
MEMBACA AL-QUR’AN DAN TAHLIL SEBELUM MAYIT DIKEBUMIKAN/DIKUBURKAN
Assalamualaikum
Deskripsi masalah
Tahlilan adalah merupakan tradisi ahli sunnah wel jemaah yang sudah puluhan tahun berjalan, yang di gagas oleh NU, bahkan pengikut terbanyak adalah warga NU sendiri . Namun dengan berjalannya waktu kadang di masyarakat umum cara mempraktekkan dan waktunya ber beda, misalkan sebut saja kang bayu yang baru saja meninggal yang mana kondisi sang jenazah tadi tidak segara di kabumikan. Alasannya kerana menunggu saudaranya yang ada di perantaun, setelah dihubungi melalui telpon saudaranya baru barangkat yang perjalanannya menempuh 5 jam akhirnya tokoh setempat ingin tahlil terlebih dahulu sebelum di kebumikan. Akan tetapi para tokoh yang hadir ada yang tidak setuju dengan alasan, ini tidak pernah di lakukan ulama salaf kerana menurutnya ini belum di kebumikan.
PERTANYAAN.
Apakah di benarkan secara syara’i pendapatnya tokoh tahlil dan bacaan Al-Qur’an harus dilakukan setelah di kebumikan ?
Waalaikum salam.
Jawaban.
Membaca tahlil dan Al-Qur’an sebelum mayit dikebumikan ulama berbeda pendapat sebagaimana ibarah berikut:
الموسوعة الفقهية – 9344/31949
ما لا ينبغي فعله بعد الموت:
قراءة القرآن عند الميت:
7 – تكره عند الحنفية قراءة القرآن عند الميت حتى يغسل (1) ، وأما حديث معقل بن يسار مرفوعا اقرءوا سورة يس على موتاكم (2) فقال ابن حبان: المراد به من حضره الموت، ويؤيده ما أخرجه ابن أبي الدنيا وابن مردويه مرفوعا ما من ميت يقرأ عنده يس إلا هون الله عليه (3) ” وخالفه بعض متأخري المحققين، فأخذ بظاهر الخبر وقال: بل يقرأ عليه بعد موته وهو مسجى، وفي المسألة خلاف عند الحنفية أيضا. (4)
قال ابن عابدين: الحاصل أن الميت إن كان محدثا فلا كراهة، وإن كان نجسا كره. والظاهر أن هذا أيضا إذا لم يكن الميت مسجى بثوب يستر جميع بدنه، وكذا ينبغي تقييد الكراهة بما إذا قرأ جهرا. (1) وعند المالكية يكره قراءة شيء من القرآن مطلقا. (2)
وذهب الشافعية إلى أنه لا يقرأ عند الميت قبل الدفن لئلا تشغلهم القراءة عن تعجيل تجهيزه، خلافا لابن الرفعة وبعضهم، وجوزه الرملي بحثا. أما بعد الدفن فيندب عندهم (3) .ولم نعثر على تصريح للحنابلة في غير المحتضر
Hal sesuatu yang tidak wajar dilakukan setelah meninggal.
- Membaca bacaan-bacaan al-Quran disisi mayit .
Menurut Madzhab Hanafi. Makruh membaca Al-Qur’an disisi mayit hingga dimandikan ( disucikan). Karena yang dimaksudkan dengan hadits bacalah surat Yasin ketika meninggal adalah anjuran ketika sakaratul maut dengan tujuan agar memudahkan ketika dicabutnya ruh. Dikalangan madzhab Hanafi berbeda pandang ada yang membolehkan bacaan Al-Qur’an sebelum dikuburkan. Dari perbedaan ini ( dikalangan madzhab Hanafi ). Ibnu Abidin menyimpulkan: Bahwa tidak masalah bacaan Al-Qur’an kepada mayit walaupun dalam kondisi masih mengandung hadts ( belum dimandikan) akan tetapi tidak boleh bacaan itu dilakukan kalau kondisinya mayit Mutanajjis atau terkena Najis dan mayit dalam kondisi diselimuti/tertutupi pakaian dan bacaan yang keras atau nyaring.
Menurut Madzhab Maliki membaca bacaan Al-Qur’an sebelum dimandikan adalah makruh secara mutlak.
Menurut : Syafiiyah membaca al-qur’an hukumnya tidak boleh sebelum dikebumikan karena hal tersebut dapat merepotkan terhadap Tajhizul jenazah atau kelestrian kewajiban mayit , namun demikian Ibnu Rif’ah dan Imam Romli memperbolehkan.
Dan sunnah bacaan al-Qur’an setelah dikebumikan.
