
KESIAPAN SESEORANG MENJADI PEMIMPIN UMAT
Assalamualaikum wr wb Kiai,ustadz.
Deskripsi masalah:
Mempersiapkan Diri Menjadi Seorang Pemimpin merupakan suatu kewajiban bagi Generasi milenial saat ini yang diharapkan mereka mampu menjadi seorang pribadi yang berhasil , di usianya yang masih muda. Meski begitu, tidak sedikit orang-orang muda yang sangat mudah meraih kesuksesan, namun dengan cepat pula kehilangan kesuksesan tersebut. Tetapi, generasi muda adalah generasi penerus suatu bangsa karena suatu saat nanti, maka para pemudalah yang akan menjadi pemimpin. Saat ini mungkin seseorang masuk dalam kategori hebat dan memiliki banyak ide cemerlang, namun masih belum tentu matang untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai orang muda, tentu harus benar-benar mempersiapkan diri agar kelak bisa menjadi seorang pemimpin Ummat yang baik.
Dalam masyarakat ada seseorang yang masih dalam proses untuk menjadi orang yang shaleh, namun dia sudah diberi keyakinan oleh masyarakat untuk memoslehkan orang lain disebabkan ilmunya.
Pertanyaannya.
Bagaimana sikap seseorang yang masih dalam proses menjadi orang yang sholeh sementara dia sudah diberi keyakinan oleh orang lain untuk memuslehkan orang lain.. ?
MOHON TANGGAPANNYA KIAI, USTADZ 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Waalikum salam
Orang sholih adalah orang yang dapat memenuhi /melaksanakan (bertanggung jawab) atas ketentuan-ketentuan/kewajiban- kewajibannya kepada Allah (hak-hak Allah ) dan dapat memenuhi ( bertanggung jawab ) atas ketentuan-ketentuan/kewajiban-kewajibannya kepada hamba (hak-hak hamba).
الصالح؛ هو القائم بحقوق الله وبحوق عباده
Lalu bagaimana dengan orang yang diberi keyakinan untuk memushlehkan orang disebabkan pengetahuannya..?.
Jawabannya.
Keyakinan itu yang memberikan Allah kepada hambanya bukan manusia, begitu juga halnya dengan ilmu , yang mana interpretasi dari ilmu Pengetahuan itu adalah suatu sifat yang dapat dijadikan sarana menuju kearah terang dan jelas bagi yang memilikinya, sehingga mengetahui sesuatu itu dengan sempurna ( Dengan ilmu, orang akan dapat melestarikan semua perkara dengan sempurna dan baik).
شرح تعليم المتعلم .ص٩
وأما التفسير العلم فهو صفة يتجلى بها لمن قامت هى به المذكور والفقه معرفة دقائق العلم ( وأما تفسير العلم )هذا شروع فى بيان ماهية العلم والقياس تقديمه على بيان كون طلبه فرضاأوغيره لأنه عارض من عوارضه والمفروض مقدم على العارض إلاأنه قدم للاهتمام بأنه والاشعاربأن البحث عنه أمر مهم ليتني الطالب ويشتغل على طلبه ( فهو صفة يتجلى ) أى يتجح وينكشف بالإنكشاف التام (بها) أى بتلك الصفة ( لمن) متعلق بيتجلى ( قامت هى به ) الضمير راجع إلى الموصول ( المذكور ) فاعل يتجلى أى مايصح أن يذكر ويمكن أن يعبر عنه وعدل عن الشيئ إلى المذكور ليعم الموجود والمعدوم وقد يتوهم أن المراد به المعلوم لأن فى ذكر العلم ذكر المعلوم وعدل عنه إلى المذكور تفاديا عن الدور بالجملة وقد خرج الظن والجهل إذ لايتجلى فيهما وكذ إعتقاد المقلد لانه عقدة على القلب والتجلى اشراح وانحلال العقد ( والفقه ) خصه من أنواع العلم بالبيان لشرفه إذ به يحصل سعادة الدنيا والآخرة( معرفة دقائق العلم قال أبوا حنيفة ) هذا معنى آخر
Dari pengertian orang yang shaleh dan penafsiran ilmu, maka semua orang dalam proses dalam upaya menjadi orang yang sholeh melalui pengaplikasian ilmu, maka dari itu hal bagi orang berproses untuk melayani umat itu bergantung atas keyakinan dirinya bukan keyakinan orang lain, dan keyakinan atas ilmunya, karena keyakinan orang lain bisa tertanam bisa terpancar disebabkan timbulnya melalui keyakinan dirinya, akan tetapi jangan hanya bisa menerangi orang lain tapi bagaimana seseorang itu tidak terbakar oleh dirinya sendiri ini sangat cocok dengan sebuah pepatah.
Janganlah kamu bersifat seperti lilin yang dapat menyinari( menerangi ) orang lain sementara ia terbakar oleh dirinya sendiri, ini sangat berbahaya. Sebagaimana firman Allah.QS.Al-Baqarah:44
أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وانتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون
Artinya, “Mengapa kalian menganjurkan orang lain untuk berbakti, sedangkan kalian melupakan diri sendiri, padahal kalian membaca kitab suci? Tidakkah kalian berpikir?” (Surat Al-Baqarah ayat 44).
Oleh Karena penting seseorang memiliki kesiapan Diri Menjadi Seorang Pemimpin yang berpotensi dalam memimpin umat
Banyak orang yang mengatakan bahwa tidak cocoknya seorang menjadi seorang pemimpin, tergantung dari bakatnya, apakah dia berpotensi atau tidak. Menjadi Potensi seorang pemimpin tidak hanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam bekerja . Ada seorang pekerja yang sangat bisa diandalkan. Dia pandai, terampil dan disiplin. Apakah dia cocok untuk menjadi seorang pemimpin? Belum tentu. Mungkin dia memang pintar dan mahir. Tetapi selama ini dia selalu bekerja sendiri. Dia tidak pernah membagikan kepandaian dan keterampilannya kepada orang lain. Karena merasa sebagai orang yang tidak bisa diandalkan, dia juga tidak mau mengembangkan dirinya dengan mempelajari hal-hal ini. Orang seperti itu terlihat tidak potensial untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang mau berbagi dan tidak hanya fokus pada dirinya sendiri. Jadi, seorang yang mungkin biasa-biasa saja, tapi dia terlihat sangat mau berkembang dan tidak segan membantu orang lain, justru itulah yang berpotensi menjadi pemimpin.
Kepemimpian Dalam Teori
Ada teori yang mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dihasilkan , inilah yang disebut dengan faktor keturunan (Asbab nasab keturunan Kiyai maka menjadi lora atau kiyai ). Tapi ada juga yang menyebutkan bahwa menjadi pemimpin adalah sesuatu yang dapat dipelajari, inilah yang disebut ” NASIB ” artinya bagian . Dalam hal ini mana yang paling tepat? Yang ideal tentu saja orang yang memang berbakat menjadi pemimpin, berada di tempat yang benar, sehingga dia bisa belajar menjadi pemimpin yang baik. Orang seperti ini tentu dapat menjadi pemimpin yang sangat baik. Memang benar, memimpin adalah kemampuan yang dapat dipelajari. Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki visi ke depan, lebih baik dari orang lain. Visi inilah yang dapat membuat seseorang membuat rencana dan rencana tindakan untuk menghadapinya. Inilah yang sangat dibutuhkan dari seorang pemimpin. Selain itu, seorang pemimpin adalah orang yang optimis, orang yang dapat melihat masa depan dengan lebih baik. Tidak semua orang mampu berpikir seperti ini. Apalagi jika kondisi saat ini memang sangat buruk. Kemampuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik ditentukan dari pola pikir, apa yang bisa dilakukan demi masa depan yang lebih baik. Jadi, jika seseorang merasa tidak dilahirkan untuk menjadi pemimpin alias tidak berbakat menjadi orang yang dapat memushlehkan orang lain maka janganlah perlu berkecil hati. Asah terus mampu menganalisis berpikirnya, untuk menjadikan masa depan menjadi lebih baik. Dengan itulah seorang bisa menjadi pemimpin. Untuk menjadi pemimpin yang baik, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan:
- Seorang Pemimpin Adalah Orang yang Mengenal Dirinya Dengan Baik
Seorang pemimpin yang baik adalah dia yang sangat mengenal dirinya sendiri dengan baik pula. Maksudnya, dia tahu kelebihan dan kekurangannya. Dia mengerti bagaimana menggunakan kelebihannya, tapi juga memahami apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kekurangannya. Dengan mengenal dirinya dengan baik, maka dia akan mampu ‘memanfaatkan’ kondisi masyarakat dengan baik, demi kemajuan bersama.
- Seorang Pemimpin adalah Orang yang Berintegritas
Seorang pemimpin yang baik adalah orang yang memiliki integritas. Artinya, dia adalah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan oleh keluarganya khususnya dan masyarakat lingkungan pada umumnya . Dengan keutuhan tersebut, maka masyarakat dapat leluasa untuk berkomunikasi dengannya. Mereka tidak akan segan untuk memberi tahu dia mengenai semua masalah yang dihadapi. Mereka percaya bahwa pemimpin mereka akan membantu mereka mencari solusinya.
