinya orang yang mengetahui dengan kerendahan /kehinaan dan ketidak mampuan dan kelemahan dan ketidak abadian dirinya ,maka dia mengetahui kepada kemuliaan dan kekuasaan Allah , dan barang siapa yang bodoh/tidak mengetahui terhadap dirinya, maka ia bodoh terhadap Tuhannya, oleh karena itu wajib atas orang yang berakal untuk menyingsingkan lengan bajunya dengan bersungguh-sungguhlah didalam mencari makrifah dan janganlah sampai terlambat dalam menuntut hal tersebut sebelum mati menjemputnya, dan ia adalah orang yang tertimpa musibah disebabkan karena kebodohannya, maka tidak ada jalan setelah kematian menuju penglihatan hati , Allah berfirman:

وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا (٧٢)


قوله تعالى : ومن كان في هذه أعمى أي في الدنيا عن الاعتبار وإبصار الحق فهو في الآخرة أي في أمر الآخرة .

Barang siapa didunia ini buta arttinya dari mengambil pelajaran dan melihat yang hak, maka ia diakhirat buta artinya didalam urusan akhirat, dan dia paling sesatnya jalan. ( Tafsir Al-Qurthubiy ).


Kemudian Ketahuilah bahwa sesungguhnya nafsu yang bersifat ketuhanan itu dia adalah ruh sebelum berhubungan dengan jasad , dan Allah sungguh telah menciptakan banyak ruh sebelum jasad, maka pada waktu itu dia tepat berada di sebelahnya yang haq dan kedekatannya, maka ketika yang hak memerintahkan agar ruh berhubungan dengan jasad, maka dia mengetahui kepada yang lain sementara dia sendiri terhalangi dari yang haq (Allah) itu dikarenakan disibukkannya dari Allah taala (hubungannya kepada Allah). Maka dari itu ia butuh adanya peringatan sebagaimana firman Allah:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (٥٥)


( وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين ) أي : إنما تنتفع بها القلوب المؤمنة

Dan berilah peringatan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat kepada orang-orang mukmin “( Tafsir Ibnu Katsir QS.Adzzariyat: 55 ) .

Nafsu itu adalah mutiara yang mulia (bersinar) pada badan, jika menyinari pada dhahirnya badan dan dalamnya (Dhahir batin)nya badan, maka dia berhasil bangun. Dan jika menyinari pada dalamnya badan tanpa luarnya badan, maka dia berhasil tertidur. Dan jika sinarnya terputus secara keseluruhan maka dia hasil mati/meninggal. Dan adapun asal muassal terjadinya setiap kemaksiatan, lupa dan syahwat/keinginan dan syirik itu adalah karena rela terhadap nafsu, ingatlah..!!! Apa kamu tidak melihat bahwa Firaun ketika ia rela dari nafsunya pada setiap kerelaan, maka ia enteng/ membangkang melampaui batas pada banyak kecongkaan, kesombongannya hingga ia sampai pada pengakuan ” Saya adalah Tuhan kamu yang Maha Tinggi. Dan adapun asal muassal timbulnya dari setiap ketaatan, dan menerima peringatan dan iffah/pemaaf dan musyahadah ( tersingkapnya tabir) itu adalah ketidak adanya kerelaan kepada nafsu, maka ketika itulah tidaklah ada sesuatu yang membawa manfaat (lebih bermanfaat) bagi para hamba dibandingkan dari pada mendidik jiwanya. Dan oleh karena itu ungkapan mengambil ibroh pengaruhnya nafsu itu adalah dengan bersungguh-sungguh.

Karena jika seseorang mengenali dirinya maka mereka tidak akan pernah mengetahui kadar keilmuan dan kemuliaan para ulama serta bagaimana memperlakukan mereka.
Kadar keilmuan ulama tentu saja diketahui sesama ulama. Dalam kitab-kitab biografi, akan didapati bagaimana para ulama ini akan saling memuji. Ulama yang benar-benar berilmu (setelah mengetahui ucapan atau tulisan ulama lain) akan bisa mengukur apakah kadar keilmuan ulama yang disaksikannya itu berada di bawahnya, di atasnya atau setara dengannya.