Dari perbedaan pendapat dari kalangan ini dapat dikondisikan tentang hukum antara boleh dan tidaknya. Jika sekiranya tidak menjadikan repot dalam pelaksanaan kewajiban mayit maka membacakan Tahlil, Al Qur’an, sholawat atau lainnya untuk Jenazah ( mayit ) yang belum dimandikan ( yang belum dikafani atau yang belum di kubur ) hukumnya boleh bahkan di-Sunnatkan. Dan yang lebih utama adalah membacakan Surat Yasin.
Imam Sulaiman Ibnu Amr Ibnu Manshur Al ‘Ujaili Al Azhuri menyatakan bahwa jika keluarga orang yang meninggal tidak disibukkan dengan merawat Jenazah seperti dikarenakan meninggal pada waktu malam hari, maka dianjurkan (Sunnat) membaca Al Qur’an untuk Jenazah. Uraian ini dikutip dari Imam Ali Ibnu Ali Syibramulisi (ﻉ ﺵ ).
Menurut Madzhab Hambali kami tidak menemukan keterangan selain dalam kondisi al-Muhadhar ( sekarat).
Referensi:
(ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ/ ﻓﺘﻮﺣﺎﺕ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺑﺘﻮﺿﻴﺢ ﺷﺮﺡ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﻄﻼﺏ ج 2 ص 137)
ﻭَﻳُﺆْﺧَﺬُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻌِﻠَّﺔِ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﻳَﺸْﺘَﻐِﻠُﻮﺍ ﺑِﺘَﺠْﻬِﻴﺰِﻩِ ﻛَﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ ﻟَﻴْﻠًﺎ ﺳُﻨَّﺖْ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻫـ . ﻉ ﺵ ﻭَﻗَﺮَّﺭَﻩُ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺡ ﻑ . ﻭَﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺷَﺮْﺡِ ﻡ ﺭ ﻭَﻟَﻚ ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻝَ ﻟَﺎ ﻣَﺎﻧِﻊَ ﻣِﻦْ ﺇﻋْﻤَﺎﻝِ ﺍﻟﻠَّﻔْﻆِ ﻓِﻲ ﺣَﻘِﻴﻘَﺘِﻪِ ﻭَﻣَﺠَﺎﺯِﻩِ ﻓَﺤَﻴْﺚُ ﻗِﻴﻞَ ﺑِﻄَﻠَﺐِ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻳﺲ ﺃَﻓْﻀَﻞَ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ ﺃَﺧْﺬًﺍ ﺑِﻈَﺎﻫِﺮِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺨَﺒَﺮِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﻟَﺎ ﻳُﻘْﺮَﺃُء ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﺃَﻱْ ﻗَﺒْﻞَ ﺩَﻓْﻨِﻪِ ﺇﺫْ ﺍﻟْﻤَﻄْﻠُﻮﺏُ ﺍﻟْﺂءﻥَ ﺍﻟِﺎﺷْﺘِﻐَﺎﻝُ ﺑِﺘَﺠْﻬِﻴﺰِﻩِ
……………………
(ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ج 1 ص 450)
ﻭﻳﺆءﺧﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﺔ ﺃﻧﻬﻢ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺸﺘﻐﻠﻮﺍ ﺑﺘﺠﻬﻴﺰﻩ ﻛﺄءﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﻟﻴﻼ ﺳﻨﺖ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻋﻠﻴﻪ ﺍ ﻫـ ﻉ ﺵ ﻭﻗﺮﺭﻩ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺡ ﻑ
Kesimpulan
Benar dan tidaknya pendapat tokoh yang mengharuskan tahlil dan bacaan al-Qur’an dilaksanakan setelah pengkuburan mayit itu dikondisikan. Jika mengikuti madzhab Maliki dan Hanafi hukumnya boleh dibenarkan karena menurut Maliki dan Hanafi hukumnya makruh . Akan tetapi kalau mengikuti madzhab yang memperbolehkan bahkan menghukumi sunnah tahlil dan membaca Al-Qur’an sebelum dikuburkan maka pendapat tokoh tersebut tidak dibenarkan. Seperti halnya Ashabussyafi’ia yang memperbolehkan, Imam Sulaiman Ibnu Amr Ibnu Manshur Al ‘Ujaili Al Azhuri menyatakan bahwa jika keluarga orang yang meninggal tidak disibukkan dengan merawat Jenazah seperti dikarenakan meninggal pada waktu malam hari, maka dianjurkan (Sunnat) membaca Al Qur’an untuk Jenazah. Uraian ini dikutip dari Imam Ali Ibnu Ali Syibramulisi Walaupun Imam Syafi’i sendiri tidak memperbolehkan namun boleh taqlid kepada yang memperbolehkan.
……………………..
Wallahu A’lam bisshowab