DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ALUMNI BATA-BATA

DPP IKABA

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ALUMNI BATA-BATA

Kategori
Bahtsul Masail Muamalat Uncategorized

HUTANG JANJI APAKAH TERMASUK HAQQUL ADAMIY

HUTANG JANJI APAKAH TERMASUK HAQQUL ADAMIY.

Assalamualaikum .

Deskripsi masalah.

Sebagaimana yang kita maklumi , bahwa salah satu negara paling demokratis di dunia,adalah Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri sekaligus tantangan dalam menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung dan serentak diseluruh wilayah sekaligus. Ini akan memberikan hak berdemokrasi kepada disetiap daerah, untuk memilih calon yang akan mengemban amanah baik menjadi DPR, DPD maupun presiden, Karena itu, masyarakat diharapkan aktif berpartisipasi menggunakan hak politik dan hak pilihnya agar pelaksanaan pesta demokrasi ini tidak sia-sia begitu saja. Keterlibatan ini bukan hanya dari segi ikut memilih, namun juga terlibat dalam pengawasan dan pemantauan agar pemimpin-pemimpin terbaik bisa dipilih murni dengan dukungan dari mayoritas rakyat di wilayahnya dengan secara JURDIL , Sehingga ke depan program pembangunan di daerah maupun pusat akan sesuai dengan aspirasi rakyat yang telah memilih pemimpin tersebut.Berdasarkan latar belakang tersebut misalkan ada salah satu hak pilih sekaligus tim sukses calon DPR atau Paslon Presiden Yang komitmen atau berjanji kepada pihak calon atau berjanji kepada Tim sukses bahwa dia akan membantu suara (hak pilih ),Namun sangat disayangkan sebelum pelaksanaan mendadak dia stroke sehingga tidak bisa memenuhi janjinya karena dia meninggal dunia.

Pertanyaanya.

Apakah seseorang yang berjanji membantu mencarikan suara (dalam pemilihan umum) kepada seseorang sementara orang tersebut meninggal dunia sebelum menunaikan janjinya termasuk haqqul adamiy..?

Waalaikum salam.

Jawaban.

Dalam ilmu filsafat manusia punya dua hubungan atau punya dua hak yang disebut dengan Haqqullah dan Haqqunnas, sedangkan dalam Ilmu fiqih disebut Haqqullah dan Haqqul Adamiy. Adapun haqqullah adalah sholat, puasa dll. Sedangkan haqqul adamiy (manunusi )terhadap manusia ada yang bersifat materi dan yang bersifat non materi, seperti seumpama janji, janji yang dimaksud janji yang diikat dan ber sifat umum yang mencakup janji kepada Allah dan janji manusia terhadap sesama manusia, maka keduanya hak yang diikat dengan janji wajib untuk dipenuhi, selama ia masih hidup.

Allah swt berfirman:

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَۗ خُذُوْا مَآ اٰتَيْنٰكُمْ بِقُوَّةٍ وَّاذْكُرُوْا مَا فِيْهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkatkan gunung (Tursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertakwa (Al Baqarah ayat 63).

Berbicara tentang janji memang sangatlah berat, karena yang terberat dalam menjalani hidup dan kehidupan adalah menepati janji, baik janji kepada Allah, janji kepada Rasulullah, janji kepada manusia, bahkan janji pada diri sendiri. Semua janji tersebut adalah hutang, yang semuanya akan menjadi tanggung jawab manusia, yang akan dimintai pertanggung jawabannya diakhirat.
Banyak orang menganggap janji adalah hutang. Tetapi orang terkadang terpaku pada hutang materi saja, sedangkan hutang janji adalah lebih berat ,apalagi hutang materi /uang ditumpang tindih dengan hutang jaji, terutama janji kepada Allah SWT ( Haqqullah ) .Sebagaimana dijilaskan dalam kitab ” MUNTKHABAT ” الوعد دين ” Janji itu adalah hutang. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا فَقَالَ « لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى»


Artinya: Pernah datang seorang lelaki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal sementara ia mempunyai utang puasa selama sebulan. Apakah aku harus meng-qadha atas nama dirinya?” Beliau balik bertanya, “Bagaimana pendapatmu sekiaranya ibumu mempunyai utang, apakah engkau akan melunasinya?”
Orang itu menjawab, “Iya”, jawabnya. Beliau bersabda, “Utang terhadap Allah lebih layak untuk dipenuhi.” (HR Muslim

Dalil ini memang terkhusus pada kasus puasa sebagai konsekwensi syahadat, janji untuk mentaati syariat, maka puasa menjadi janji yang harus dijalankan, ketika ditinggalkan maka menjadi hutang.
Maka makna umumnya semua perinta Allah adalah janji yang harus dijalankan, jika ditinggalkan secara senagaja maka menjadi hutang yang harus dibayar, atau jika tidak diselesaikan di dunia maka diakhirat akan dihisab.