Ulama yang diiuji dengan ucapan hinaan dan dari para sufaha’ ini tidak hanya dialami oleh ulama kontemporer’, malah dialami oleh ulama-ulama besar yang kita kenal. Asy-Syafi’i umpamanya. Pengalaman beliau berinteraksi dengan orang-orang bodoh yang tak bijak ini di antaranya diungkapkan beliau dalam bait syairnya berikut ini,

( روائع الفكر )

قال الإمام الشافعي رحمه الله

Imam Syafi’i berkata:

يخاطبني السفيه بكل قبح


Orang yang bodoh berbicara denganku dengan segala umpatan keji dan keburukan.

فأكره أن أكون له مجيبا

Maka akupun tidak senang untuk menjawabnya.

يزيد سفاهة فأزيد حلماً.

Orang yang bodoh itu menambah terhadap perbuatan bodohnya.
Maka aku menambah terhadap helim(terhadap kesabaranku) (helim adalah kamu tidak menyiksa terhadap orang , yang mana orang itu membuatmu marah).

إذا نطق السفيه فلا تجبه

Jika orang bodoh berbicara kepadamu, maka janganlah kamu menjawabnya.

فخير من إجابته السكوت.

Maka lebih baik kamu diam, daripada kamu menjawab terhadap orang yang bodoh itu.

فإن كلمته فرجت عنه

Jika kamu menjawab terhadap orang bodoh, maka berarti kamu seperti orang yang melepaskan tali kekang kuda(sehingga orang yang bodoh itu semakin liar dan semakin bebas berbicara kasar kepadamu) .


وإن خليته كمداً يموت


Jika kamu meninggalkan terhadap orang bodoh itu,maka orang yang bodoh itu akan mati dalam situasi dan kondisi yang sangat susah.

Bahkan dalam satu riwayat, diceritakan oleh Ar-Romli dalam “Nihayatu Al-Muhtaj” bahwa Asy-Syafi’i dipukul oleh orang Maroko yang bermazhab Maliki karena jengkel akibat hujjahnya dipatahkan Asy-Syafi’i.
Imam Ath-Thobari, sejarawan dan mufassir besar yang terkenal dengan tafsir Ath-Thobari itu juga diuji dengan kata-kata keji para sufaha’. Beliau dituduh syiah dan mulhid/anti agama, sampai-sampai pada saat wafatnya jenazah beliau tidak boleh di kebumikan di pemakaman umum oleh orang-orang awam. akhirnya terpaksalah beliau dimakamkan di dalam rumahnya sendiri!

Imam Ash-Shon’ani, ulama besar yang terkenal dengan kitabnya yang berjudul “Subulu As-Salam” yang merupakan syarah “Bulughu Al-Marom” juga diuji dengan para sufaha’. Kata Az-Zirikli dalam Al-A’lam, Ash-Shon’ani mengalami cobaan berkali-kali dari kalangan juhala dan para awam.
Bukan hanya para sufaha’, kadang-kadang ulama juga harus merasakan pahitnya diuji dengan kedengkian dari orang yang dianggap berilmu. Dengki itu sering dibalut alasan-alasan yang kelihatan “syar’i” di mata awam. Malahan bisa dikatakan, sebagian besar kata-kata buruk yang terbit dari orang awam jahil itu justru berasal dari “teladan” dan restu para pendengki ini.
Tapi mutiara-tetaplah mutiara. Bagaimanapun adanya opini yang berusaha mencitrakan bahwa mutiara itu kotoran kerbau, maka Allah sendiri yang akan membela orang mulia dengan cara-Nya yang indah. Para ulama yang mulia itu selalu menjawab cemoohan, hinaan, tuduhan dan cacian orang-orang jahil maupun para pendengki dengan sikap sabar dan tidak membalas. Dengan demikian semakin terhinalah para penghina dan semakin mulialah para ulama itu.

رحمهم الله رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي الحبائب والعلماء الصالحين

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *