
HUKUMNYA MEMBANGUN KANTOR SEKRETARIAT DI DALAM MASJID.
Assalamu’alaikum
Deskripsi masalah:
Akhir-akhir ini banyak kita jumpai masjid yang megah dan menawan, umat muslim berlomba-lomba membangun masjid untuk mendapatkan amal jariyyah, bahkan bisa dikatakan trend amal zaman sekarang adalah membangun dan memperindah masjid, namun tidak bisa dipungkiri, banyak kita temukan masjid yang didalamnya dibangun sebuah kantor sekretariat organisasi tertentu.
Pertanyaan:
1. Bagaimana hukumnya membangun kantor sekretariat di dalam masjid?
2. Bagaimana hukumnya pembangunan kantor di dalam masjid yang diambilkan dari kas Masjid?
JAWABAN;
- Haram karena membuat sempit masjid serta mengganggu pelaksanaan ibadah sholat.
- Tidak boleh, karena kas masjid hanya bisa digunakan untuk mimbar di masjid dan untuk imaroh masjid (pembanguan masjid ) seperti perbaikan dan renovasi fisik(perbaikan masjid),dan untuk masholih nya masjid(kemanfaatan masjid) seperti tagihan listrik dan air, honor muadzin / imam shalat, penyediaan air meneral dls. Sedangkan keberadaan kantor organisasi sama sekali tidak terkait dengan hal tersebut.
Referensi nomor satu:
بغية المسترشدين للسيد عبد الرحمن باعلوي. ص.٩٥
( مسئلة)
يحرم وضع المنبر والخزائن والسرر فى المسجد وإن كان لطلبة العلم ولم يتضرر بها المصلين لأن فى ذلك تحجيرا وتضييقا على المصلين
Artinya : Haram meletakkan Mimbar didalam masjid ( Maksudnya masjid yang tidak digunakan sholat jum’at ) dan haram meletakkan banyak lemari dan tempat tidur, walaupun adanya untuk orang yang belajar ilmu, dan walaupun adanya lemari tidak memudhoratkan kepada orang-orang yang sholat Karena hal itu menghalangi dan menyempitkan kepada orang-orang sholat.
غاية تلخيص المراد من فتاوي إبن زياد هامش بغية المسترشدين ص ٩٧
ولا يجوز وضع خزانة فيه وإن كان لحاجة من يحيى فى المسجد او يدرس ولم تضيق على المصلين لأنه قد يتفق فيه الجمع ولأن فيه تحجيرا والناظر فى ذلك سواء ومثلها المنبر فى مسجد لا جمعة فيه
Dalam Kitab Ghayatu Talkhish dijelaskan: Bahwa yang dimaksud dari fatwa Ibnu ziyad Hamisy Bughiyatul Musytarsyidin halaman 98 Adalah dan tidak boleh meletakkan lemari didalam masjid, walaupun karena ada keperluannya orang yang hidup di masjid,atau karena keperluannya orang yang mengajar di masjid. Dan walaupun adanya lemari itu tidak mempersempit kepada orang-orang yang sholat. Alasannya ialah karena kadang-kadang secara kebetulan ada orang banyak di dalam masjid. Dan karena adanya lemari itu bisa menghalangi kepada orang yang akan masuk kedalam masjid. Dan nadzir ( takmir masjid ) juga tidak boleh meletakkan lemari didalam masjid. Dan tidak boleh meletakkan mimbar di masjid yang tidak ada sholat Jum’at nya di masjid itu.
