
Assalamualaikum
Deskripsi masalah.
Dalam waqiiyah dimasyarat bagi umat Islam dalam melakukan wudhu’ sudah lumrah ketika melafadhkan niat menggunanakan lafadh”
نويت الوضوء لرفع الحدث الأصغر فرضا لله تعالى “
Sedangkan dalam melakukan shalat menggunakan lafadh ” أصلى baik shalat sunnah maupun shalat fardhu’ .
Pertanyaannya
Kenapa beda antara Niat wudhu ” نويت ” fi’il madhi sedangkan niat didalam shalat memakai Fi’il mudhore’ ” أصلى” ?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Melafadhkan niat dalam shalat atau pun dalam wudhu’ hukumnya Sunnah, dengan tujuan untuk membantu hati, artinya walaupun tanpa melafadhkan niat dalam lisan hukumnya sah dengan catatan apa yang diniatkan dalam hati sesuai dengan apa yang dituju atau diperbuat. Maksud sesuai dengan apa yang diperbuat adalah semisal seseorang yang ingin melaksanakan shalat dhuhur maka dalam hatinya harus menyertakan shalat Dhuhur bukan sebaliknya maka jika yang akan dilakukan shalat dhuhur sementara niatnya shalat asar maka dalam hal ini tidak sah.
Berbeda dengan seseorang yang ingin melaksanakan shalat dhuhur dengan melafadhkan shalat Ashar ( dalam lisan ) akan tetapi dalam hatinya shalat dhuhur maka hukumnya sah karena yang dihitung apa yang diniatkan dalam hati sebagai tempatnya niat yang sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Karena syarat sahnya niat dalam shalat itu niat dalam hati, ta’yin ( menentukan apa yang dituju semisal shalat dhuhur maka harus menyertakan dhuhur , kemudian menyertakan ” Fardu” jika yang dilakukan fardu tetapi jika yang dilakukan sunnah maka syaratnya dua yaitu niat/menyengaja harus menyertakan ta’yin . Akan tetapi jika yang dilakukan shalat sunnah muthlak maka syaratnya cuma satu yaitu al-Qoshdu/menyengaja.
Lalu bagai mana terkait persoalan dalam deskripsi si? Yakni dalam niat wudhu ” menggunakan ” نويت ” fi’iel madhi, sedangkan dalam shalat niatnya memakai fi’il mudhore’ أصلي ?
Jawabannya.
Sebenarnya ucapan niat dalam segala hal ( cara melafadhkan niat itu sama Yaitu diawali dengan نويت ) namun niat dalam sholat sebagian orang tidak dilafadhkan نويت langsung أصلي membuang lafadh نويت Namun diucapkan dalam hati karena cara melafadhnya orang berbeda-beda, namun yang terpenting adalah persyaratan niat itu harus terpenuhi sesuai dengan tujuan yaitu:
NIAT DALAM HATI ( MENYEGAJA ), TA’YIN DAN FARDIYAH ( Niat menentukan sholat semisal dhuhur/asar dan Fardhu)
Jadi kesimpulan
Ucapan niat dalam wudhu dan dalam sholat sebenarnya sama hanya saja niat wudhu’ dilafadhkan (diucapkan dengan lisan ) sedangkan niat shalat diucapkan dalam hati, namun sunnah melafalkan niat dalam lisan guna untuk membantu niat dalam hati . Artinya walaupun tidak melafadhkan niat dalam lisan sah yang penting diniatkan dalam hati sesuai dengan apa yang dituju/tujuan atau yang dimaksud.
Berikut dalil tentang niat Sabda Rasulullah SAW. :
“انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى رواه البخارى
Artinya:“Segala sesuatu tergantung pada niatnya, dan apa yang didapatkan ialah apa yang telah diniatkan.” (HR. Bukhari).
Kaidah:
الامور بمقاصدها
Segala sesuatu tergantung pada tujuannya. Contoh: Diwajibkannya niat dalam berwudhu, mandi, shalat dan puasa.
Kaidah:
ما يشترط فيه التعين فالخطأ فيه مبطل
Sesuatu yang memerlukan penjelasan, maka kesalahan dalam memberikan penjelasan menyebabkan batal.
Contoh: Seseorang yang ingin melakukan shalat dhuhur dengan niat ‘ashar atau sebaliknya, maka shalatnya tersebut tidak sah.
Referensi
Lihat dalam kitab tanwirul qulub.hal:130
فصل أركان الصلاة سبعة عشر اولها( النية) ومحلها القلب ويجب أن تكون مقرونة بتكبيرة الإحرام فإذا كانت الصلاة فرضا فشروطها ثلاثة : ( القصد ) وهو أن يقصد هيئة الصلاة ( والتعيين) بأن يعينها باسمها من كونها مغربا أو عشاء مثلا ( ونية الفرضية ) بأن يصف الصلاة بالفرض ، وإن كانت نفلا معينا كالرواتب فلها شرطان : القصد والتعيين ، وإن كانت نفلا مطلقا فلها شرط واحد وهو القصد فقط ، ويسن النطق بالمنوي ونية الأداء أو القضاء والإضافة إلى الله والاستقبال وبعدد الركعات بأن يقول نويت أن أصلي فرض الظهر أداء لله تعالى مستقبل القبلة أربع ركعات الله أكبر
.. الخ
Adapun Persoalan penglafalan dalam niat berbeda-beda yang terpenting adalah niat ( hasrat/menyengaja), ta’yin dan fardiyah harus ada jika yang dilakukan shalat fardhu jika shalat sunnah maka harus menyertakan ta’yin tetapi jika sunnah muthlak maka cukup satu syarat yaitu القصد berhasrat/menyengaja
Contoh lain
نويت أن أ صلي فرض الظهر أربع ركعات آداء مستقبل القبلة لله تعالى الله أكبر
نويت أن أصلي فرض الظهر أداء لله تعالى مستقبل القبلة أربع ركعات الله أكبر