
HUKUM MENGQODLO’ SHALAT KARENA TERTIDUR
Assalamualaiku..
Seseorang katakanlah nama samarannya Sudirman dia kecapek-an dikarenakan pada siang harinya banyak kegiatan yang diantaranya dia mengajar selain itu dia membantu orang tuanya, setelah shalat isya’ dia tidur hingga kesiangan tabebes: red: hingga terbit matahari ( dia tidak shalat subuh).
Pertanyaannya.
1- Apakah shalat yang ditinggalkan sudirman wajib diqodlo’ kalau wajib diqadlo’ mana yang harus didahulukan antara menqodlo’ shalat yang fot dengan melaksanakan sholat yang hadir/shalat ada’an ..?
Mohon pencerahannya.
Waalaikum salam.
Jawaban
Mengqadho’ shalat yang terlewatkan ( fot ) karena tertidur hukumnya wajib dan mensegrakannya mengqadho’ hukumnya adalah sunnah.Tetapi jika tertinggalnya shalat bukan karena udzur maka mensegerakan qadlo’ hukumnya wajib, kecuali apabila ia hawatir terlewat dari sholat hadhiroh maka ia wajib mendahulukan sholat hadhiroh tersebut dari pada mengqodho.
Artinya sunnah didahulukan shalat qodlo’ dari pada shalat yang hadir jika waktunya luas tetapi jika waktunya shalat yang hadir mipet maka dahulukanlah shalat yang hadir.
كاشفة السجا على شرح سفينة النجا
والمبادرة إلى قضاء النفل سنة وكذا إلى الفرض إن فات بعذر وإلا وجبت إلا إن خاف فوت حاضرة فيبدأ بها وجوباً فلا يجوز أن يصرف زمناً في غير قضائها كالتطوع إلا فيما يضطر إليه كنوم أومؤنة من تلزمه مؤنته
Adapun menyesegerakan qodho sholat sunah adalah hukumnya sunah. Begitu juga, hukum bersegera mengqodho sholat fardhu adalah sunah jika memang sholat fardhu tersebut terlewat sebab suatu udzur. Berbeda apabila sholat fardhu terlewat bukan sebab udzhur maka hukum bersegera mengqodhonya adalah wajib kecuali apabila ia hawatir terlewat dari sholat hadhiroh maka ia wajib mendahulukan sholat hadhiroh tersebut daripada mengqodho. Oleh karena wajib mengqodho, seseorang tidak diperbolehkan menggunakan waktu-waktunya untuk melakukan selain pengqodhoan semisal ia mengakhirkan pengqodhoan dan malah melakukan sholat sunah, kecuali melakukan perkara-perkara yang memang harus dilakukan, seperti; tidur atau bekerja membiayai orang-orang yang wajib ia biayai.
Kemudia ketahuilah sesungguhnya ketika seseorang tidur sebelum waktu sholat masuk dan ia masih tidur hingga ia terlewat sholat dari waktunya maka ia tidak berdosa meskipun sebenarnya ia tahu kalau tidurnya tersebut akan sampai melewati waktu sholat meskipun itu sholat Jumat sebagaimana dikatakan oleh pendapat shohih. Ia tidak wajib mengqodhonya dengan segera karena sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Tidak ada unsur kecerobohan sebab tidur. Kecerobohan hanya terjadi pada orang yang belum sholat tertentu (misal Dzuhur) hingga masuk waktu sholat yang lain (Ashar).” HR. Muslim.
/ dalam hadis di atas menunjukkanفىSuwaifi berkata, “Huruf /arti sababiah sehingga maksud hadis tersebut adalah bahwa kecerobohan bukanlah disebabkan oleh tidur, artinya, jika memang seseorang tidur sebelum masuknya waktu sholat.”
ثم اعلم أنه إذا نام قبل دخول الوقت ففاتته الصلاة فلا إثم عليه وإن علم أنه يستغرقالوقت ولو جمعة على الصحيح ولا يلزمه القضاء فورًا لقوله صلى اﷲ عليه وسلم ليس فيالنوم تفريط إنما التفريط على من لم يصل الصلاة حتى يدخل وقت الأخرى رواه مسلم قال السويفي في للسببية أي ليس بسبب النوم تفريط أي إن نام قبل دخول
وأما إن نام بعد دخوله فإن علم أنه يستغرق الوقت حرم عليه النوم ويأثم إثمين إثم ترك الصلاة وإثم النوم فإن استيقظ على خلاف ظنه وصلى فى الوقت لم يحصل إثم ترك الصلاة وأما الإثم الذى حصل بسبب النوم فلا يرتفع إلا بالاستغفار وإن غلب علىظنه الاستيقاظ قبل خروج الوقت فخرج ولم يصل فلا إثم عليه وإن خرج الوقت لكنه يكره له ذلك إلا إن غلبه النوم بحيث لا يستطيع دفعه، وإن لم يغلب على ظنهالاستيقاظ أثم، ويجب إيقاظ من نام بعد الوجوب، ويسن إيقاظ من نام قبل الوقت إنلم يخش ضرر اً لينال الصلاة في الوقت فإن استيقظ على خلاف ظنه وصلى فى الوقت لم يحصل إثم ترك الصلاة وأما الإثم الذى حصل بسبب النوم فلا يرتفع إلا بالاستغفار
Adapun apabila seseorang tidur setelah masuknya waktu sholat, maka jika ia tahu kalau tidurnya akan sampai melewati waktu sholat maka diharamkan atasnya tidur dan ia bisa menanggung dua dosa, yaitu dosa meninggalkan sholat dan dosa tidur. Apabila ia tahu kalau tidurnya akan sampai melewati waktu sholat, tetapi ternyata ia masih bisa bangun di waktu sholat tersebut, kemudian ia melakukan sholat, maka ia tidak menanggung dosa meninggalkan sholat.
Adapun dosa yang disebabkan oleh tidur maka dapat dihapus dengan cara istighfar
وإن غلب على ظنه الاستيقاظ قبل خروج الوقت فخرج ولم يصل فلا إثم عليه وإن خرج الوقت لكنه يكره له ذلك إلا إن غلبه النوم بحيث لا يستطيع دفعه وإن لم يغلب على ظنه الاستيقاظ أثم ويجب إيقاظ من نام بعد الوجوب، ويسن إيقاظ من نام قبل الوقت إن لم يخش ضررا لينال الصلاة في الوقت
Dan apabila seseorang menang atas sangkaannya bahwa dia akan bangun sebelum waktu sholat habis,maka ternyata terbukti bahwa waktu sholat telah habis dan ia masih tidur, kemudian ia bangun dan belum melakukan sholat, maka ia tidak menanggung dosa sama sekali meskipun waktu sholat telah habis, tetapi tidur dengan kondisi demikian ini dimakruhkan, kecuali jika memang setelah masuknya waktu ia benar-benar mengalahkan rasa ngantuk(tidur) sekiranya dia tidak mampu menolak kantuknya maka tidak dimakruhkan.
Sebaliknya apabila seseorang tidur setelah masuknya waktu dan ia tidak memiliki sangkaan kuat kalau ia akan bangun sebelum waktu shalat habis, dan ternyata terbukti bahwa waktu shalat telah habis dan ia masih tidur, maka ia berdosa.
Dan wajib membangunkan orang yang tidur setelah berkewajiban (masuknya waktu shalat) dan sunnah membangunkan orang yang tidur sebelum masuknya waktu, jika sekiranya tidak takut berbahaya agar dapat melakukan shalat tepat waktu.
Referensi:
[البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,١/٣١]
ويبادر) من مر (بفائت) وجوبا، إن فات بلا عذر، فيلزمه القضاء فورا.
قال شيخنا أحمد بن حجر رحمه الله تعالى: والذي يظهر أنه يلزمه صرفجميع زمنه للقضاء ما عدا ما يحتاج لصرفه فيما لا بد منه، وأنه يحرم عليه التطوع، ويبادر به – ندبا – إن فات بعذر كنوم لم يتعد به ونسيان كذلك.
(ويسن ترتيبه) أي الفائت، فيقضي الصبح قبل الظهر، وهكذا.
(وتقديمه على حاضرة لا يخاف فوتها) إن فات بعذر، وإن خشي فوت جماعتها – على المعتمد -.وإذا فات بلا عذر فيجب تقديمه عليها.
أما إذا خاف فوت الحاضرة بأن يقع بعضها – وإن قل – خارج الوقت فيلزمه البدء بها.ويجب تقديم ما فات بغير عذر على ما فات بعذر.
وإن فقد الترتيب لانه سنة والبدار واجب.
Referensi ‘:
[ابن حجر الهيتمي، تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، ٤٣٩/١]
(وَيُبَادِرُ بِالْفَائِتِ) الَّذِي عَلَيْهِ وُجُوبًا إنْ فَاتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَإِلَّا كَنَوْمٍ لَمْ يَتَعَدَّ بِهِ وَنِسْيَانٍ كَذَلِكَ بِأَنْ لَمْ يَنْشَأْ عَنْ تَقْصِيرٍ بِخِلَافِ مَا إذَا نَشَأَ عَنْهُ كَلَعِبِ شِطْرَنْجٍ، أَوْ كَجَهْلٍ بِالْوُجُوبِ وَعُذْرٍ فِيهِ بِبُعْدِهِ عَنْ الْمُسْلِمِينَ أَوْ إكْرَاهٍ عَلَى التَّرْكِ، أَوْ التَّلَبُّسِ بِالْمُنَافِي فَنَدَبَا تَعْجِيلًا لِبَرَاءَةِ ذِمَّتِهِ (وَيُسَنُّ تَرْتِيبُهُ وَتَقْدِيمُهُ) إنْ فَاتَ بِعُذْرٍ (عَلَى الْحَاضِرَةِ الَّتِي لَا يَخَافُ فَوْتَهَا) وَإِنْ خَشِيَ فَوْتَ جَمَاعَتِهَا عَلَى الْمُعْتَمَدِ خُرُوجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَ ذَلِكَ وَلِلِاتِّبَاعِ وَلَمْ يَجِبْ؛ لِأَنَّ كُلَّ وَاحِدَةٍ عِبَادَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ وَكَقَضَاءِ رَمَضَانَ، وَالتَّرْتِيبُ فِي الْمُؤَدَّيَانِ إنَّمَا هُوَ لِضَرُورَةِ الْوَقْتِ وَفِعْلُهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الْمُجَرَّدُ لِلنَّدْبِ وَقُدِّمَ.والله أعلم بالصواب