احياء علوم الدين للغزالي ج ٢ ص ٣٣١
ومنها ما هو مباح خارج المسجد كالخياطة وبيع الادوية فهذا فى المسجد ايضا لا يحرم الا بعارض وهو ان يضيق المحل على المصلين ويشوش عليهم صلاتهم فان لم يكن شيئ من ذلك فليس بحرام والاولى تركه ولكن شرط اباحته ان يجري فى اوقات نادرة وايام معدودة فان اتخذ المسجد دكانا على الدوام حرم ومنع منهاهـ
Dan diantaranya sekretariat yang diperbolehkan diluar masjid adalah seperti tukang jahit dan jualan obat-obatan maka hal ini dimasjid juga, maka tidak haram kecuali menjadi penyebab sempitnya tempat pada orang-orang sholat, mengganggu kepada sholat mereka.Maka jika tidak ada sesuatu yang mengganggu dan menyempitkan kepada orang sholat, maka hukumnya tidak haram.Dan yang lebih Utama meninggalkan sesuatu yang dapat menyempitkan kepada orang-orang yang sholat.Akan tetapi disyaratkan kebolehannya yaitu harus berjalan pada waktu yang jarang ,dan beberapa hari yang ditentukan .Maka jika seseorang menjadikan masjid sebagai toko selamanya maka haram hukumnya, dan hendaklah dicegah dari menjadikan masjid sebagai toko selamanya
عمدة المفتي والمستفتي للعلامة جمال الدين محمد بن عبد الرحمن الأهدل ١/٦٤٣
وقد قال النووي : اتفق أصحابنا على أنه لا يجوز نقض المسجد بحال من الأحوال إلا في مسألة واحدة وهي ما إذا صار المسجد في موضع خراب وتعطل وخيف عليه من أهل الفساد فإنه يحفظ إلى حين إعادته فإن لم ترج إعادته جاز للحاكم أن يبني به مسجدا غيره والجدار المذكور وإن لم يسمى مسجدا لكنه جزء مسجد ولم تدع ضرورة إلى هدمه وقد قال ابن حجر في شرح العباب ” يحرم هدم جزء من المسجد لأن أجزاء المسجد وهواءه مملوكة له إذ هو حر يملك والإذن منه غير ممكن فلم يجز هدم جزء منه إلا إن ألجأت ضرورة محتمة إلى شيء من ذلك فيتقدر بقدرها “
Imam Nawawi berkata: Para ash haabusysyaafi’i sepakat, tidak boleh merobohkan masjid disebabkan oleh sebab apapun.
Kecuali karena disebabkan oleh satu sebab, yaitu jika masjid itu berada di tempat yang akan longsor. Dan menjadi sebab masjid itu menjadi kosong.
Dan dikhawatirkan pada masjid itu-gangguan dari ahli berbuat kerusakan.
Maka masjid itu dijaga sampai dengan waktu membangun kembali masjid itu.
Jika tidak mungkin untuk membangun lagi masjid itu , maka diperbolehkan bagi hakim untuk membangunkan masjid lain dari material masjid yang roboh itu,dan dari temboknya masjid yang roboh itu.
Walaupun bangunan itu tidak dinamai masjid tapi dinamai bagian dari masjid. Dan walaupun tidak didorong oleh dorurot ( terpaksa ) untuk merobohkan masjid itu.
Dan sungguh imam Ibnu Hajar berkata didalam Syarahnya kitab Al Ubbab:
Diharamkan untuk merobohkan bagian dari masjid.
Alasannya ialah karena bagian-bagian masjid dan udara diatas masjid itu dihukumi dimiliki oleh masjid.Alasannya ialah karena bagian-bagian masjid dan udara diatas masjid itu tidak dimiliki oleh siapapun selain Allah . Sedangkan idzin dari Allah untuk merobohkan masjid adalah tidak mungkin.
Maka tudak boleh untuk merobohkan bagian dari masjid.
Kecuali jika didorong oleh keterpaksaan yang pasti untuk merobohkan masjid.Maka dioerbolehkan merobohkan masjid sesuai dengan besarnya dorurot ( keterpaksaan ) itu.