Janji kepada Allah SWT ini konteks ayat 63 surat Al Baqarah, ketika Bani Israil mencoba ingkar janji, maka Allah SWT angkat gunung Tursina dengan kekuasaan Nya, sehingga mereka mau mengakui janjinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengingatkan Bani Israil akan apa yang telah Dia ambil dari mereka berupa janji-janji dan ikrar untuk beriman hanya kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya, dan mau mengikuti rasul-rasul-Nya. Allah menceritakan bahwa ketika Dia mengambil janji dari mereka, maka Dia angkat gunung itu di atas mereka agar mereka mau mengakui apa yang disumpahkan kepada mereka, mengambilnya dengan sekuat tenaga, dan bertekad untuk melaksanakannya. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:

{وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}

Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka), “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepada kalian, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A’raf: 171)
Kondisi ini karena memang Bani Israil sangat luar biasa kebiasaan ingkarnya akan janji janji Allah SWT.
Manusia hidup hakikatnya diikat oleh janji, sebagai seorang hamba dia diikat dengan janji Allah SWT, sebagai umat dia diikat dengan janji kenabian, sebagai makhluk sosial dia diikat dengan janji kemasyarakatan. Maka konsisten akan janji yang sesuai dengan aturan Allah SWT adalah indikasi ketakwaan.
Kemakmuran dan kedamaian dunia akan terwujud jika janji janji itu dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi kerusakan akan nampak jika janji sudah dikhianati.
Sebuah bangsa akan menjadi maju, jika para pemimpin dan rakyatnya menepati ikatan janji yang telah menjadi kesepakatan bersama.Oleh karena itu penuhilah janji itu karena janji itu adalah hutang sebelum dituntut atau dimintai pertanggug jawabannya besok diakhirat agar tidak termasuk orang yang bagkrut maka penuhilah janji-janji tersebut.

Dari penjelasan diatas dàpat disimpulkan bahwa janji adalah hutang karena termasuk haqqullah dan haqqul Adami, dan haqqulah tidak bisa terselesaikan kecuali dengan memenuhinya, dan bertobat kepada Allah terkait hak-hak-Nya yang ditinggalkan atau dilanggar dengan mengqodlo’ dan beristighfar sebanyak-banyaknya dan beriktikad tidak akan pernah mengulangi dosa dan maksiat lagi. Begitu juga haqqul Adami yaitu dosa yang berkenaan dengan hak sesama manusia baik yang berbentuk materi hutang piutang ingkar janji dan lain-lain, semuanya tidak bisa terselesaikan kecuali dengan membayarnya atau mengembalikan apa yang menjadi haknya dan meminta maaf terlebih dahulu kepada yang bersangkutan, jika yang bersangkutan memaafkan maka Allah juga akan memaafkannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Fathul Qarib al-Mujib karya Imam Abu Suja’ :

َإن حق الله تعالى مبني على المسامحة، وحق الآدمي مبني على المشاحة 

Bahwa Hak Allah terbangun atas Ampunan, sedangkan Hak Adami terbangun atas (penyelesaian) persengketaan (yang butuh kepastian hukum).

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’aan.

{يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ}

Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman penuhilah ikatan janji-janjimu itu. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

وأوفوا بالعهد إن العهد كان مسؤولا

Penuhilah janjimu itu karena adanya janji akan dimintai pertanggungjawabanya .

Lalu bagaimana jika seseorang yang berjanji suara ( pilihan) dalam pemilu sementara dia meninggal sebelum memenuhi janjinya sebagaimana deskripsi, apakah akan dituntut dihari kemudian ( akhirat )? Maka jawabannya, selama kematiannya bukan unsur kesengajaan ( seperti bunuh diri) dll. Maka dia tidak akan dituntut.

