HUKUMNYA SHALAT MEMAKAI KAOS OBLONG

Assalamualaikum.
Deskripsi masalah.
Ketika saya shalat sering melihat orang memakai kaos oblong, entah itu karena dalam kondisi terpaksa, atau memang sudah terbiasa, karena sebagian yang saya lihat itu adalah pertukangan bangunan rumah ketika mereka sudah waktunya istrihat, mereka shalat, dan ada sebagian orang bukan berprofesi tukang bangunan namun mereka terkadang pakai pakaian sebagaimana tersebut.

Pertanyaannya.
Bagaimana hukumnya seseorang ketika shalat memakai pakaian Kaos oblong

Waalaikum salam.
Jawaban.

Hukumnya seseorang shalat memakai kaos oblong tidak ada ulama yang mengatakan shalatnya batal selama pakaian yang dipakai dapat menutupi aurat, maka shalatnya sah,namun jika kaos yang dipakai shalat berjamaah bergambar sampai mengganggu orang lain atau dirinya dalam tanda kutip tidak khusu' maka hukumnya makruh. Oleh karenanya sunnah ketika shalat memakai pakaian yang bagus ( sebaik baik pakaian) karena ketika seseorang shalat itu adalah munajad kepada Allah .

Jika bagi laki-laki memakai kemeja,dan memakai surban,dan memakai songkok, dan memakai selendang,dan memakai sarung atau celana. Dan jika laki-laki itu mencukupkan kepada dua baju,maka hendaklah laki-laki itu memakai kemeja beserta selendang,atau sarung atau celana
-Kemeja beserta selendang, atau sarung atau celana itu lebih utama daripada memakai selendang, beserta sarung atau celana.
-Dan memakai selendang, beserta sarung atau celana itu lebih utama daripada hanya memakai sarung atau celana.
-Dan kesimpulannya, maka yang disunnatkan ialah jika laki-laki itu sholat memakai dua baju (misalnya memakai gamis dan jubah atau jas), karena dhohirnya firman Allah:

[الأعراف: 31] {خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ}

artinya pakailah pakaian terindah kalian ketika kalian sholat. Memakai dua baju itu adalah paling pentingnya perhiasan yang dipakai ketika sholat. Dan karena hadits:

«إذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَلْبَسْ ثَوْبَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَحَقُّ أَنْ يُزَيَّنَ لَهُ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ ثَوْبَانِ فَلْيَتَّزِرْ إذَا صَلَّى، وَلَا يَشْتَمِلْ اشْتِمَالَ الْيَهُودِ» رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ،


Artinya:Jika salahseorang diantara kalian itu sholat,maka hendaklah memakai dua pakaiannya. Alasannya ialah karena sesungguhnya Allah itu lebih berhak agar supaya orang yang sholat itu berhias untuk Allah.
Tapi jika orang itu tidak memiliki dua baju maka hendaklah orang itu memakai sarung jika orang itu sholat.Dan janganlah memakai sarung yang hanya diikatkan ke bahunya sebagaimana perbuatan orang yahudi.
Maka jika orang itu hanya mencukupkan kepada satu baju maka hendaklah orang itu memakai kemeja,lalu memakai sarung, lalu memakai celana.Dan hendaklah orang itu berselimut dengan satu baju jika baju itu luas.Tapi jika baju itu sempit maka hendaklah orang itu bersarung dengan baju itu.
Dan disunnatkan bagi wanita dan banci ketika sholat hendaklah memakai baju yang mencukupi dan yang menutupi terhadap semua badannya,dan memakai kerudung,dan memakai selimut yang tebal, dan seseorang itu tidak boleh menjual rumahnya untuk membeli baju.Dan seseorang itu tidak boleh menjual budaknya untuk membeli baju.

Referensi:


(مغني المحتاج)
وَيُسَنُّ لِلرَّجُلِ أَنْ يَلْبَسَ لِلصَّلَاةِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ، وَيَتَقَمَّصُ، وَيَتَعَمَّمُ،، وَيَتَطَيْلَسُ، وَيَرْتَدِي،، وَيَتَّزِرُ أَوْ يَتَسَرْوَلُ، وَإِنْ اقْتَصَرَ عَلَى ثَوْبَيْنِ فَقَمِيصٌ مَعَ رِدَاءٍ أَوْ إزَارٍ أَوْ سَرَاوِيلَ أَوْلَى مِنْ رِدَاءٍ مَعَ إزَارٍ أَوْ سَرَاوِيلَ وَمِنْ إزَارٍ مَعَ سَرَاوِيلَ، وَبِالْجُمْلَةِ فَالْمُسْتَحَبُّ أَنْ يُصَلِّيَ فِي ثَوْبَيْنِ لِظَاهِرِ قَوْله تَعَالَى: {خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ} [الأعراف: 31] [الْأَعْرَافُ] ، وَالثَّوْبَانِ أَهَمُّ الزِّينَةِ، وَلِخَبَرِ «إذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَلْبَسْ ثَوْبَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَحَقُّ أَنْ يُزَيَّنَ لَهُ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ ثَوْبَانِ فَلْيَتَّزِرْ إذَا صَلَّى، وَلَا يَشْتَمِلْ اشْتِمَالَ الْيَهُودِ» رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، فَإِنْ اقْتَصَرَ عَلَى وَاحِدٍ فَقَمِيصٌ، فَإِزَارٌ، فَسَرَاوِيلُ، وَيَلْتَحِفُ بِالثَّوْبِ الْوَاحِدِ إنْ اتَّسَعَ وَيُخَالِفُ بَيْنَ طَرَفَيْهِ، فَإِنْ ضَاقَ اتَّزَرَ بِهِ وَجَعَلَ شَيْئًا مِنْهُ عَلَى عَاتِقِهِ.

وَيُسَنُّ لِلْمَرْأَةِ وَمِثْلِهَا الْخُنْثَى فِي الصَّلَاةِ ثَوْبٌ سَابِغٌ لِجَمِيعِ بَدَنِهَا وَخِمَارٌ وَمِلْحَفَةٌ كَثِيفَةٌ وَإِتْلَافُ الثَّوْبِ وَبَيْعُهُ فِي الْوَقْتِ كَالْمَاءِ، وَلَا يُبَاعُ لَهُ مَسْكَنٌ، وَلَا خَادِمٌ كَمَا فِي الْكَفَّارَةِ.

Makruh memakai pakaian yang menyebabkan terganggunya kekhusu'an. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan pakaian khamishah yang bercorak. Dalam shalatnya beliau memandang sekilas corak pakaian tersebut. Setelah selesai shalat, beliaupun berkata: “Serahkan khamishah ini kepada Abu Jahm, dan ambilkan untukku pakaian ambijaniyah hadiah dari Abu Jahm. Karena, pakaian khamishah tadi melalaikan( mengganggu) kekhusyu'an shalatku”. [HR al-Bukhâri, no. 373]
Pakaian anbijâniyyah yang diminta Rasûlullâh adalah pakaian kasar yang tidak bercorak. Berbeda dengan pakaian khamishah yang dikembalikan oleh beliau, pakaian itu memiliki corak ataupun gambar. Wallahu A’lam

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *