WANITA MENDATANGI KEGIATAN KEAGAMAAN

WANITA MENDATANGI KEGIATAN KEAGAMAAN.

Wanita terkadang tidaklah kalah saing kegiatannya dengan kaum lelaki , bukti nyata dimasyarat banyak kaum muslimat mengadakan perkumpulan Majlis Taklim muslimah, majlis dzikir dan sholawatan pun juga terkadang menghadiri pertemuan rapat-rapat dengan berpakaian rapi dan memakai wangi-wangian.

Pertanyaan:
Bagaimana hukum para wanita yang keluar dari rumahnya dengan berpakaian rapi dan memakai wangi-wangian mendatangi rapat-rapat keagamaan yang tidak termasuk fardhu’ain?

Jawaban:

Hukumnya boleh selama tidak ada dugaan fitnah dan mendapat idzin dari suaminya . Akan tetapi apabila berkeyakinan mendapat fitnah walaupun seidzin suaminya dengan berpakaian rapi dan memakai wangi-wangian , maka hukumnya dosa besar. Akan tetapi kalau hanya menghawatikannya saja, maka hukumnya makruh.

Referensi:

الموسوعة الفقهية – 5060/31949

وصرح الشافعية بأن للمرأة أن تخرج من بيت الزوجية إن كانت تخاف على نفسها أو مالها من فاسق أو سارق، أو أخرجها معير المنزل، كما صرح الشافعية بأن لها الخروج والسفر بإذن الزوج مطلقا مع محرم (1) .
وصرح الحنفية (2) والشافعية (3) أنه يجوز للمرأة الخروج من بيت الزوجية ولو بغير إذن الزوج، إن كانت في منزل أضحى كله أو بعضه يشرف على الانهدام، مع وجود قرينة على ذلك. ولها الخروج إلى مجلس العلم برضا الزوج، وليس لها ذلك بغير رضاه.

Referensi:

  1. Is ad al-Rafiq,juz2, halaman 136.

قَالَ فِي الزَّوَاجِرِ وَهُوَ مِنَ الْكَبَائِرِ لِصَرِيحٍ هَذِهِ الأَحَادِيْثِ. وَيَنْبَغِي حَمْلُهُ لِيُوَافِقَ عَلَى قَوَاعِدِنَا عَلَى مَا إِذَا تَحَقَّقَتْ الْفِتْنَةُ. أَمَّا مُجَرَّدُ خَشْيَتِهَا فَإِنَّمَا هُوَ مَكْرُوْهُ. وَمَعَ ظَنَّهَا
حَرَامُ غَيْرُ كَبِيرَةٍ كَمَا هُوَ ظَاهِرُ.

Dalam al-Zawajir Ibn hajar al-Haitami berkata: “Keluarnya wanita dari rumah dengan memakai parfum dan berhias meskipun seizin suami itu dosa besar. Dan agar sesuai dengan kaidah-kaidah madzhab Syafi’iyah mestinya hukum itu diarahkan pada kasus ketika nyata-nyata akan terjadi fitnah. Sedangkan bila hanya menghawatirkannya saja terhadap terjadinya fitnah, maka makruh dan bila disertai dugaan kuat akan terjadi fitnah maka haram (namun) bukan dosa besar sebagaimana keterangan yang cukup jelas.

2.Fath al-Wahhab dan Futuhat al-Wahhab(Hasyiyatul Jamal,juz 1, halaman 503).

وَيُكْرَهُ حُضُوْرُهُنَّ الْمَسْجِدَ فِي جَمَاعَةِ الرِّجَالِ إِنْ كُنَّ مُشْتَهَاةً خَوْفَ الْفِتْنَةِ
(قَوْلُهُ وَيُكْرَهُ حُضُوْرُهُنَّ أَي كَرَاهَةَ تَحْرِيْمٍ حَيْثُ لَمْ يَأْذَنْ الْخَلِيْلُ. إهـ ح ل. إِلَى أَنْ قَالَ:
وَيَحْرُمُ عَلَيْهِنَّ بِغَيْرِ إِذْنِ وَلِيٍّ أَوْ حَلِيْلٍ أَوْ سَيِّدٍ أَوْ هُمَا فِي أَمَةٍ مُتَزَوِّجَةٍ وَمَعَ خَشْيَةٍ فِتْنَةٍ مِنْهَا أَوْ عَلَيْهَا انْتَهَتْ (قَوْلُهُ أَيْضًا وَيُكْرَهُ حُضُورُهُنَّ الْمَسْجِدَ ) أَي محَلَّ الْجَمَاعَةِ وَلَوْ مَعَ غَيْرِ الرِّجَالِ فَذِكْرُ الْمَسْجِدِ وَالرِّجَالِ لِلْغَالِبِ.

Kaum wanita dimakruhkan mendatangi mesjid yang berisikan jamaah laki-laki jika wanita tersebut musytahah (sudah mengundang birahi laki- laki) karena khawatir timbulnya fitnah.
(Fitnah adalah zina dan pendahuluan zina)
(Ungkapan Syaikh Zakaria al-Anshari: “Kaum wanita dimakruhkan mendatangi.”) Maksudnya adalah makruh tahrim (haram) bila tanpa seizin suami. Begitu pendapat al-Halabi. … Dan baginya haram (keluar rumah) tanpa seizin wali, suami, sayyid(tuannya) atau suami dan sayyid bagi budak wanita yang bersuami dan disertai kekhawatiran akan timbut fitnah darinya atau menimpanya. (Ungkapan beliau lagi: “Kaum wanita makruh mendatangi mesjid.”), maksudnya adalah tempat jamaah, meski tidak bersama jamaah laki- laki. Maka penyebutan mesjid dan laki-laki tersebut karena umumnya (saja).

Wallâhu A’lam bisshowab.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *