
Dilema Undangan Maulid Nabi Muhammad saw
Dan Hikmah merayakannya.
(Sail : Amtsilati)
Latar belakang masalah
Ahmad Munif mengadakan peringatan maulid Nabi dikarenakan pernah menemukan sebuah hikayat sebagai berikut:
KITAB TARGHIBUL MUSTAQIN NO..46
قَالَ عَبْدُ اللّهِ عِيْسَى الأنْصَارى كَانَتْ بِجِوَارِى إِمْرَأَةٌ صَالِحَةٌ وَلَهَا وَلَدٌ صَالِحٌ فَكَانَتْ فَقِيْرَةً لَاشَيْئَ فِيْهَا إِلَّا دِيْنَارٌ وَاحِدٌ مِنْ ثَمَنِ غَزْلِهَا فَمَاتَتْ وَكَانَ ذَلِكَ الْوَلَدُ يَقُوْلُ هَذَ مِنْ ثَمَنِ غَزْلِ أُمِّي وَ اللّهِ لَا أَصْرِفُ إِلَّا فٍى أَمْرِ الْأخِرَة
Syaikh Abdullah Isa Al-Anshoriy .Ada tetanggaku seorang wanita yang sholehah. Dia mempunyai anak yang shalih. Wanita yang shalihah itu termasuk orang fakir ( orang yang tidak mempunyai harta ) selain satu dinar yang diperoleh dari hasil kerja tenunannya. Tatkala Wanita itu meninggal dunia, maka anaknya yang shalih tersebut berkata kepada dirinya : Uang satu dinar ini adalah hasil dari kerja tenunannya ibuku. Demi Allah saya tidak akan menggunakan harta ini kecuali untuk urusan akhirat.
وَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ فِى حَاجَةٍ لَهُ فَمَرَّ بِقَوْمٍ يَقْرَؤنَ القُرآنَ وَعَمِلُوْ مَوْلِدَ النبي صلى الله عليه وسلم فِى رَبِيْعِ الأوّل فَجَلَسَ عِنْدَهُُمْ وَسَمِعَ ذَلِكَ.
Pada suatu hari anak laki tersebut keluar rumah untuk memenuhi sesuatu keperluannya, dia melewati satu perkumpulan yang sama- sama membaca Khafmil Quran dan mengadakan peringatan mailid Nabi Muhammad saw Pada bulan rabiul Awwal , lalu dia duduk bersama mereka dan mendengarkan maulid tersebut
ثُم؟َ فِى لَيْلَتِه فَرَأى فِى مَنامِهِ كأن القِيَأمةَ قَدْ قَامَتْ وَكَأَنّ مُنَادِيًا يُنَادِي يَا فُلَان بِنْ فُلَان يَذْكُرُ جَمَاعَةً فَسَاقَهُمْ إِلَى الْجَنّةِ وَذَلِكَ شَابٌ مَعَهُمْ . وَقَالَ الْمُمَادِى : إِنَّ اللّهَ جَعَلَ لِكُلِّ مِنْكُمْ قَصْرَا فِى الجنة فَدَخَلَ ذَلِكَ الشّابُ قَصْرًا لَمْ يَرَ أَحْسَن مِنهُ والْحُوْ رُ الْعِيْنُ فِيْهِ كَثِيْرةٌ وَعَلَى بَابِهِ خَدَّامٌ وَبَاقِى القصُوْرِ أَلْطَفُ مِنَ القَصْرِ الّذِيْ دَخَلِ فِيْهِ ثُمَّ نَامَ فِى لَيْلَتِهِ فَرَأَى فِى مَنَامِهِ كَأَنَّ الْقِيَامَةَ قَدْ قَامَتْ وَكَانَ مُنَادِيًا يُنَادِى أىُّ فُلَانٍ بِنِ فُلَان يَذْكُرْ جَمَاعَةً فَسَاقَهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ وَذَلِكَ الشَّابُ مَعَهُمْ ، وَقَالَ الْمُنَادِى : إِنَّ اللّهَ جَعَلَ لِكُلِّ مِنْكُمْ قَصْرَا فِى الجنةِ فَدَخَلَ ذَلِكَ الشّابُ قَصْرًا لَمْ يَرَ أَحْسَن مِنه والْحُوْ رُ الْعِيْنُ فِيْهِ كَثِيْرةٌ وَعَلَى بَابِهِ خَدَّامٌ وَبَاقِى القصُوْرِ أَلْطَفُ مِنَ القَصْرِ الّذِيْ دَخَلِ فِيْهِ فَلَمَّا هَمَّ بِالدُّخُوْلِ قَالَ لَهُ الْخَادِِمُ : لَيْسَ هذا لَكَ وَإِنَّمَا هُوَ لِمَنْ عَمِلَ مَوْلِدَ رَسولِ الله صلى الله عليه وسلم
Pada malamnya anak pemuda yang shalih itu bermimpi seolah-olah kiamat telah terjadi, dan seorang penyeru , menyeru : Dimanakah anak si Fulan bin Fulan ( disebut nama-nama orang yang ada pada perkumpulan golongan tersebut ) lalu mereka semua dikiring menuju surga, ternyata sipemuda itu ikut bersama mereka.Kemudian sipenyeru berkata: Sesungguhnya Allah menjadikan dan memberi bagi setiap kamu sebuah Istana didalam surga. Dan masuklah sipemuda yang shalih tersebuat kedalam sebuah istana yang tidak pernah sama sekali dia lihat istana yang lebih bagus dan lebih sempurna dari segi keindahannya. Yang dipenuhi dari sekian bidadari. Dan pada setiap pintunya terdapat pelayan ( penjaga). Dan pemuda yang shalih tersebut melihat istana lain yang lebih elok dari pada istana yang dia masuknya. Tatkala terpelihara didalam hatinya untuk memasuki istana tersebut, maka berkata pelayan ( khoddam) kepadanya. Ini bukanlah untuk kamu, sesungguhnya istana ini diperuntukkan ( disediakan ) bagi orang yang mengadakan bacaan maulid Nabi ( memperingati kelahiran Nabi Muhammadsaw ).
فَلَمَّا أَصْبَحَ ذَلِكَ الشَّابُ صَرَفَ ذَلِكَ الدٍِيْنَارَ عَلَى مَوْلِدِ النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَرَحًا بِرُؤيَاه وَجَمَعَ الفُقرآءَ يَذْكُكُرُوْنَ اللّهَ تَعَالَى وَيَقْرؤُوْنَ القرآن وَ مَوْلِدَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم وَقَصَّ عَلَى الجَمَاعَةِ رُؤيَاه فَفَرِحُوا بِذَلكَ وَنَذَرَ أَنْ لَإ يَقْطَعَ مَوْلِدَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم مَادَمَ حَيًّا
Maka keesokan harinya (pada pagi harinya ) pemuda yang shalih tersebut menggunakan (membelanjakan ) uang yang satu dinar (peninggalan orang tuannya tersebut ) guna untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad saw karena kekembiraannya mempinya itu. Diapun mengundang mengumpulkan orang-orang fakir untuk sama- sama berzikir, dan membaca Alquran dan maulid Nabi Muhammad saw. Dia juga menceritakan mimpinya itu kepada jamaah mereka, sehingga mereka menjadi gembira mendengarkan ceritanya itu. Pemuda yang shalih tersebut bernadzar tidak akan berhenti memperingati kelahiran Nabi selama masih hidup.
ثُمَّ نَامَ فَرَأى أُمَّهُ فِى المَنَامِ فِى هَيْئةٍ حَسَنَةٍ وَفِى حُلَلٍ مِنْ حُلَلِ الْجَنَّةِ وَقَبَّلَ يَدَهَا وَهِىَ قَبَّلَتْ رَأسَهُ ، وَقَالَتْ جَزَاكَ الله خَيْرًا يَاوَلَدِي لَقَدْ آتَانِيْ مَلَكٌ وَأَعْطَانِي هَذِه الْحُلَلَ ،فَقَالَ: لَهَا مِنْ أَيْنَ لَكِ هَذِهِ الْكَرَامَةُ فَقَالَتْ: لِأنَّكَ قَدْ صَنَعْتَ بِالدِّيْنَارِ الذي وَرَثْتُهُ مِنِّي مَوْلِدَ سَيِّدِ الأوَّلِيْنَ وَالْأخِرِيْنَ وَهذَا جَزَأُ مَنْ عَظَّمَ نَبِيَّهُ وَعَمِلَ مَوْلِدَهُ.