- Seorang Pemimpin adalah orang yang Menghargai orang Lain” من عظم عظم ” Barang siapa yang menghargai orang lain maka ia dihargai( diagungkan)
Pemimpin adalah orang yang lebih dianggap baik daripada orang lain (masyarakat) .Bagaimanapun, seorang pemimpin yang baik adalah dia yang menghargai semua orang, khususnya anggota keluarga dan masyarakat pada umumnya. Telah disebutkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah orang yang mengenal dirinya. Dengan mengenal dirinya, maka dia akan menyadari bahwa dia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi, dia juga akan menyadari bahwa masyarakat /orang lain semuanya juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemimpin yang baik adalah orang yang mampu memanfaatkan kelebihan anggota masyarakanya, untuk melengkapi kekurangan masyarakat yang lain. Dengan begitu mereka semua antara pemimpin dan juga yang dipinpinnya akan selalu terjaga, bukan sebaliknya artinya dia meremehkan atas kekurangan orang lain ini tidaklah dibenarkan.sebagaimana dikatakan dalam satu maqolah:
لاتحتقر من دونك فإن لكل شيئ مزية
Janganlah kamu meremehkan orang-orang yang berada dibawahmu, karena setiap sesuatu mempunyai kelebihan ( keistimiwaan)
- Seorang Pemimpin Adalah Orang yang Mampu Menginspirasi
Seorang pemimpin yang baik adalah orang yang dapat menginspirasi anggota keluarganya dan masyarakatnya . Ketika ada anggota masyarakat yang kinerjanya menurun, maka dia harus dapat membuatnya kembali menunjukkan kinerjanya yang baik. Pemimpin yang baik adalah orang yang dapat menjadikan orang lain menjadi pribadi yang lebih baik. Memang, ada orang yang memang dilahirkan menjadi pemimpin, ini yang disebut dengan keturunan pemimpin ( Asbab nasab Kiyai maka keturunannya bisa menjadi lora, kiyai ) .Tapi ada juga orang yang dihasilkan untuk menjadi pemimpin, inilah yang disebut dengan Nasib ( pagian ). Jenis yang kedua ini adalah orang yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi (keadaan), sehingga dia bisa menjadi seorang pemimpin. Menjadi pemimpin di dalam sebuah masyarakat , jadi kepemimpinan itu terjadi karena dua faktor yaitu “NASAB dan NASIB” ini adalah sebuah perjalanan karir yang harus diperjuangkan. Jika seseorang benar-benar mempelajari bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, maka ia bisa menjadi seorang pemimpin. Untuk bisa menjalani karir dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus seseorang pelajari, yang tentunya dengan belajar tanpa henti baik cara belajarnya dengan yang tertulis ataupun dengan belajar yang tanpa tulis, sehingga menjadi orang yang profesional untuk menapaki karier menjadi seorang pemimpin yang baik.
Berikut sebagai contoh yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin
Nabi itu sebelum diisra’kan dan diutus dia masih dibuang sifat sifat kotoran hatinya oleh Allah melalui malaikat jibril yang kemudian terpenuhi hatinya dengan hikmah dan keimanan ( hilman /sangat sabar ,Ilmu , keyakinan, islam ).
Artinya dari paparan diatas dapat disimpulkan jika seserang telah mampu memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak hamba ( masyarakat ) dan berpontensi untuk memimpin umat dengan keyakinan ilmunya yang mampu merubah keadaan kepada arah yang lebih baik, maka apa boleh buat maka ia harus melayaninya dan itu adalah kewajiban. Jadilah manusia bagaikan ikan yang hidup dilautan, dan janganlah manusia bagai ikan yang mati. Artinya sesorang harus punya keyakinan sebagaimana ikan yang hidup dilautan walau ia hidup diair asin tapi ia tetap tidak asin, artinya tidak mudah diombang ambingkan oleh orang-orang yang berada disekelilingnya, tidak diwarnai tetapi bagaimana ia mampu mewarnai orang-orang yang berada disekelilinggnya ( merubah hal yang tidak baik kepada arah yang lebih baik). Dan jangan menjadi manusia bagaikan ikan yang mati, dimana jika dikasih garam ia ikut menjadi asin.dll..
Surat Ali ‘Imran Ayat 110
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
Rasulullah SAW bersabda:
عن جابر رضي الله عنه قال: قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: “خير الناس أنفعهم للناس”، رواه القضاعي
Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberikan manfaat pada orang lain.