Nihayat al Zain :273
ولايجوز إستبدال الموقوف عندنا وإن خرب خلافا للحنفية وصورته عندهم أن يكون المحل قد آل إلى السقوط فيبدل بمحل آخر أحسن منه بعد حكم حاكم يرى صحته و يمتنع قسمة الموقوف أو تغيير هيئته كجعل البستان دارا وقال السبكي يجوز بثلاثة شروط أن يكون يسيرا لا يغيره مسماه وعدم إزالة شيء من عينه إلا بعض نقض لجانبه آخر وأن يكون فيه مصلحة للوقف , ولو خربت البلد وكان فيها مسجد وعمرت مسجدا بمخل أخر جاز نقل وقفه للمحل الاخر حيث تعذر إجراؤه علي المسجد الاول بأن لم يصل فيه أحد
Tidak boleh mengganti barang wakaf menurut kami ( ulama madzhab Syafi`i ) walaupun telah rusak, berbeda dengan pendapat ulama madzhab Hanafi. Contoh penggantian barang wakaf menurut ulama madzhab Hanafi seperti: Ada tempat yang akan runtuh maka boleh diganti di tempat lain yang lebih baik bagus setelah adanya keputusan hakim yang menganggap keabsahannya. Dan tidak boleh membagi barang wakaf atau merubah keadaannya. Seperti halnya kebun dijadikan rumah, Imam As-Subkiy berkata: Boleh dengangan tiga syarat:
- Adanya perubahan itu tidak samapai merubah nama wakaf
- Tidak menghilangkan sesuatu dari dzatnya wakaf kecuali hanya sebagian yang rusak karena sisi yang lain
- Adanya perubahan itu bertujuan untuk kemaslahatan wakaf
Dan andaikan suatu Negara hancur sedangkan didalamnya terdapat masjid, maka boleh memindahkan wakaf nya kemasjid lain dengan catatan masjid yang pertama tidak lagi membutuhkannya , dan tidak ada seorang yang shalat dimasjid tersebut.
Al Anwar li A’maali al Abraar I/438
لا يجوز تغيير الوقف عن هيئته فلا يجعل الدار بستاناً ولا حماماً ولا بالعكس ولا يبني في الأرض الموقوفة ولا يتخدها بستانا إلا إذا جعل الواقف إلي المتولي ما يري المصلحة ولو فعل كان متعديا و في فتاوي القفال أنه يجوز جعل حالفتي القصارين للخبازين قال في الشرح الكبير وكأنه احتمل تغيير النوع دون الجنس ولا يجوز دكان المسجد مسجدا
Referensi nomor dua:
حاشية قليوبي وعميرة ج ١٠ ص ٤٢
فُرُوعٌ : عِمَارَةُ الْمَسْجِدِ هِيَ الْبِنَاءُ وَالتَّرْمِيمُ وَالتَّجْصِيصُ لِلْأَحْكَامِ وَالسَّلَالِمُ وَالسَّوَارِي وَالْمَكَانِسُ وَالْبَوَارِي لِلتَّظْلِيلِ أَوْ لِمَنْعِ صَبِّ الْمَاءِ فِيهِ لِتَدْفَعَهُ لِنَحْوِ شَارِعٍ وَالْمَسَّاحِي وَأُجْرَةُ الْقَيِّمِ وَمَصَالِحِهِ تَشْمَلُ ذَلِكَ ، وَمَا لِمُؤَذِّنٍ وَإِمَامٍ وَدُهْنٍ لِلسِّرَاجِ وَقَنَادِيلَ لِذَلِكَ ،
فتح الاله المنان ص ١٥٠
الموقوف على مصالح المساجد كما في مسئلة السؤال يجوز الصرف فيه البناء والتجصيص المحكم وفي أجرة القيم والمعلم والإمام والحصر والدهن وكذا فيما يرغب المصلين من نحو قهوة وبخور يقدم من ذلك الأهم فالأهم وعليه فيجوز الصرف في مسئلة السؤال لما ذكره السائل اذا فضل من عمارته ولم يكن ثم ما هو أهم منه من المصالح
والله أعلم بالصواب