Dari kisah latar belakang tersebut diatas menjadikan satu motivasi serta keinginan yang kuat bagi Ahmad untuk mengadakan peringatan maulid setiap tahun sebagaimana dalam hikayat tersebut, ternyata keinginan Ahmad terbukti bertahun- tahun dia melakukan peri gantan maulid, mengundang para kerabatnya dan tetangganya sebagaimana biasanya, namun disalahkan satu peringan maulid, Ahmad lupa mengundang salah satu tetangganya. Ketika Hari – H ( hari pelaksanaan ) sesuai hari tgl dan waktu sebagaimana yang tertera dalam undangan, maka semua yang diundang hadir bahkan tetangganya yang tidak diundang hadir juga, dengan alasan karena setiap tahunnya diundang ( menurutnya ), selain itu ada orang yang diundang, namun ia membawa anaknya.
Pertanyaan:
A Bagaimana hukumnya hadir ke acara maulid dengan alasan di atas?
B. Bagaimana hadir ke undangan bawa anaknya padahal yang di undang hanya orang tuanya ?.
C. Mohon penjelasan hikmah merayakan maulid Nabi Muhammad saw
Wa alaikumussalam.
Jawaban: No.1
Orang yang hadir tanpa diundang, karena beralasan sudah terbiasa diundang, ini tidak dibenarkan menurut Agama, Karena adat (kebiasaan) yang bisa menjadi hukum jika tidak menyalahi aturan syariat, sebagaimana sebuah Kaidah:
العادة محكمة مالم تخالف الشرع
Akan tetapi jika adat menyalahi syariat maka tidak dibenarkan.Karena dalam syariat Islam dijelaskan sebagaimana hadits.
Dalil pertama: dan kedua: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
للأحاديث الصحيحة: ” إذا دعي أحدكم إلى وليمة عرس فليجب “. وفي لفظ: ” من دعي إلى وليمة فليأتها “. وفي رواية: ” من لم يجب الدعوة فقد عصى الله ورسوله ” رواه مسلم.
Artinya :” Jika salah seorang dari kamu diundang pada acara walimatul urs maka hadirilah. Dan dalam satu riwayat ” Barang siapa orang yang diundang pada acara walimah maka datangilah padanya. Dan dalam satu riwat orang yang tidak menghadiri undangan maka ia sungguh telah maksiat kepada Allah dan Rasulnya. HR. Muslim
Dua hadits diatas sebagai dalil yang serupa tapi tidak sama. Hadits yang pertama menunjukkan khusus yaitu seseorang diantara kamu. Kemudian hadits yang kedua ada kalimat ” من ” yang mana jika ditinjau dari ilmu Tata bahasa ( ilmu nahwu ) adalah merupakan isim mausul yang menunjukan arti musytarok ( mufrod, mudzakkan muannas dan Jama’ ) seorang laki-laki/ perempuan atau sekelompok orang banyak.
Dalil ketiga: Kewajiban menghadiri undangan yang menunjukkan orang banyak: ( tertentu/ yang diundang ).Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَجِيبُوا هَذِهِ الدَّعْوَةَ إِذَا دُعِيتُمْ لَهَا
“Hadirilah undangan ini jika kalian diundang untuk menghadirinya!” (HR. Al-Bukhari: 4781, Muslim: 2581 dari Ibnu Umar radliyallahu anhuma).
Dalil yang ke empat:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه :
حَقُّ الْمُسْلِم عَلَى الْمُسْلِمِ سِتْ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلَّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبَعْهُ.
Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim lainya itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya ucapkan makalah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepada maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do’akanlah ia dengan Yarhamukallah’, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”
(HR.Muslim)
Dengan demikian jika orang yang hadir ke sesuatu acara maulid tanpa diundang, sementara shobil bait tidak ridlo dengan kehadirannya, maka hukumya harom.Karena menghadirinya bukanlah haknya melainkan hak bagi orang yang diundang.