المراجع: الدردير
بينما النبي صلى الله عليه وسلم فى الحجر عند البيت مضطجعا بين رجلين اذ أتاه جبريل وميكائيل ومعهما ملك آخر فاحتملوا حتی جاؤابه زمزم فاستلقوه على ظهره فتولاه منهم جبريل وفي رواية فرج سقف بیتی فنزل جبريل فشق من ثغرة نحره إلى أسفل بطنه ثم قال جبريل لميكائيل ائتنی بطست من ماء زمزم کيما اطهر قلبه واشرح صدره فاستخرج قلبه فغسله ثلاث مرات ونزع ما كان به من أذى واختلف الیه میکائیل بثلاث طسات من ماء زمزم ثم أتي بطست من ذهب ممتلئ حكمة وايمانا فأفرغه فى صدره وملأه حلما وعلما ويقينا واسلاما ثم أطبقه ثم ختم بين كتفيه بخاتم النبوة
Diwaktu Nabiyullah Muhammad ﷺ beristirahat. Tidur menyamping di samping Hijir Ismail. Dekat Baitullah. Di samping kanan dan kiri ada dua orang pemuda (Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ja’far bin Abi Tholib).Tiba-tiba di tempat tersebut, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril dan Mikail.Selain kedua malaikat itu masih ada satu malaikat lagi, yaitu Malaikat Isrofil.Kemudian ketiga malaikat itu membopong Nabiyullah Muhammad ﷺ hingga kesumur Zam-Zam.Lantas Nabiyullah Muhammad ditelentangkan di sana . Di dalam sebuah riwayat lain dijelaskan bahwa: tiba-tiba atap rumah saya tersingkap. Lantas Malikat Jibril masuk. Setelah itu Jibril membedah/ mengoperasi dada Nabiyullah Muhammad. Dimulai dari bawahnya leher hingga sampai di bawahnya perut. Malaikat Jibril kemudian berucap kata kepada Malaikat Mikail: “Ambillah bokor /bejana yang berisikan air Zam-Zam.
Saya hendak menyucikan hati dan melapangkan dadanya Nabiyullah Muhammad SAW. ” Setelah itu, Malaikat Jibril mengeluarkan hatinya Nabiyullah Muhammad ﷺ sampai tiga kali.Dan membuang semua kotoran yang terdapat di dalam batin Nabi Muhammad ﷺ. Adapun Malaikat Mikail mondar-mandir sambil membawa tiga bokor emas yang di dalamnya berisikan air Zam-Zam. Setelah melakukan semua hal itu, kemudian membawa bokor emas yang isinya penuh dengan hikmah dan iman. Selanjutnya isi bokor tersebut ditumpahkan ke dalam hatinya Nabi hingga batin beliau berisi penuh dengan sifat: sabar, alim,yakin, dan islam. Lantas dikembalikan seperti sediakala. Dan diberikan cap kenabian diantara kedua belikatnya.
تفسير الطبرى
۞ أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (٤٤)
القول في تأويل قوله تعالى : أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
قال أبو جعفر: اختلف أهل التأويل في معنى البر الذي كان المخاطبون بهذه الآية يأمرون الناس به وينسون أنفسهم, بعد إجماع جميعهم على أن كل طاعة لله فهي تسمى ” برا “. فروي عن ابن عباس ما:-
٨٤٠- حدثنا به ابن حميد, قال: حدثنا سلمة, عن ابن إسحاق, عن محمد بن أبي محمد, عن عكرمة, أو عن سعيد بن جبير, عن ابن عباس: ( أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ ) أي تنهون الناس عن الكفر بما عندكم من النبوة والعهدة من التوراة, وتتركون أنفسكم: (٩٦) أي وأنتم تكفرون بما فيها من عهدي إليكم في تصديق رسولي, وتنقضون ميثاقي, وتجحدون ما تعلمون من كتابي.
٨٤١- وحدثنا أبو كريب, قال: حدثنا عثمان بن سعيد, قال: حدثنا بشر بن عمارة, عن أبي روق, عن الضحاك, عن ابن عباس في قوله: (أتأمرون الناس بالبر) يقول: أتأمرون الناس بالدخول في دين محمد صلى الله عليه وسلم, وغير ذلك مما أمرتم به من إقام الصلاة، وتنسون أنفسكم .
* * *
وقال آخرون بما:-
٨٤٢- حدثني به موسى بن هارون, قال: حدثني عمرو بن حماد, قال: حدثنا أسباط, عن السدي: (أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم) قال: كانوا يأمرون الناس بطاعة الله وبتقواه وهم يعصونه.
