BANGUN TIDUR CELANA /SARUNG BASAH TANPA MIMPI KELUAR MANI, WAJIBKAH ADUS/ MANDI?.
Assalamualaikum.
Deskripsi masalah.
Pada suatu malam saya tidur kemudian bangunnya saya temukan celana saya basah entah apa itu mazdi atau mani.
Tapi saya anggap itu bukan mani karena saya merasa tidak bermimpi jima’, karena saya tidak mimpi keluar mani maka saya cuman ambil wudhu dan kemudian saya sholat.
Pertanyaan nya.
Apakah anggapan saya itu bisa dibenarkan mohon penjelasannya juga antara keluarnya madza wadzi dan mani?
Untuk mentukan sangkaan ( anggapan) itu bisa dibenarkan sehingga dapat menyimpulkan wajib dan tidaknya seseorang mandi wajib ketika menemukan cairan yang membasahi sarungnya atau celananya ketika bangun tidur sementara dia tidak merasakan bermimpi keluar mani, maka dia harus melihat tanda-tanda mani dan sifatnya yaitu:
✔️keluar disertai syahwat (kenikmatan).
✔️ keluar dengan tersendat-sendat.
✔️jika basah baunya mirip adonan kue dan jika kering mirip putih telur.
Jika didapatkan salah satu dari tiga ciri di atas, diyakini cairan itu maninya sendiri, maka ia wajib mandi. Hal ini berlaku pada laki-laki dan perempuan dengan merujuk pada sebuah hadits riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya:
إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ
“Sesungguhnya mandi itu karena keluar air (mani)” (HR. Muslim)
Dari hadis ini sebenarnya sudah jelas bahwa kewajiban mandi wajib/junub bukan karena mimpinya, melainkan karena keluarnya mani. Hal ini juga diperjelas oleh Mustafa al-Khin dan Mustafa al-Bugha dalam kitabnya, al-Fiqh al-Manhaji ala Madzhabi Imam as-Syafii, dengan mengutip hadis riwayat Abu Dawud berikut:
عن عائشة رضي الله عنها قالت سئل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – عن الرجل يجد البلل ولا يذكر احتلاماً؟ فقال ” يغتسل “. وعن الرجل يرى أن قد احتلم ولا يجد البلل؟ فقال: ” لا غسل عليه “. فقالت أم سليم: المرأة ترى ذلك، أعليها غسل؟ قال ” نعم ” النساء شقائق الرجال
“Dari Aisyah Ra. berkata bahwa Rasul pernah ditanyai oleh seorang laki-laki yang mendapati bajunya basah, dan ia tidak merasa ihtilam (mimpi melakukan hubungan seksual), kemudian Rasul menjawab, “Mandi.” Serta ada orang lain yang bertanya bahwa ia berihtilam, tapi tidak mendapati bajunya basah. Kemudian Rasul menjawab, “Tidak wajib mandi.” Kemudian Ummu Salamah bertanya, “Apakah perempuan saat seperti itu, apakah wajib mandi wahai Rasul?” Rasul pun menjawab, “Iya, karena perempuan menyerupai laki-laki.”
Sehingga bagi orang yang tidur, baik bermimpi ataupun tidak, tapi jika ia mengeluarkan mani, maka ia diwajibkan mandi.
Namun jika tiada-tanda bahwa yang basah itu bukan mani maka tidak wajib mandi berikut rincian Tanda dan perbedaan mani, madzi dan wadi.
MANI adalah cairan putih keluar dengan tersendat-sendat disertai syahwat serta menyebabkan loyo setelah keluarnya.
Hukumnya suci dan wajib mandi. Ciri-ciri mani ada 3, yaitu :
– keluar disertai syahwat (kenikmatan).
– keluar dengan tersendat-sendat.
– jika basah baunya mirip adonan kue dan jika kering mirip putih telur.
Jika didapatkan salah satu dari tiga ciri di atas, maka disebut mani. Hal ini berlaku pada laki-laki dan perempuan.
MADZI adalah cairan putih lembut dan licin keluar pada permulaan bergejolaknya syahwat. Istilah madzi untuk laki-laki, namun jika keluar dari perempuan dinamakan QUDZA.
Hukumnya najis dan membatalkan wudhu tapi tidak wajib mandi.
WADI adalah cairan putih keruh dan kental, keluar setelah melaksanakan kencing atau ketika mengangkat beban berat.
Hukumnya seperti madzi yaitu najis dan membatalkan wudhu’ tapi tidak wajib mandi.
KESIMPULAN :
- Jika cairan keluar mengandung salah satu ciri-ciri mani, maka dihukumi mani. Namun jika tidak ada dan keluarnya pada mulai gejolaknya syahwat atau sesudah syahwat, maka dihukumi madzi.
- Jika ragu yang keluar mani atau madzi ?, maka boleh memilih antara menjadikannya mani sehingga wajib mandi, atau menjadikannya madzi sehingga hukumnya najis, tidak wajib mandi namun batal wudhu’nya. Paling afdholnya menggabung keduanya yaitu mandi janabah dan menyucikan tempat yang terkena cairan tersebut.
- .Wanita juga mengeluarkan mani dengan ciri-ciri sebagaimana di atas. Namun menurut imam Al-Ghozali, mani wanita hanya bercirikan keluar disertai syahwat (kenikmatan).
التقريرات االسديدة في المسائل المفيدة ص ١١٥-١١٦
الفرق بين المني والمذي والودي :
المني : ماء أبيض يتدفق حال خروجه ويخرج بشهوة ويعقب خروجه فتور.
المذي : ماء أبيض رقيق لزج يخرج عند ثوران الشهوة بلا شهوة كاملة
الودي : ماء أبيض ثخين كدر يخرج بعد البول أو عند حمل شيئ ثقيل
الحكم عند خروج أحدها :
المني يوجب الغسل ولا ينقض الوضوء وهو طاهر
المذي والودي حكمهما كالبول فينقضان الوضوء وهما نجسان
علامة المني يجب الغسل إذا وجدت إحدى هذه العلامات ولا يشترط كلها والمرأة مثل الرجل في ذلك وهي ثلاثة :
١. التلذذ بخروجه أي يخرج بشهوة
٢. التدفق أي يخرج على دفعات
٣. الرائحة إذا كان رطبا كرائحة العجين أو الطلع ، وإذا كان جافا كرائحة بياض البيض
فليس من علامات المني كونه أبيضا أو يعقب خروجه فتور ولكن هذا على سبيل الغالب
كما قال صاحب صفوة الزبد :
ويعرف المني باللذة حين # خروجه وريح طلع أو عجن
مسألة : إذا شك هل الخارج مني ام مذي فما الحكم؟ يتخير فإن شاء جعله منيا فيجب عليه الغسل وإن شاء جعله مذيا فينتقض وضوؤه ويجب غسل ما أصابه منه والأفضل أن يجمع بينهما فيغتسل ويغسل ما اصابه منه .والله أعلم بالصواب