
HUKUMYA SHALAT BEBJAMAAH IMAM DAN MAKMUM BEDA MADZHAB
Assalamualaikum
Deskripsi masalah.
Pada Abad ke- 2 Hijriyah Allah SWT telah mentakdirkan lahirnya ulama-ulama besar yang sangat genius dan seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentingan agama, itu semata-semata mardlatillah (keridloan Allah) ulama-ulama itu dikenal dengan mujtahid yang telah menjawab berbagai hukum agama yang amat luas, yang kemudian hasil pemikirannya menjadi madzhab yang diikuti umat Islam diseluruh dunia hingga sekarang ini empat madzhab yang diakui oleh Ahli sunnah wajamaah yaitu: Madzhab Imam Hanafi, Madzhab Imam Malik, Madzhab Imam Syafi’i dan Madzhab Imam Hambali.
Dari keempat madzhab tersebut terkadang beda pendapat, dan terkadang sepakat dalam memutuskan hukum itu semua terdapat dasar hukumnya, oleh karena dalam syariat islam memberikan keluasan dalam bermadzhab baik taqlid secara terus menerus atau tidak karena bermadzhab banyak manfaatnya yaitu dapat memudahkan mempelajari hukum Islam sehingga mengetahui hukum suatu perbuatan, dan dapat menyelamatkan umat islam dari penyimpangan salah tafsir dan juga dapat membatasi meluasnya perbedaan pendapat dikalangan umat Islam. Dengan demikian perbedaan-perbedaan madzhab itu harus menjadi rahmat dan kemudahan bagi umat Islam sebagai mana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.
إختلاف أمتي رحمة.
Perbedaan umatku itu adalah rahmat.
Dari hadits tersebut terbukti khususnya ketika masyarakat melaksanakan Ibadah haji, kemudian melakukan sholat dimakkah secara berjamaah Imam dan makmumnya terkadang berbeda madzhab Imamnya Madzhab Maliki dengan tanpa basmalah Makmumnya Madzhab Syafi’i yang harus baca basmalah, terkait dengan hal tersebut maka timbullah sebuah:
Pertanyaan.
Apakah boleh dan sah shalatnya makmum sementara Imamnya beda madzhab..?
Walaikum salam.
Jawaban.
Hukumnya boleh dan Sholatnya tetap sah apa bila imam tidak melakukan hal – hal yang membatalkan sholat menurut makmum. Apabila imam melakukan hal hal yang membatalkan sholat menurut makmum, seperti sang imam bermadzhab Hanafi yang menyentuh farjinya sebelum sholat , sementara makmumnya bermadzhab Syafi’i , maka jamaahnya tidak sah menurut pendapat imam Rofi’i & Nawawi . Adapun menurut imam Qoffal dalam permasalahan ini pun sah.
Referensi :
غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد ج ١ ص ٣٠
( مسالة )
تصح القدوة بالمخالف اذا علم المأموم اتيانه بما يجب عنده وكذا ان جهل فان اخل بواجب في عقيدة المأموم لم تصح القدوة به عند الشيخين وتصح عند القفال وقال الامام المجتهد المطلق السبكي ما صححه الشيخان هو قول الاكثرين لكن قول القفال اقرب الي الدليل وفعل السلف اه واعلم ان عقيدتنا ان الشافعي ومالكا واباحنيفة والسفيانين واحمد والاوزاعي واسحاق وداود وسائر الائمة المسلمين رضي الله عنهم علي هدى من ربهم ويعتد بخلافهم حتي الداود الظاهري خلافا لمن استثناه.
شمس المنير ج ١ص ٣٤٢
احكام الجماعة: الكراهة كخلف مبتدع ومخالف في المذهب كحنفي
“Hukum-hukum jama’ah : makruh,tapi tetap memperoleh fadilahnya sholat berjamaah, seperti di belakang ahli bid’ah dan di belakang orang yang berlainan madzhabnya seperti madzhab hanafy”.
(اعانة الطالبين ج.٣ ص )
ولو شك شافعى فى اتيان المخالف بالواجبات عند المأموم لم يؤثر فى صحة الاقتداء به تحسينا للظن به فى توقى الخلاء فلا يضر عدم اعتقاده الوجوب اهـ.
“Dan jika orang yang bermadzhab syafi’i ragu -ragu didalam pelaksanaannya orang yang beda madzhab menurut makmum itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap keabsahan sholat didalam mengikutinya ( bermakmum ), artinya sholatnya tetap sah. Wallahu A’lam bisshowab