DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

MUSIBAH SEBAGAI PENGGUGUR DOSA-DOSA

MUSIBAH SEBAGAI PENGUGUR/PENGHAPUS DOSA

Assalaamu alaikum werohmatullaahi. weberokaatuh….

Deskripsi masalah.
Saya Ahmad Sayuthiy pernah menemukan keterangan dalam sebuah video atau gambar yang bertuliskan orang yang terkena musibah baik badan sakit atau susah dll.diminggu terakhir bulan ramadhon dapat menggugurkan dosa-dosa .

Pertanyaannya.
Benarkah orang yang terkena musibah berupa sakit dapat mengukuhkan dosa ? Kalau benar dikitab apa, keterangannya, mohon jawabannya.

Waalaikum salam.
Jawaban.
Benar jika seseorang terkena musibah berupa sakit dan ia sabar maka Allah akan mengampuni dosa dosanya, illatnya karena sakitnya sebaliknya jika tidak sabar maka Allahpun murka terhadapnya. Oleh karenanya seseorang muslim harus yakin bahwa semua ujian dan cobaan atau musibah itu adalah bagian dari takdir Allah yang harus diterima dengan sabar, ridha dan syukur.
Kewajiban menerima segala ujian dan cobaan yang Allah berikan dengan kepasrahan dan keridhaan dan larangan menghadapi ujian dengan menggerutu dan berkeluh kesah. Karena bagaimanapun juga Ujian dan cobaan atau musibah adalah sebagai penggugur dosa sebagaimana Allah mengugurkan daun-daun dari pohonya sekaligus sebagai ladang pahala baginya dengan syarat diterima dengan sabar. Dalam satu riwayat jika datang demam ( panas) pada diri seorang yang mukmin maka berserulah ruh didalam dirinya, lalu dia berkata Wahai demam ( sakit panas ) apa yang engkau inginkan dari diri ( jiwa )orang yang mukmin ini ? Maka Demam berkata :” Wahai Ruh yang baik sesungguhnya dirimu (jiwamu ) ini telah suci sedangkan kotorannya adalah banyak-banyak dosa dan kesalahan maka saya telah mensucikannya lalu ruh menjawabnya dengan kerendahan hati tiga kali bersihkanlah bersihkan bersihkanlah. …lihat keterangan ini dalam kitab Tanbihul Ghafilin.
Dalam hadits disebutkan:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَة

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seorang yang beriman sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mencatatnya sebagai satu kebaikan untuknya dan mengampuni dosa dosanya” [HR. Muslim, no. 4669]
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573).

Luasnya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba hamba-Nya yang beriman dengan menjadikan ujian dan musibah itu sebagai penebus dosa dan penambah pahala.

دقائق الأخبار

{ الباب الرابع عشر فى ذكر الصبر على المصيبة }
روى عن إبن عباس رضي الله عنهما أنه قال عليه السلام أول ما كتب بالقلم فى اللوح المحفوظ بأمر الله تعالى اِنِّى انَا اللّهُ لآَاِلَهَ اِلَّا اَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدِى وَرَ سُوْلِى وَخِيْرَتىِ مِنْ خَلْقِى مَنِ اسْتَلَمَ لِقَضَائىِ وَصَبَرَ عَلىَ بَلَائىِ وَشَكَرَ لِنَعْمَائىِ أَكْتُبُهُ صِدِّيْقًا وَأَبْعَثُهُ مَعَ الصِّدِّ يقِيْنَ يَوْمَ االقِيَامَةِ وَأَدْخِلُهُ الجَنةَ وَمَنْ لَمْ يَسْتَلِمْ لِقَضَائىِ وَلَمْ يَصبِرْعَلى بَلَائىِ وَلَمْ يَشْكُرْ عَلىَ نَعْمَائىِ فَالْيَخْرُجْ مِنْ تَحْتِ سَمَائىِ وَالْيَطْلُبْ رَبًّا سِوَائىِ. *قال الفقيه رحمه الله الصبر على البلاء وذكر الله عند المصيبة مما يجب على الإنسان لأنه اذا ذكر الله فى ذلك المكان كان رضامن بقضاء الله وترغيما للشيطان وقال علي بن أبي طالب ك رم الله وجهه الصبر على ثلاثة أوجه الأول الصبر على الطاعة والثاني الصبر على المعصية والثالث الصبر على المصيبة فمن صبر على الطاعة أعطاه الله تعالى مائة درجة كل درجة مابين ال سماء والأرض ومن صبر على المعصية أعطاه الله تعالى يوم القيامة ستمائة درجة كل درجة مابين السماء والأرض ومن صبر على المصيبة أعطاه الله تعالى أجره بغير حساب


Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda, “Permulaan yang ditulis dengan kalam di Lauh Mahfudz atas perintah Allah SWT. adalah : “Sesungguhnya AKUlah Allah, tiada Tuhan selain AKU Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-KU. Pilihan-KU adalah siapa saja yang pasrah atas ketentuan takdir-KU, bersabar atas balakKU dan bersyukur atas semua nikmat-KU. AKU tulis dia golongan orang-orang yang jujur dan AKU bangunkan dia bersama orang-orang yang jujur pada hari kiamat dan AKU masukkan dia ke surga. Dan barangsiapa tidak pasrah terhadap ketentuan takdir-KU dan tidak bersabar atas balakKU serta tidak bersyukur aras semua nikmat-KU, maka sebaiknya dia keluar dari bawah kolong langit lalu carilah Tuhan selain AKU.”
Al Faqih Rahimahullah Ta’ala berkata : “Bersabar atas suatu musibah dan ingat kepada Allah ketika tertimpa kesulitan adalah sesuatu yang wajib atas semua manusia. Karena manusia itu apabila mengingat Allah tatkala tertimpa musibah berarti dia ridho atas ketentuan takdir Allah dan memutuskan harapan syetan.”
Ali Ibnu Abi Thalib KaromAllahu Wajhah, berkata : “Sabar itu terdiri dari tiga unsur, yang pertama yaitu sabar atas ketaatan, kedua sabar atas kemaksiatan, dan ketiga sabar atas musibah. Barang siapa yang sabar atas ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka Allah beri dia seratus derajat dan setiap derajat sama dengan apa yang ada di langit dan di bumi. Barang siapa yang bersabar dari berbuat maksiat, maka Allah beri dia itu enam ratus derajat pada hari kiamat dan setiap derajat sama dengan apa yang ada di antara langit dan bumi. Dan barang siapa yang sabar atas musibah Allah SWT. berikan dia itu pahalanya tanpa perhitungan sedikitpun.”

باب فضل المريض وعيادة المريض .ص ١٩١
( قال الفقيه)

ابوالليث السمرقندى رحمه الله حدثنا أبو الحسن القاسم بن محمد بن روزبة حدثنا عيسى بن خشنام حدثنا سويد بن مالك عن زيد بن أسلم عن عطاء بن ياسر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا مرض العبد بعث الله ملكين فقال انظر ماذا يقول عبدي لعواده فإن هو جاؤه حمد الله رفع ذلك إلى الله عز وجل وهو أعلم فيقول الله قولا لعبدي ان أناتوفيه أدخله الجنة وإن شفيته بدلت له لحما خيرا من لحمه ودما خيرا من دمه وان أكفر عنه سيآته ( قال) حدثنا محمد بن الفضل حدثنا محمد بن جعفر حدثنا إبراهيم ابن يوسف حدثنا أبو معاوية عن الأعمش عن عمارة بن عمير عن سعيد ابن وهب قال دخلت مع سلمان الفارسي رضى الله تعالى عنه على صديق له فقال سلمان أن الله تعالى يبتلى عبده المؤمن بالبلاء ثم يعافيه فيكون كفارة لماماضى ومستعتبالما بقى وان الله ليبتلي عبده الفاجر بالبلاء ثم يعافيه فيكون كالبعير الذي عقله أهله ثم أطلقوه لايدري فيم عقلوه ولافيم أطلقوه ( وبهذا الاسناد) عن الأعمال عن إبراهيم ألتيمى عن الحرث بن سويد عن إبن مسعود رضى الله تعالى عنهم قال دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يعوك وعكاشديدا فمسته فقلت إنك لتوعك وعكاشديدافقال أجل إني أوعك كمايوعك رجلان منكم فقلت أنك أجرين قال نعم والذي نفسي بيده ماعلى الأرض مسلم يصيبه مرض فماسواه إلا حط الله عنه خطاياه كماتخط الشجرة ورقها (قال) حدثنا أبو بلال الأشعري عن سليمان النهدي عن أبي عثمان النهدى عن سلمان الفارسي رضى الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه إذا جاء الحمى للنفس المؤمنة فتنادى بها الروح من جوف النفس فتقول أيتها الحمى ماتريدين من هذا النفس المؤمنة فتجيبها الحمى فتقول أيتهاالروح الطيبة ان نفسك هذه كانت طاهرة فتقذرتها الذنوب والخطايا فأنا أطهر ها فتجيبها الروح أدنى ثلاث مرات فطهريها وعن جعفر بن برقان عن شيخ عن رجل من المهاجرين أنه عاد مريضا فقال بلغنى أن للمريض فى مرضه أربع خصال يرفع عنه القلم ويجرى له من الأجر مثل الذي كان يعمل وهو صحيح ويتبع كل خطيئة فى مفاصله فيستخرجها فإن مات مغفورا له وإن عاش مغفورا له …..