( قليوبي ج ٣ ص٢٩٩)
والمراد بالضيف هنا من حضر طعام غيره , بدعوته ولو عموما أو يعلم رضاه وأصل الضيف النازل بغيره لطلب الإكرام سمي باسم ملك , يأتي برزقه لأهل المنزل قبل مجيئه بأربعين يوما , وينادي فيهم هذا رزق فلان كما ورد في الخبر مأخوذ من الضيافة وهي الإكرام وضده الطفيلي , مأخوذ من التطفل وهو حضور طعام الغير بغير دعوة , وبغير علم رضاه , فهو حرام فلو دعا عالما أو صوفيا فحضر بجماعته حرم حضور من لم يعلم رضا المالك به منهم
Keterangan :
Menghadiri acara tanpa undangan atau ridlonya sohibul hajat adalah harom..
Akan tetapi berbeda dengan acara maulid yang bersifat umum yang mana hanya cukup dengan disiarkan ( maklumat tanpa undangan) seperti disurau-surau ( langgar ngaji ) yang biasa tanpa undangan ( tradisinya ) maka boleh sebagaimana deskripsi. Dan juga boleh jika orang tidak diundang hadir sementara ia punya dugaan kuat shohibul hajah ridho dengan kehadirannya, dan sebaliknya.
Jawaban: No.2
Jika yang diundang adalah bapaknya atau ibunya sementara ia membawa anaknya yang sudah baligh, maka dalam hal ini dipertimbangkan dengan kerelaan shohibul bait, artinya jika yang shohibiah bait ridlo atau yang diundang punya dugaan kuat bahwa orang mengundang ridlo maka hukumnya boleh kecuali anak kecil yang masih disapih dan tidak makan kecuali air susu ibunya, karena yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah hidangan yang memang diperuntukkan untuk para tamu undangan sebagainya Keterangan ulama’ berikut:
Bahwa yang ditunjukkan oleh perkataan nya para ulama’ dalam hal diperbolehkannya mengambil miliknya orang lain, ada sangkaan ‘ulima ridhoohu (artinya karena sudah diketahui ridho nya orang yang memiliki barang itu),itu bisa diterapkan kepada semua benda,dan hal itu tidak cuma khusus kepada makanan yang disuguhkan kepada tamu.Dan para ulama’ menerangkan bahwa persangkaan kuat tentang ‘ulima ridhoohu itu adalah seperti ‘ulima ridhoohu. Maka jika berdasarkan dugaan kuat,diketahui bahwa pemilik barang itu ridho jika barangnya diambil oleh orang lain,maka diperbolehkan untuk mengambil barangnya pemiliki barang itu. Kemudian jika tampak kebalikan dari persangkaan orang itu(artinya jika diketahui bahwa pemilik barang itu tidak ridho jika barangnya diambil oleh orang lain),maka hendaklah orang yang mengambil barang itu mengganti kerugian dengan cara orang yang mengambil barang itu membayar barang itu kepada pemilik barang itu.
Referensi:
الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 4 / ص 116)
( وَسُئِلَ ) بِمَا لَفْظُهُ هَلْ جَوَازُ الْأَخْذ بِعِلْمِ الرِّضَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ أَمْ مَخْصُوصٌ بِطَعَامِ الضِّيَافَةِ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ كَلَامُهُمْ أَنَّهُ غَيْر مَخْصُوصٍ بِذَلِكَ وَصَرَّحُوا بِأَنَّ غَلَبَةَ الظَّنِّ كَالْعِلْمِ فِي ذَلِكَ وَحِينَئِذٍ فَمَتَى غَلَبَ ظَنُّهُ أَنَّ الْمَالِكَ يَسْمَحُ لَهُ بِأَخْذِ شَيْءٍ مُعَيَّنٍ مِنْ مَالِهِ جَازَ لَهُ أَخْذُهُ ثُمَّ إنْ بَانَ خِلَافُ ظَنّه لَزِمَهُ ضَمَانُهُ وَإِلَّا فَلَا.
حاشية الباجوري – (ج 2 / ص 128)
وعلم من ذالك أنه يجوز للإنسان أن يأخذ من مال غيره ما يظن رضاه به من دراهم وغيرها ويختلف ذالك باختلاف الناس والأموال فقد يسمح لشخص دون آخر وبمال دون آخر وينبغى له مراعاة النصفة مع الرفقة فلا يأخذ الا ما يخصه لا ما يزيد عليه من حقهم الا أن يرضوا بذالك عن طيب نفس لا عن حياء.
فتح المعين وإعانة الطالبين – (ج 3 / ص 368)
ويجوز للانسان أخذ من نحو طعام صديقه مع ظن رضا مالكه بذلك، ويختلف بقدر المأخوذ وجنسه وبحال المضيف ومع ذلك ينبغي له مراعاة نصفة أصحابه فلا يأخذ إلا ما يخصه أو يرضون به عن طيب نفس لا عن حياء وكذا يقال في قران نحو تمرتين أما عند الشك في الرضا فيحرم الاخذ كالتطفل ما لم يعم كأن فتح الباب ليدخل من شاء.
(قوله ويجوز للإنسان أخذ من نحو طعام صديقه) اى يجوز له أن يأخذ من طعام صديقه وشرابه ويحمله الى بيته قال فى التحفة وإذا جوزنا له الأخذ فالذى يظهر أنه إن ظن الأخذ بالبدل كان قرضا ضمينا او بلا بدل توقف الملك على ما ظنه (قوله ويختلف) اى ظن الرضا وعبارة غيره وتختلف قرائن الرضا فى ذالك باختلاف الأحوال ومقادير الأموال.
Referensi:
الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 4 / ص 116)
( وَسُئِلَ )8 بِمَا لَفْظُهُ هَلْ جَوَازُ الْأَخْذ بِعِلْمِ الرِّضَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ أَمْ مَخْصُوصٌ بِطَعَامِ الضِّيَافَةِ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ كَلَامُهُمْ أَنَّهُ غَيْر مَخْصُوصٍ بِذَلِكَ وَصَرَّحُوا بِأَنَّ غَلَبَةَ الظَّنِّ كَالْعِلْمِ فِي ذَلِكَ وَحِينَئِذٍ فَمَتَى غَلَبَ ظَنُّهُ أَنَّ الْمَالِكَ يَسْمَحُ لَهُ بِأَخْذِ شَيْءٍ مُعَيَّنٍ مِنْ مَالِهِ جَازَ لَهُ أَخْذُهُ ثُمَّ إنْ بَانَ خِلَافُ ظَنّه لَزِمَهُ ضَمَانُهُ وَإِلَّا فَلَا.
حاشية الباجوري – (ج 2 / ص 128)
وعلم من ذالك أنه يجوز للإنسان أن يأخذ من مال غيره ما يظن رضاه به من دراهم وغيرها ويختلف ذالك باختلاف الناس والأموال فقد يسمح لشخص دون آخر وبمال دون آخر وينبغى له مراعاة النصفة مع الرفقة فلا يأخذ الا ما يخصه لا ما يزيد عليه من حقهم الا أن يرضوا بذالك عن طيب نفس لا عن حياء.
فتح المعين وإعانة الطالبين – (ج 3 / ص 368)
ويجوز للانسان أخذ من نحو طعام صديقه مع ظن رضا مالكه بذلك، ويختلف بقدر المأخوذ وجنسه وبحال المضيف ومع ذلك ينبغي له مراعاة نصفة أصحابه فلا يأخذ إلا ما يخصه أو يرضون به عن طيب نفس لا عن حياء وكذا يقال في قران نحو تمرتين أما عند الشك في الرضا فيحرم الاخذ كالتطفل ما لم يعم كأن فتح
الباب ليدخل من شاء.