Referensi

التفسير المنير الزحيلي ص.٤٤٤٢

النوع التاسع-الوفاء بالعهد: {وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كانَ مَسْؤُلاً}: بعد أن أمر الله تعالى بخمسة أشياء أولا، ثم نهى عن ثلاثة أشياء (الزنى، والقتل إلا بالحق، وقربان مال اليتيم) أمر بأوامر ثلاثة: أولها- الوفاء بالعهد، والمعنى: وفّوا بالعهد الذي تعاهدون عليه الناس، وبالعقود التي تعاملونهم بها، فإن العهد والعقد، كل منهما يسأل صاحبه عنه، ونظير الآية:
{يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ} [المائدة ١/ ٥] فالعهد فضيلة وميثاق، والعقد التزام وارتباط‍، والإخلال بالعهد خيانة ونفاق، والتحلل من العقد إهدار للثقة وتضييع للحقوق، فيجب شرعا الوفاء بالعهد، وتنفيذ مقتضى العقد، فمن أخلف بوعده، ولم يوف بعهده، ولم ينفذ التزام عقده، وقع في الإثم والمعصية، وأخل بمقتضى الإيمان والدين، والعهد: أمر عام يشمل كل ما بين الإنسان وبين الله والنفس والناس. والعقد: كل التزام يلتزمه الإنسان، كعقد اليمين والنذر، وعقد البيع والشركة والإجارة والصلح والزواج.
وكل عقد لأجل توثيق الأمر وتوكيده، فهو عهد. لذا تواردت الآيات الدالة على وجوب الوفاء بالعهود والعقود، كقوله تعالى: {وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذا عاهَدُوا} [البقرة ١٧٧/ ٢] وقوله: {وَالَّذِينَ هُمْ لِأَماناتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ راعُونَ} [المؤمنون ٨/ ٢٣، ]

Referensi

التفسير المنير الزحيلي. ٤٤٤٧
/فقه الحياة أو الأحكام:

٥ – وجوب الوفاء بالعهد فالإنسان مسئول عنه، قال الزجاج: كل ما أمر الله به ونهى عنه فهو من العهد.

Referensi

إعانة الطالبين. ص ١٥٠٤

(قوله: فإن أعسر) أي فإن كان من عنده المظلمة معسرا.(قوله: عزم على الاداء) أي أداء الظلامة وإعطائها للمستحق لها.(وقوله: إذا أيسر) متعلق بالاداء.(قوله: فإن مات) أي المعسر.(وقوله: قبله) أي قبل الاداء.
(قوله: إنقطع الطلب عنه في الآخرة) أي لا يطالبه بها مستحقها في الآخرة.(قوله: فالمرجو الخ) معطوف على جملة إنقطع، والاولى التعبير بالواو، أي انقطع عنه الطلب، والذي يرجى من فضل الله أن يعوض المستحق في حقه.

Referensi:

الكوكب الوهاج فى شرح صحيح المسلم .ص ١٠٦٠١

عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَال: “أتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ ” قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ. فَقَال: “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا. فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”