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bâhiliy, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى مَلَكِهِ أَنِ اكْتُبْ لِعَبْدِي أَجْرَ مَا كَانَ يَعْمَلُ فِي الصِّحَّةِ وَالرَّخَاءِ إِذْ شَغَلْتُهُ، فَيَكْتُبُ لَهُ

Artinya: Jika ada hamba beriman yang sakit, Allah memberikan wahyu kepada malaikat-Nya ‘tulislah untuk hambaku pahala sebagaimana pahala atas amal yang ia kerjakan saat sehat sejahtera ketika aku membuat dia sibuk.’ Lalu malaikat kemudian mencatatnya. (At-Targhîb fî Fadlâilil A’mâl: 397)

Di hadits lain dikisahkan, ketika ada orang mukmin sakit, sebelum ia menderita atas sakit yang datang menimpa, Allah sudah menyuruh empat malaikat terlebih dahulu mendatangi hamba yang akan sakit tersebut. 

Allah menugaskan satu malaikat untuk menyedot kekuatan tubuh seseorang sehingga ia berubah menjadi lemah. Malaikat kedua diperintah untuk menyedot perasaan lezat di mulut seseorang sehingga ia tiba-tiba menjadi tidak enak saat makan apapun. 

Malaikat ketiga ditugaskan untuk mengambil cahaya wajah seseorang tersebut. Maka orang yang dicabut nur wajahnya, mukanya menjadi pucat pasi. Dan yang keempat, Allah mengutus malaikat yang satunya untuk mengambil dosa-dosa orang yang sakit sehingga ia tidak lagi memiliki dosa. 

Pada saat Allah menghendaki seorang hamba yang sakit tersebut untuk kembali sehat, Allah menyuruh ketiga malaikat mengembalikan hal-hal yang sebelumnya ia ambil. Hanya saja, Allah tidak mengutus malaikat yang mengambil dosa untuk mengembalikannya. 

Malaikat pengambil dosa kemudian bersujud seraya melapor kepada Allah: Ya Allah, Engkau telah mengutus empat malaikat. Engkau suruh mereka untuk mengembalikan atas apa yang sebelumnya mereka ambil. Namun mengapa Engkau tidak menyuruh hamba-Mu ini untuk turut serta mengembalikan?

Allah SWT kemudian menjawab: Atas kemurahan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak mau mengembalikan dosa kepada ia setelah Aku membikin ia kepayahan.

Terus apa yang harus kami lakukan, Ya Allah? tanya malaikat.

Allah lalu memerintahkan: Pergilah kamu dan buanglah dosa-dosa dia ke lautan.

Malaikat pun menjalankan perintah Allah. Dan kesalahan-kesalahan itu berubah wujud menjadi aligator. Demikian Wallahu A’lam bisshowab
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

#TERKINI

#WARTA

#HUKUM