(قوله ويجوز للإنسان أخذ من نحو طعام صديقه)
اى يجوز له أن يأخذ من طعام صديقه وشرابه ويحمله الى بيت قال فى التحفة وإذا جوزنا له الأخذ فالذى يظهر أنه إن ظن الأخذ بالبدل كان قرضا ضمينا او بلا بدل توقف الملك على ما ظنه (قوله ويختلف) اى ظن الرضا وعبارة غيره وتختلف قرائن الرضا فى ذالك باختلاف الأحوال ومقادير الأموال،
مذاهب الأربعة ج ٢ ص ٣٨ /٤٣
. الشافعية – قالوا : يشترط لوجوب إجابة الدعوة فى وليمة النكاح وسنيتها فىغيرها شروط ؛ أولا :أن لايخص الداعى الأغنياء بدعوته بل يدعوهم والفقراء وليس الغرض من هذا أن يدعو الناس جميعا بل الغرض أن لا يقصر دعوته على الأغنياء ملقا ونفاقا ومفاخرة ورياء لأن هذه حالة لايقرها الدين فمن قامت به لايكون له حق على غيره، أما إذا دعى الأغنياء صدفة واتفاقا كأن كانوا جيرانا له أو أهل حرفته فإنه لايضر، ثانيا:أن تكون الدعوة فى اليوم الأول من أيام الوليمة فإن أولم ثلاثة أيام أو أكثر كسبعة لم تجب الإجابة إلا
فى اليوم الأول وتكون مستحبة فى اليوم الثانى وتكره فيما بعد ذلك، ثالثا :أن يكون الداعى مسلما فإن كان كافرا فإن الإجابة لاتجب ولكن تسن إجابة الذمى سنة غير مؤكدة رابعا :أن يكون الداعى له مطلق التصرف فإن كان محجورا عليه تحرم الإجابة إن كانت الوليمة من ماله، أما إذا فعلها وليه من مال نفسه فإن الإجابة عليه تكون واجبة، خامسا :أن يعين الداعى من يدعوه بنفسه وبرسوله، سادسا : أن لايدعوه لخوف منه أو لطمع فى جاهه أو إعانته على باطل، سابعا : أن لايعتذر المدعو للداعى ويرضى بتخلفه عن طيب نفس لا عن حياء ويعرف ذلك بالقرائن، ثامنا :أن لايكون الداعى فاسقا أو شريرا أو مفاخرا، تاسعا : أن لايكون أكثر مال الداعى حراما فإن كان كذلك فإن إجابته تكره فلو علم أن عين الطعام الذى يأكل منه مال حرام يحرم أن يأكل منه لأن المال المحرم يحرم الأكل منه إلا إذا عم فإنه يجوز إستعمال مايحتاج إليه منه بدون أن يتوقف ذلك على ضرورة فإذا لم يكن أكثر مال الداعى حراما لكن فيه شبهة لم تجب الإجابة ولم تسن بل تكون مباحة، عاشرا: أن لايكون الداعى إمراءة أجنبية منه من غير حضور محرم لها أو للمدعى خشية من الخلوة المحرمة وإن لم تقع الخلوة بالفعل، الحادى عشر :أن تكون الدعوة فى وقت الوليمة وهى من حين العقدة كما تقدما، الثانى عشر : أن لايكون المدعو قاضيا أو ما فى معناه من طل ذى ولاية فإنه لاتجب عليه الدعوة فى محل ولايته خصوصا إذا كان الداعىله خصومة ينظر فيها فإن إجابته تحرم، الثالث عشر :أن لايكون المدعو معذورا بعذر يبيح له ترك الجماعة كمرض، الرابع عشر :أن لا يكون المدعو إمراءة أو غلاما أمرد يخشى منهما الفتنة أو الطعن على الداعى فىعرضه، الخامس عشر :أن لايتعدد الداعى فإن تعدد قدم الأسبق ثم الأقرب رحما ثم الأقرب دارا هذا عند المقارنة فى الدعوة وعند الإستواء يقرع بين الداعيين
No.3
penjelasan:
Hikmah Memperingati ( merayakan ) Maulid Nabi yang diantaranya sebagaimana yang terdapat dalam kisah tersebut adalah;
1️⃣.Mendorong Umat Islam Membaca Qiratul- Qur’an dan Qiro’atul maulidinnabi dengan bersholawat untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW.
أن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab:56).
2️⃣.Ungkapan Kegembiraan dan Kesenangan Terhadap Nabi Muhammad SAW.
قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”
3️⃣.Mendorong untuk meningkat syukur kepada Allah karena ada Nabi Muhammad merupakan nikmat yang agung dan tertunda sebagai bagi bagi Alam semista. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.
وماأرسلناك إلا رحمة للعالمين
Artinya:” Dan Aku tidak mengutus kepadamu ( Muhammad ) kecuali menjadi Rahmat bagi semesta Alam.
4️⃣.Meneguhkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai orang mukmin, kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan ini harus berada di atas segalanya. Bahkan melebihi kecintaan kepada anak dan istri, kecintaan kepada harta, kedudukan dan kecintaan pada diri sendiri. Rasulullah bersabda:
لايؤمن أحكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai dari ayahnya, anaknya dan manusia seluruhnya.: HR. Al-Bukhari.
5️⃣.Mengajarkan Kedermawanan dan Kemurahan Hati sebagai mana kisah tersebut..dll.
Wallahu A’lam bisshowab.