٨٤٣- وحدثنا الحسن بن يحيى قال: أخبرنا عبد الرزاق, قال: أخبرنا معمر، عن قتادة، في قوله: (أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم) قال: كان بنو إسرائيل يأمرون الناس بطاعة الله وبتقواه وبالبر ويخالفون, فعيرهم الله.
٨٤٤- وحدثنا القاسم, قال: حدثنا الحسين, قال: حدثنا الحجاج, قال: قال ابن جريج: (أتأمرون الناس بالبر) أهل الكتاب والمنافقون كانوا يأمرون الناس بالصوم والصلاة, ويدعون العمل بما يأمرون به الناس, فعيرهم الله بذلك, فمن أمر بخير فليكن أشد الناس فيه مسارعة.
* * *
وقال آخرون بما:-
٨٤٥- حدثني به يونس بن عبد الأعلى, قال: أخبرنا ابن وهب, قال: قال ابن زيد: هؤلاء اليهود كان إذا جاء الرجل يسألهم ما ليس فيه حق ولا رشوة ولا شيء, أمروه بالحق. فقال الله لهم: (أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون) (٩٧)
– وحدثني علي بن الحسن, قال: حدثنا مسلم الجَرْمي, قال: حدثنا مخلد بن الحسين, عن أيوب السختياني, عن أبي قلابة، في قول الله: (أتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب) قال: قال أبو الدرداء: لا يفقه الرجل كل الفقه حتى يمقت الناس في ذات الله، ثم يرجع إلى نفسه فيكون لها أشد مقتا. (٩٨)
* * *
قال أبو جعفر: وجميع الذي قال في تأويل هذه الآية من ذكرنا قوله متقارب المعنى; لأنهم وإن اختلفوا في صفة ” البر ” الذي كان القوم يأمرون به غيرهم، الذين وصفهم الله بما وصفهم به, فهم متفقون في أنهم كانوا يأمرون الناس بما لله فيه رضا من القول أو العمل, ويخالفون ما أمروهم به من ذلك إلى غيره بأفعالهم.
فالتأويل الذي يدل على صحته ظاهر التلاوة إذا: أتأمرون الناس بطاعة الله وتتركون أنفسكم تعصيه؟ فهلا تأمرونها بما تأمرون به الناس من طاعة ربكم؟ معيرهم بذلك، ومقبحا إليهم ما أتوا به. (٩٩)
* * *
ومعنى ” نسيانهم أنفسهم ” في هذا الموضع نظير النسيان الذي قال جل ثناؤه: نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ [التوبة: ٦٧] بمعنى: تركوا طاعة الله فتركهم الله من ثوابه.
* * *
القول في تأويل قوله تعالى وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
قال أبو جعفر: يعني بقوله:
قال أبو جعفر: يعني بقوله: (تتلون) : تدرسون وتقرءون. كما:-
٨٤٧- حدثنا أبو كريب, قال: حدثنا عثمان بن سعيد, قال: حدثنا بشر, عن أبي روق, عن الضحاك عن ابن عباس: (وأنتم تتلون الكتاب)، يقول: تدرسون الكتاب بذلك. ويعني بالكتاب: التوراة. (١٠٠)
* * *
القول في تأويل قوله تعالى أَفَلا تَعْقِلُونَ (٤٤)
قال أبو جعفر: يعني بقوله: (أفلا تعقلون) (١٠١) أفلا تفقهون وتفهمون قبح ما تأتون من معصيتكم ربكم التي تأمرون الناس بخلافها وتنهونهم عن ركوبها وأنتم راكبوها, وأنتم تعلمون أن الذي عليكم من حق الله وطاعته، واتباع محمد والإيمان به وبما جاء به، (١٠٢) مثل الذي على من تأمرونه باتباعه. كما:
٨٤٨- حدثنا به محمد بن العلاء, قال: حدثنا عثمان بن سعيد, قال: حدثنا بشر بن عمارة, عن أبي روق عن الضحاك, عن ابن عباس: (أفلا تعقلون) يقول: أفلا تفهمون؟ فنهاهم عن هذا الخلق القبيح. (١٠٣)
* * *
قال أبو جعفر: وهذا يدل على صحة ما قلنا من أمر أحبار يهود بني إسرائيل غيرهم باتباع محمد صلى الله عليه وسلم, وأنهم كانوا يقولون: هو مبعوث إلى غيرنا! كما ذكرنا قبل. (١٠٤)
————