عبد الرحمن بن يعقوب الجهني المدني ثقة من (٣) (عن أبي هريرة) رضي الله عنه وهذا السند من خماسياته (أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أتدرون) أي هل تعلمون جواب (ما) هو (المفلس قالوا) أي الحاضرون (المفلس فينا) أي في علمنا وعُرفنا هو (من لا درهم) ولا دينار يتعامل فيه (له ولا متاع) ولا بضاعة يتجر فيه (فقال) رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس الأمر كذلك بل (أن المفلس منْ أمتي) منْ (يأتي) على الله (يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي) والحال أنه (قد شتم) وسبَّ (هذا) بما لا يوجب الحد (وقذف هذا) بما يوجب الحد (وكل مال هذا) ظلمًا (و) قد (سفك) وأراق (دم هذا) عدوانًا (وضرب هذا) ظلمًا ((فيُعطى هذا) المظلوم شتمًا وقذفًا ومالًا (من) بعض (حسناته وهذا) المظلوم أيضًا دمًا وضربًا (من) بعض (حسناته) الأخرى (فإن فنيت حسناته) أي فإذا وُزعت حسناته على أرباب الحقوق وغلِّقت (قبل أن يقضي) ويوفّي (ما عليه) من الظلامات (أُخذ من خطاياهم) أي من خطايا المظلومين ومعاصيهم (فطُرحت) تلك الخطايا وحمِّلت (عليه) أي على ذلك الظالم المفلس (ثمَّ طُرح) وقذف بمعاصيهم (في النَّار) والعذاب الأليم وقد أفلس من حسناته وارتكبته ديون معاصيهم قوله “إنَّ المفلس من أمتي ” إلخ يعني أن المفلس الحقيقي هو هذا وإن كان الناس يسمون من لا مال له مفلسًا فإن من أعوز المال وفقده فإن ضرره يسير وسوف ينقطع يومًا ما وأما هذا الرّجل الذي فقد حسناته كلها وحضل ذنوب غيره فقد خسر خسرانًا لا يتدارك اهـ نووي بتصرف “قوله أُخذ من خطاياهم” إلخ قال المازري وزعم بعض المبتدعة أن هذا الحديث معارض لقوله تعالى: {وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وزْرَ أُخْرَى} وهذا الاعتراض منه غلط وجهالة بينة منه لأنه إنما عوقب بفعله ووزره وظلمه فتوجّهت عليه حقوق لغرمائه فدفعت إليهم من حسناته فلما فرغت وبقيت بقية قوبلت على حسب ما اقتضته حكمة الله تعالى في خلقه

Referensi.


إعانة الطالبين

(قوله: وخروج عن ظلامة آدمي)

معطوف على إقلاع أيضا: أي وبشرط خروج عن ظلامة آدمي.
وعبارة التحفة في الدخول على هذا، ثم صرح بما يفهمه الاقلاع للاعتناء به فقال: ورد ظلامة آدمي، يعني الخروج منها بأي وجه قدر عليه، مالا كانت أو عرضا نحو قود وحد قذف إلى تعلقت به، سواء تمحضت له أم كان فيها مع ذلك حق مؤكد لله تعالى كزكاة، وكذا نحو كفارة وجبت فورا.
اه.
(قوله: من مال)

بيان للظلامة.
(وقوله: أو غيره) كالعرض.
(قوله: فيؤدي إلخ) أي من عليه ظلامة وأراد التوبة، وهذا هو معنى الخروج عن الظلامة.(قوله: ويرد المغصوب إن بقي) أي إن كان باقيا بعينه.(قوله: وبدله) أي أو يرد بدله إن كان قد تلف.(وقوله: لمستحقه) متعلق بيرد.(قوله: ويمكن الخ) أي ويمكن التائب الذي عليه ظلامة مستحق القود وحد القذف من الاستيفاء، بأن يأتي إليه ويقول له أنا الذي قتلت أو قذفت ولزمني موجبهما، فإن شئت فاستوف وإن شئت فاعف.(قوله: أو يبرئه منه المستحق) الظاهر أنه معطوف على مقدر، أي فبعد التمكين يستوفيه منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم، فإن كان له عمل يؤخذ منه بقدر مظلمته وإلا أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه وشمل العمل الصوم كما صرح به حديث مسلم خلافا لمن استثناه، فإذا تعذر رد الظلامة على المالك أو وارثه سلمها لقاض ثقة، فإن تعذر صرفها فيما شاء من المصالح عند انقطاع خبره بنية الغرم له إذا وجده فإن أعسر عزم على الاداء إذا أيسر فإن مات قبله انقطع الطلب عنه في الآخرة إن لم يعص بالتزامه.فالمرجو من فضل الله الواسع تعويض المستحق.ويشترط أيضا في صحة التوبة عن إخراج صلاة أو صوم أو وقتهما
ــ
المستحق أو يبرئه منه، فهو مخير في ذلك.(قوله: للخبر الصحيح) دليل إشتراط الخروج عن ظلامة آدمي.وعبارة الزواجر: والاصل في توقف التوبة على الخروج من حق الآدمي عند الامكان قوله – صلى الله عليه وسلم -: من كان لاخيه إلخ، ثم قال كذا أورده، الزركشي عن مسلم.
والذي في صحيحة كما مر: أتدرون من المفلس؟ قالوا: المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع.قال: إن المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا، فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه، ثم طرح في النار.
رواه الترمذي ورواه البخاري بلفظ: من كانت عنده مظلمة فليستحلله منها، فإنه ليس هناك دينار ولا درهم من قبل أن يؤخذ لاخيه من حسناته، فإن لم يكن حسنات أخذ من سيئات أخيه فطرحت عليه.ورواه الترمذي بمعناه.وقال في أوله: رحم الله عبدا كانت لاخيه مظلمة في عرض أو مال فجاء فاستحله.
اه.
(قوله: من كانت لاخيه عنده مظلمة) قال في القاموس: المظلمة – بكسر اللام – وكثمامة ما يظلمه الرجل.
اه.
وقوله: وكثمامة، أي وهو ظلامة.
(قوله: في عرض) أي من عرض، ففي بمعنى من البيانية.(قوله: فليستحله اليوم) أي في الدنيا.(وقوله: قبل أن لا يكون دينار ولا درهم) أي ينفع، وهو يوم القيامة.
(قوله: فإن كان له) أي لمن كانت عنده مظلمة.(وقوله: عمل) أي صالح.
(قوله: يؤخذ منه) أي من عمله.
(قوله: وإلا) أي وإن لم يكن له عمل: أي صالح.(قوله: أخذ من سيئات صاحبه) أي الذي له المظلمة.(قوله: فحمل عليه) أي طرح عليه قال في التحفة: ثم تحميله للسيئات يظهر من القواعد أنه لا يعاقب إلا على ما سببه معصية، أما من عليه دين لم يعص به وليس له من العمل ما يفي به، فإذا أخذ من سيئات الدائن وحمل على المدين لم يعاقب به.وعليه ففائدة تحميله له تخفيف ما على الدائن لا غير.
اه.
(قوله: وشمل العمل) أي في الحديث.(وقوله: الصوم) أي فيؤخذ ثوابه ويعطى للمظلوم.(قوله: خلافا لمن استثناه) عبارة التحفة.فمن استثناه فقد وهم.
اه.
(قوله: فإذا تعذر رد الظلامة على المالك أو وارثه) عبارة الروض وشرحه: فإن لم يكن مستحق، أو انقطع خبره، سلمها إلى قاض أمين، فإن تعذر تصدق به على الفقراء ونوى الغرم له إن وجده، أو يتركها عنده.
قال الأسنوي: ولا يتعين التصدق بها بل هو مخير بين وجوه المصالح كلها، والمعسر ينوي الغرم إذا قدر، بل يلزمه التكسب لايفاء ما عليه إن عصى به لتصح توبته، فإن مات معسرا طولب في الآخرة إن عصى بالاستدانة كما تقتضيه ظواهر السنة الصحيحة، وإلا فالظاهر أنه لا مطالبة فيها إذ لا معصية منه، والرجاء في الله تعويض الخصم.
اه.
بحذف.(قوله: فإن تعذر) أي القاضي الثقة، أي الامين بأن لم يوجد أو وجد ولكنه غير ثقة.(قوله: صرفها) أي
الظلامة.(قوله: فيما شاء) أي في الوجه الذي شاءه من هي تحت يده.
(وقوله: من المصالح) بيان لما.
(قوله: عند انقطاع خبره) الظاهر أن ضميره يعود على المستحق ولا حاجة إليه، إذ الكلام مفروض في أنه متعذر، وتعذره يكون بعدم وجوده، أو بانقطاع خبره.(قوله: بنية الغرم) متعلق بصرفها.(وقوله: له) أي للمستحق.(قوله: إذا وجده) أي المستحق.(قوله: فإن أعسر) أي فإن كان من عنده المظلمة معسرا.
(قوله: عزم على الاداء) أي أداء الظلامة وإعطائها للمستحق لها.
(وقوله: إذا أيسر) متعلق بالاداء.
(قوله: فإن مات) أي المعسر.
(وقوله: قبله) أي قبل الاداء.
(قوله: إنقطع الطلب عنه في الآخرة) أي لا يطالبه بها مستحقها في الآخرة.
(قوله: فالمرجو الخ) معطوف على جملة إنقطع، والاولى التعبير بالواو، أي انقطع عنه الطلب، والذي يرجى من فضل الله أن يعوض المستحق في حقه.(قوله: ويشترط أيضا) أي كما اشترط ما مر لصحة التوبة.
(وقوله: عن إخراج صلاة أو صوم عن وقتهما) أي بأن ترك الصلاة في وقتها، ……والله أعلم بالصواب

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *